Seorang gadis yang dipaksa menikah dengan orang yang tidak dikenalnya demi melunasi hutang keluarganya.
Tapi karena sifatnya yang tidak mau diatur, tepat di hari pernikahannya dia memutuskan untuk kabur dan menemui kekasihnya.
Namun apa yang terjadi? Di apartemen, kekasihnya sedang memadu kasih dengan adik tirinya.
Hatinya hancur melihat pengkhianatan di depan matanya. Dan akhirnya dia memutuskan untuk menyetujui perjodohan itu. Dan ternyata eh ternyata laki laki yang menikahinya adalah bosnya sendiri di kantor yang terkenal dingin angkuh dan rumornya tidak menyukai wanita.
Nah untuk mengetahui kisah selanjutnya, ikuti di novel terbaruku yang berjudul " My Husband My Bos"
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewidewie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part: 11 ( Kamu jangan bodoh Emely)
Begitu tiba di kantor, Emely bergegas duduk di tempatnya dengan keringat dingin dan nafas memburu.
Emely mengambil tumbler dari dalam tasnya dan menuangkan isinya ke dalam mulutnya hingga membasahi tenggorokannya.
" Tidak tidak ini tidak benar, aku salah. Bos tidak mungkin orang seperti itu " Gumamnya sambil bermonolog sendiri.
" Emely, ada apa denganmu? " Tanya salah satu temannya.
Emely berdiri dan menatap ke sekeliling kemudian mendekatkan kepalanya kepada temannya seraya berbisik " Fa, memangnya kamu tahu dari mana kalau bos Ardan itu suka sesama jenis? ".
Sifa melotot tajam dan mencubit lengan Emely " Emely, awas jangan sampai bocor dong! Bisa kena masalah kita? ".
" Lho bukannya semua yang ada di kantor ini sudah tahu semua ya tentang si bos? "
" Ya enggak gitu juga Emely, kita tetap harus menjaga nama baik bos kita "
Emely pun mengangguk " Iya juga sih, eh iya ngomong ngomong si bos beneran pacaran sama Hansen ya? " .
Sifa kembali menimpuk pundak Emely
" Sudah cukup membicarakan dia Emely! " Gertak Sifa yang gak mau terkena masalah dalam pekerjaannya karena membicarakan bos di belakangnya.
Tiba tiba Ardan muncul dengan langkahnya yang maskulin diikuti Hansen yang selalu setia di sisinya.
Aura dingin membuat langkahnya begitu tegas.
Seketika Emely terdiam melihat sosok yang berbeda dari dalam diri Ardan. Tiba tiba dadanya bergetar dan aroma parfum maskulin sangat familiar.
" Tuh kan apa aku bilang" Bisik Sifa pada Emely.
Emely tak bergeming dan terpaku dengan terus menatap Ardan hingga sosoknya hilang di balik pintu ruangannya.
" Hai Emely! Kamu kenapa sih? Jangan bilang kamu mulai terpesona dengan bos Ardan ya?" Goda Sifa sambil cekikikan sendiri yang membuat Emely mendengus kasar dan kembali duduk di meja kerjanya.
Dan tak lama kemudian, Hansen keluar dari ruangan Ardan menuju ke arah meja kerja Emely " Nona muda, Bos Ardan ingin bicara empat mata dengan anda".
Emely terperanjat dan menatap Hansen
" Ada apa Hansen? Apa aku membuat kesalahan? ".
Hansen mengangkat kedua pundaknya yang berarti dia tidak tahu apa apa. Dengan hati berdebar Emely pun bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah ruangan Ardan.
Tok tok tok
Ceklek
" Bos memanggilku? "
Ardan menghela nafas sambil memijit pelipisnya " Emely, apa ini? " Ardan melemparkan sebuah map ke mejanya ( tepat berada di depan Emely).
Kali ini Ardan benar benar berbeda dari Ardan yang biasanya. Wajahnya lebih garang dan aura tegas terpancar dari sorot tajam tatapannya.
Emely meraih map tersebut dan membukanya perlahan " Ehmmm astaga aku salah membuatnya aduh bagaimana ini? Pantas saja sibos marah besar" Gumamnya sendiri.
" Katakan Emely! "
" Iya bos maafkan aku tadi keburu"
" Keburu katamu! Emely ini bukanlah alasan, sekarang kamu harus membuat laporan baru dan bersiap bertemu klien sekarang juga".
" Ba baik bos" Jawab Emely gugup.
Emely pun keluar dari ruangan Ardan dan kembali ke tempat kerjanya untuk melanjutkan pekerjaannya.
Tiba tiba seseorang datang yang mengagetkan Emely.
" Emely " Panggilnya.
Emely pun mendongak dan seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Seorang laki laki berdiri tepat di depannya. Laki-laki yang pernah membuat hidupnya berwarna tapi juga laki laki yang sudah menghancurkan hatinya.
" Mas Vero! Ngapain kamu di sini! " Ucapnya penuh keheranan dan tidak mengerti dengan kedatangan Vero karena semua tahu Vero adalah pesaing bisnis Ardan dari perusahaan yang berbeda.
