Siti tak bisa mencegah sahabatnya berbuat tak senonoh bersama kekasihnya di sebuah pemandian air panas Gunung Keramat.
Kejadian memalukan itu mengundang kemurkaan para penunggu gunung. Masyarakat setempat sejak dulu percaya ada sejenis siluman ular pertapa di tempat itu, yang mana jika menggeliat bangun longsor tercipta, jika membuka mulutnya maka mata air deras membuat banjir bandang melanda desa-desa di bawahnya.
Malam itu Siti yang nekad menyusul temannya ke pemandian air panas mengalami kerasukan. Rohnya ditukar oleh Siluman ular pertapa itu, Roh Siti ada di alam jin, dan tubuh Siti dalam kendali Saraswati Sang Siluman berkelana di alam manusia, berpura-pura menjadi mahasiswi pada umumnya.
Di alam manusia, Saras dikejar-kejar oleh Mekel dan Jordan, wakil presiden BEM dan Presiden BEM itu sendiri. Sedangkan di alam jin, Siti malah membuat seorang Pangeran harimau bernama Bhre Rakha jatuh hati.
Bhre Rakha mau membantu Siti mendapatkan kembali tubuhnya, asal mau menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Lions, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Oh !! Di Dalam Ya ?
Basah… ini ciuman yang begitu basah. Keduanya begitu menggelora meski kali yang pertama. Kemudian berhenti sejenak untuk ambil nafas kemudian mengulangi lagi. Tangan-tangan Siti terkulai, sedangkan tangan-tangan Pangeran Rakha seperti punya pikirian sendiri, keduanya berkelana sesuka hati menjamah lembah dan gunung hingga ke area hutan hujan tropis.
"Aaahh, udah, aaah," ucap gadis asal Jakarta itu berusaha menjauhkan tangan dan jari-jari nakal Rakha dari tubuhnya.
"Nanggung ini, Sayang, udah di ujung, gak bisa berenti sampai di sini," bisik Rakha kini mulai ambil posisi di samping Siti.
Siti menggeser bantalnya, ranjang ini cukup besar untuk berdua. Dan Rakha kembali mencium bibir itu, singkat, dilanjut turun ke leher dan… bagian yang begitu membuat semua kaum adam penasaran, yah, bagian itu yang lembut itu. Tangan Siti kini tak bisa terkulai begitu saja, ia remas-remas sprei kasur. Sedangkan tangan Rakha terus mengerjai area hutan hujan tropis itu.
"Aaaaahhhh !!" Siti setengah berteriak, memekik nyaring sebelum lemas.
Rakha menghentikan aksi brutalnya. Entah darimana ia belajar semua itu, nalurinya menuntunnya. Rakha juga berhenti memandangi tubuh itu, kemudian ia melepaskan apa saja yang masih melekat di tubuhnya sendiri, ia peluk Siti seperti guling.
"Oooh hangat sekali, Sayang, nikmat sekali, pantas saja orang-orang di luar sana gak pernah bosan melakukan ini, ternyata begini rasanya," ucap Pangeran bucin ini.
Rakha sudah tidak bisa mikir apa-apa lagi. Harusnya sebagai penguasa daerah ia memikirkan berapa rakyatnya yang belum sejahterah, berapa hasil panen raya tahun ini, sisa berapa lumbung pangan tiap kabupaten, anak-anak kecil mana saja yang belum berguru kepada seorang suhu, hutan mana saja yang perlu dilakukan reboisasi. Siti sudah membuatnya lupa semua itu, tapi tak mengapa, semua ini sangat wajar, siapa pulak manusia di dunia ini yang masih sempat mikirin negara saat sedang bercinta ?
Siti sendiri hanya kepikiran 2 hal dalam dirinya, rasa takut karena ia tahu ia melakukan hal yang tak semestinya, yang kedua adalah rasa bahagia karena memang bercinta itu seindah ini. Matanya kedip-kedip saat ia mengelus-elus dada Pangeran Rakha, memang mempesona tubuh itu, memang jantan sekali.
"Aku lanjut ya," ucap Rakha kembali membuat badan Siti terlentang.
"He em," jawab Siti singkat, mungkin benar memang, sudah sampai begini, sayang kalau gak dilanjut.
Kini Rakha bak seekor lebah yang sedang mencari-cari cairan nektar dari bunga-bunga liar di taman. Sampai-sampai perut Siti terasa kaku menahan gejolak sensasinya. Kalau bicara soal rasa, memang tak semanis madu lebah, hampir hambar, tak ada rasa asem-asem juga seperti madu klanceng, madu yang satu ini beda, aromanya juga tak begitu menyenangkan, tapi anehnya bisa buat siapapun ketagihan.