Vero menghela nafasnya dalam dalam kemudian menarik tangan Emely dengan kasar.
" Mas apa-apaan sih kamu lepaskan! " Pekik Emely seraya meronta menolak untuk dibawa Vero.
"Vero! Lepaskan dia! " Gertak Ardan yang membuat Vero berhenti dan menoleh ke arah sumber suara.
" Ardan, ini bukan urusanmu! Kamu jangan ikut campur! "
" Kamu melarangku ikut campur! Ini perusahaan ku dan dia sekretaris ku! Di mana otak kamu! " Jawab Ardan dengan tegas dengan tatapan tajam dan buas.
Emely berusaha untuk melepaskan pegangan tangan Vero yang membuat pergelangan tangannya seperti mau patah.
" Tapi dia kekasihku Ardan, dia sudah lari dariku demi menikah dengan orang lain "
" Aku tidak lari darimu mas tapi kamu yang selingkuh dengan adik tiriku" Jawab Emely ketus.
Vero mengangkat kedua alisnya dengan nafas yang berat " Apa, itu tidak benar sayang".
Emely melepaskan paksa pegangan tangan Vero " Terus kalau tidak selingkuh ngapain di kamar berdua! "
" Tapi sungguh sayang, maafkan aku itu karena Erika yang sudah menjebakku dan selalu mengejarku" Vero mulai mengeluarkan jurus mautnya untuk merayu gadis termasuk Emely yang tiba tiba luluh dengan ucapan manis Vero.
Ardan menghela nafasnya dengan kasar, sambil mengepalkan tangannya " Beraninya kamu bikin ribut di kantorku brengsek! "
Vero pun tak kalah garang, dia hendak maju untuk memberikan bogemnya kepada Ardan tapi Hansen lebih dulu menahannya dengan pukulan yang tepat mengenai wajahnya.
Bugs
Bugs
Bugs
Hansen menghajar Vero hingga babak belur membuat Emely tidak tega " Hansen cukup, hentikan Hansen! "
Vero pun tersungkur penuh darah di pelipis dan sudut bibirnya.
Hansen dan Ardan tersenyum menyeringai.
" Tuan muda, eh maksudku bos Ardan, bagaimana mau kita apakan pria brengsek ini? " Tanya Hansen sambil merapikan kembali Jaznya.
Emely bersimpuh dan menolong Vero yang sudah babak belur. Dia letakkan kepala Vero di atas pangkuannya " Mas Vero mas sadarlah mas hiks hiks".
" Emely jangan bodoh kamu! Dia sudah mengkhianatimu? " Ucap Ardan dengan senyum tipisnya.
Emely menatap Ardan dengan tajam " Tuan Ardan yang terhormat. Aku tahu dia pernah salah padaku, tapi dia tahu bagaimana meminta maaf atas kesalahannya dan menampakkan dirinya setelah membuat hatiku hancur. Tapi bagaimana dengan sahabatmu itu, dia sudah menghancurkan hidupku tapi tidak berani menampakkan dirinya di hadapanku.. pengecut! "
Ardan terdiam seketika mendengar ucapan yang dilontarkan Emely. Karena dia tahu dirinya lebih pengecut dari yang dikira. Bahkan untuk mengakui yang sebenarnya saja dia tidak berani.
Hansen tahu Ardan terpukul dengan ucapan yang dilontarkan Emely " Tuan muda apakah anda baik baik saja".
Ardan tak bergeming.
Emely berusaha menyadarkan Vero dan memapahnya untuk keluar dari gedung tersebut.
Semua karyawan yang ada di sana tak ada yang berani bersuara, mereka hanya diam dan menatap Emely yang memapah Vero dengan susah dan tertatih.
Sementara Ardan kembali ke ruangannya dengan emosi yang meledak.
" Hahhhh, brengsek! "
Pyar
Ardan melemparkan vas bunga dan semua yang ada di atas meja kerjanya.
" Tuan muda, tenangkan dirimu? Mungkin memang sudah saatnya anda jujur dengan nona muda kalau andalah suaminya? " Ucap Hansen sambil berusaha menenangkan keadaan.
( Hansen memang sudah mengkhianati Sandra dan memberitahu yang sebenarnya kepada Ardan kalau Emely adalah istrinya)
" Hansen, aku memang pengecut, aku pecundang! Aku tidak punya perasaan! Aku aku sungguh bodoh Hansen, aku penakut! " Ardan pun jatuh terduduk di lantai di dekat sofa.
Hansen ikut berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan atasannya itu " Tuan muda, anda harus berani melangkah dan melupakan nona Fenita dia sudah menikah, hidupnya sudah bahagia, dan sekarang tuan muda harus move on. Aku yakin nona muda adalah orang yang tepat yang akan membuat tuan muda kembali hidup dalam cinta"
Ardan tak menjawab dia pun menunduk dengan semua kesedihannya. Rasa cintanya pada anak pak kyai telah membuatnya hampir gila.