Siti tak tahan lagi, ia memaksa membalik posisi, ia banting tubuh Rakha ke ranjang, dan ia yang bermain sekarang. Rakha mengerutkan alisnya yang tebal. Agak ragu dan was-was.
"Jangan digigit !" ucap Pangeran ini khawatir.
Siti menggeleng pelan, "enggak, gak akan," jawabnya.
Rakha mulai memejamkan matanya. Mengerang dengan perut kembang kempis, nafasnya jadi berat. "Cukup cukup !" katanya. Tak mau Siti terlalu lama melakukan itu, meski itu sangat penting.
Dan akhirnya keduanya memasuki babak final dalam pertandingan. Bukan memperebutkan medali emas, bukan juga mencari siapa yang akan jadi pemenang. Jantung bedebar tak karuan, kereta api memasuki terowongan. Lagi-lagi gak ada yang pernah ngajarin keduanya, hanya andalkan naluri.
"Aaah aaaaah aaaahhhhh pelan-pelan, sakit, aaah," ucap Siti pada awalnya. Setelah sekitar 2 menitan begitu ia malah berucap, "lebih cepet gerakannya," dengan nada memanjah mendesaaah.
Rakha ikut saja, ia makin semangat, begerak cukup lama hampir sejam. Masih posisi begini saja untuk pengalaman pertama ini, kalau sudah pro bisa coba gaya yang lain, tapi memang gaya begini yang paling sip. Dan akhirnya saat gunung berapi hendak erupsi ia bertanya dengan nafas yang hampir habis.
"Oh ! Di dalam ya ? Ya ?" tanya Rakha.
"Kenapa gak di luar ? Kalau aku hamil gimana ?" jawab Siti.
"Aku justru seneng kalau kamu mau hamil anakku, Sayang, aku malah seneng, aku… aku bakal jadi ayah yang baik, tenang aja, gak usah banyak mikir yang gak gak… aaaaahhhh aaarggh," jawabnya.
Siti mendekap erat tubuh itu, Pangeran Rakha masih bertumpu pada siku dan lututnya. Kemudian tubuhnya bergetar dan berkeringat, olahraga macam apa ini ? Sampai sepayah itu rasanya, payah tapi menyenangkan.
Tiba-tiba suara Patih Wira terdengar dari belakang punggung, sambil berucap ia colek-colek pula di pundak, "eeemmm… Bhre ! Bhre ! Apa yang Bhre lakukan di sini ?"
"Lagi ngintipin Siti lah, enak banget sayang, yess," jawabnya sembari terus ngintip berimajinasi bisa melakukan apa yang ingin ia lakukan.
2 detik kemudian barulah sang Pangeran sadar, lamunannya buyar, ekspresi wajahnya seperti orang kaget, ia menoleh Wira di belakangnya bak kucing ketahuan nyolong ikan lele, "EEEH !! Semprul ! Ngagetin aja, kau ini kenapa sih ? Selalu aja ganggu, mau apa kau hah ?!!" omelnya.
Wira jadi bingung, kenapa tiba-tiba ia diomeli ? "Anu, Bhre… tadinya saya mau melaporkan kebutuhan biaya perbaikan sangkar, kami sudah boking besi di toko bangunan milik Gendruwo, eh tiba-tiba ketemu di sini."
"Kau ini… gak bisa nunggu pagi apa hah ?! Kau pikir aku lagi ngintip ke dalam ? Iya kan ? Aku ini pangeran, mana mungkin aku berbuat senista itu," ujar Rakha kembali memungkiri. Ya marah, ya malu, mau ditaruh dimana muka ini.
"Tadi kan Bhre sendiri yang bilang, ingat lho Bhre, dia manusia, tidak bisa dinikah, kita beda spesies," kata Wira.
"Kapan aku bilang begitu ? Gak pernah, aku ini cuman mau ngecek apa jendelanya rusak, jangan mikir yang nggak-nggak !!!" ucap Rakha rada sewot.
"Iya iya, maap Bhre, tapi… itu celana Bhre basah," kata Wira menunjuk.
Rakha menengok ke bawah begitu malu, "walaaaah harus bikin alasan apa lagi aku ini ? Bisa aja si Wira tiba-tiba nongol, aduh sialan," batinnya.
"Ini basah kena hujan, Wir, kau tidak lihat langit mendung ?" jawabnya menunjuk ke angkasa raya yang cerah.
"Perasaan enggak mendung, Bhre," katanya.
"Masih bisa ngeyel kau !! Mau kupecat kau ?" kata Rakha jadi marah-marah.
"Bhre kenapa jadi emosi begitu sih ?" ujar Wira.
"Siapa yang emosi," jawabnya.
Siti yang baru selesai sholat dan mendengar suara ribut-ribut dari belik jendela kamarnya segera melepas mukenah kemudian berjalan mendekati jendela kamarnya menguping. "Ini pasti dua orang itu lagi," gumamnya.
'BLAAAAK !' jendela langsung dibuka.
Siti keluar pasang ekspresi marah, ia celingukan ke kanan dan ke kiri, "mana tuh orang ? Ngumpet dimana mereka ? Mereka pasti mau ngintip, heh keluar kalian ?!! Gak sopan banget sih, heeeh Bang Rakha !" pekiknya mencari-cari.
Siti berjalan memeriksa area sekitar, tetap saja, dua jin blegug itu tak dapat ia temukan, "hmmm kemana perginya mereka berdua ? Cepet banget ngilangnya," ujarnya.
Akhirnya Siti masuk kembali ke kamar, ia tutup dan kunci jendela itu rapat, karena takut diintip, ia pasang selembar kain jarik tebal dan lebar di pintu itu, melapisi gordennya. Ia juga meniup 'damar' atau lampu penerangan yang terbuat dari minyak kelapa di kamarnya ini agar ruangan menjadi lebih gelap. Kasurnya sangat empuk dan nyaman, Siti yang lelah seharian mulai rebahan dan menutup matanya hingga mimpi menjemput.
"Kayaknya beberapa jam lagi subuh, kalau gue gak segera balik gimana nasib kuliah gue ? Emang jin bisa ngerjain makalah ? Emang bisa bikin presentasi depan kelas ?" gumam gadis itu kepikiran.
Sementara itu Rakha dan Wira nangkring di atas atap kamar tidur, tangan dan kakinya berubah seperti kaki-kaki harimau yang dipersenjatai cakar-cakar kuat, mampu memanjat dan mencengkeram apa saja dengan kuat. Keduanya menahan bibir-bibir mereka agar tidak berucap apa-apa hingga situasi aman.
"Huuhft, untung Siti gak sampai nyari ke atas rumah, bisa mati aku," gumam Pangeran Rakha setelah memastikan Siti kembali ke kamar tidurnya.
"Seharunya Bhre gak mengintip tadi," ujar Wira.
"Heeeh !! Sudah kubilang aku nggak ngintip, aaaarrggh… pulang sana ! Awas kau sampai menyebarkan ke orang-orang kalau aku ngintip !" ucap Rakha mengancam sambil menunjuk hidung Wira.
***
Sementara itu di alam manusia, Saraswati pulang bersama Yuli setelah seharian kuliah. Sambil jalan berdua menuju kost, Saras berkeluh kesah mengomentari aktivitasnya seharian ini.
"Hmmm kuliah itu ngebosenin banget ya, Yul, kayak… kurang tantangan gitu lah, seharian cuman duduk, nyimak suhu ngoceh di kelas, nyatet, trus pulang gitu aja, aku tuh gak bisa kayak begini, badanku udah lama gak gerak, aku kepengen berlatih jurus-jurus gitu," kata siluman ular putih itu.
Yuli bingung mau menanggapi apa, perasaan seharian ini ia sangat lelah, "yaaa… ikutan komunitas silat aja, Sit," jawabnya.
"Ada ya ?" tanya Saras semangat.
"Ya ada, kalau gak salah tiap Sabtu latihan di tepi waduk," jawab Yuli.
"Ayo kita ikut, Yul, yuk yuk ! Kita sahabat, akan lebih menyenangkan kalau kita sama-sama berlatih jurus," katanya sambil menggendong segulungan serat di tangan.
"Kamu tuh ya, bikin capek aku, Sit, mana udah kuliah seharian begini kegiatannya masih ditambah lagi, Sabtu waktunya istirahat, kalau nggak ya pulkam, cuci baju," kata Yuli.
"Kamu pemalas, Yul, masak kuliah seperti ini saja capek," ujar Saras.
"Iya iya," jawab Yuli sembari menghembuskan nafas lelah.
Sesampainya di kosan, keduanya mendaki tangga naik ke atas. Lucunya kamar mereka terbuka, ada 2 orang asing di dalam sana. Saras mengerutkan keningnya waspada, ia maju di depan Yuli dan merentangkan salah satu lengannya.
"Hati-hati, kawanku, sepertinya ada penyusup di kamar kita," ujar siluman ular itu.
"Hah ?! Penyusup ?" ucap Yuli melongo.
Pelan-pelan keduanya mendekat untuk melihat siapa gerangan yang bisa masuk ke dalam kamar, padahal kamar itu sudah dikunci rapat sebelum berangkat ke kampus. Setelah berdiri tepat di depan pintu, Saras memekik sambil pasang kuda-kuda, tangan pun mengepal di pinggang siap hajar.
"Kurang ajar !! Beraninya kalian menyusup ke kamar kami !" katanya.
Dua orang tua di dalam kamar itu kaget, Yuli pun ikut kaget. "Sit, ngawur kamu ah ! Itu Nyak Babe mu !!" ujar Yuli sembari menabok salah satu lengan Saras.
"Heh ?! Nyak Babe ?" ucap Saras terkejut sembari menurunkan kepalan tangannya.
"Astagaaa ! Ternyata mereka berdua orang tuanya Siti," batin Saras.
Babe Sudarmaji, ayah dari Siti langsung bangkit dari atas tikar, lelaki berusia 55 tahun bercelana kain dengan kopyah hitam di kepala ini langsung meluncur mengulurkan jari-jemarinya ke telinga Saras dan menjewer begitu kerasnya.
"Elu yang kurang ajar, udeh lupe lu sama babe lu sendiri ? Babe jauh-jauh dari Jakarta lu kate nyusup," omel lelaki itu sembari terus menjewer telinga anaknya.
"Aduuuh aduuuh ampun, Ayahanda, ampun, ampun, anakmu khilaf, Ayah, ampuni aku ! Jangan kutuk aku !" ucap Saras langsung menyungkur sungkem di kaki Babenya Siti.
"Beh, udeh Be, kasian Siti, udah ah ! Nyak sama Babe tadi dikasih kunci kamar sama ibuk kost elu," ucap Nyak bergerak menepis tangan suaminya dari telinga anak gadis kesayangannya satu-satunya ini.
"Maafkan anakmu ini, Ibunda, anakmu ini… anu… tadi mengira engkau orang lain, anakmu kelelahan seharian di sekolah," jawab Saras.
"Duu kasian anak Nyak," ucap Nyak mengajak putrinya berdiri kemudian memeluk erat.
Saras membalas pelukan itu sambil mengusap telinganya yang memerah. Babe menghela nafas lelah. Nyak memang sangat menyayangi putrinya, terkadang memanjakannya, sedangkan Babe cenderung mendidik anaknya dengan tegas dan keras, tak jarang menjewer atau menghukum jika anaknya salah. Keduanya mencintai Siti, tiap 3 bulan sekali selalu menyempatkan berkunjung ke Kota xxxx naik kereta dari Jakarta.
Yuli maju ke depan salim ke Nyak dan Babenya Siti, "silahkan, Be, maaf udah nunggu lama," katanya.
Babe memungut sebuah tas dan membukanya, mengeluarkan kardus mengkilat dari dalamnya, "sini lu ! Babe ada hadiah buat elu, mulai sekarang elu kagak usah ke warnet lagi buat ngerjain tugas kuliah, Babe beliin elu leptop," katanya.
"Uyeeeeaaaah !!" Yuli dan Nyak bersorak sambil tepuk tangan.
Saras tampak sumringah juga, Babe menyodorkan kardus laptop itu ke tangan siluman ular itu. Saras pun membuka kotaknya dan melihat benda kotak berwarna pink muda mengkilat, ada gambar apel kegigit di atasnya.
"Waaah terima kasih, Ayahanda, ini cantik sekali, tapi… emmm… kalau boleh tau… ini senjata apa ya ? Bagaimana cara membunuh orang menggunakan ini ?" tanya Saras polos sambil tetap pasang senyuman.
Nyak dan Babe berhenti tersenyum dan saling pandang satu sama lain, keduanya menoleh lagi kepada Siti dan laptop baru di tangannya sambil kedip-kedip.
si bunga kampus kan suka sama Jordan, kenapa nggak diungkap kebenarannya ya... aneh...
dgn berkbeka jualan mas dari raka kan lumayan tuh smpe anak siti mgkin 3th apa 5 th gtu
aku ikut bersedih atas Mekel...
biar pun nggak bisa ngelawan ortu tapi tetep Mekel yang terbaik...
Siti Nggak jujur, suatu saat pasti ketahuan juga kalo itu bukan anak Jordan.
emang ortu Jordan ngijinin Jordan log in ya... sanksi gw...
btw kak apa nanti anaknya berwujud atau gaib ya?
wisss angel2 angel tenan
wahh kasihan siti klo amoe di bunuh yaaa
Siti juga bukannya cari solusi tapi malah mau nambah dosa... ya Tuhan... nggak mikirin nyak babe kayaknya...
cocoklah sama Jordan... sama-sama nggak jelas...
kasihan aja kang mas Mekel...😂😂😂