Soraya Kusuma, Gadis Yang Akrab Di Sapa Raya Anak Dari Wijaya Kusuma Dan Naraya Sekar Sari, sejak Ia Lahir Hidupnya Sudah Penuh pantangan. Ada Beberapa Pantangan Yang Tidak Boleh Di Lakukan Oleh Raya Yaitu Pergi Ke Air Terjun.
Larangan Itu Sudah Di Beritahukan Oleh Ibunya Raya. Saat Usianya Genap Sepuluh Tahun.
Namun Saat Raya Menginjak Usia Sembilan Belas Tahun Ia Diam-Diam Pergi Ke Sebuah Curug Bersama Kedua Teman Nya. Karena Mereka Membangun Sebuah Komunitas Untuk Di Unggah Di Sosial Media Nya. Hanya Untuk Memecahkan Sebuah Misteri Yang Sudah Di percaya Oleh Ibunya.
"Yang Sudah Di Takdirkaan Akan terus Membersamai" Ujar Arya Narendra
Sosok Laki-Laki Tampan Yang Membuat Mata Raya Terazimat Saat Pertama Kali Melihat Nya.
( Sambungan Kisah dari Cinta beda Alam )
" Happy Reading "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
Raya Terseyum Hangat, Tidak Ada Bayangan Wajah Seseorang Yang ia Kenali Di Kehidupan Nyatanya..
"Silahkan Diminum Tuan Putri" Ujar Seorang Dayang. Sambil Menuangkan Wedang Serbad Kedalam Cangkir Kecil.
"Apa kalian Melihat Sinta?" Raya Bertanya Pada Ke Empat Dayang Yang Sedang Berada Di Dekat Nya.
"iya-Dayang Sinta Sedang Di Tugaskan oleh Yang Mulia." Ucap Salah Seorang Dayang. Namu memasang Mimik Wajah Penuh Keraguan.
Raya Sama Sekali Tidak Menaruh Curiga Ia Justru Menikmati Pepes Ayam Kemangi, Dan Juga Setiap Kali Tegukan minuman Asam Manis.
Di Dalam Istana, Semua Yang Di Suguhkan Berbagai Macam Masakan Selalu Di Lengkapi Dengan Asam Jawa. Pepes Ayam Dengan Asam Jawa, Sayur Yang Di tumis Dan Di Masak Pun Di Campur Dengan Asam Jawa.
"Ini Enak Sekali..." Raya Mengemut Satu Persatu Jemari Nya. Rasa Ayam Kemangi Manis Pedas Dan Gurih.
"Aku Akan Kedepan Sejenak" Ucap Raya Sambil Beranjak Dari Duduk Nya.
Satu Dayang Berusaha Menahan Raya. "Tidak Perlu Tuan Putri, Di Depan udaranya Sangat Tidak Bagus" Ujar Sang Dayang, Namum Nampak Jawaban Sang Dayang Membuat Raya Nampak Tidak puas.
"Tidak bagus Bagimana Maksudnya? Bukankah Disini Udaranya Sangat Bagus Karena Di Dekat pegunungan Dan Alam?!" Raya Mengangkat Sebelah Alis Nya.
Para Dayang Saling Menatap, Tentu Saja Mereka Juga Bingung Harus Berbuat Apa? Karena Nampaknya Ekspres Wajah Raya Langsung Berubah.
"itu Bukan Alasanya Kan?" Raya Memasang Muka Datar memandang satu persatu Para Dayang
Tiba-Tiba Arya Datang Membuka Pintu, Para Dayang Langsung Menunduk, Menunjukan Rasa Hormat, Sedangkan Raya Tersenyum Hangat Melihat Arya Datang.
"Arya Kau Darimana Saja?" Sapa Raya Sembari Kaki Nya berjalan Menuju Ke Arah Arya.
Arya Mengibaskan Tangan Mengisyaratkan para Dayang Nya Agar Pergi Keluar Meninggalkan Mereka Berdua.
Para Dayang Jalan Keluar Beriringan Sambil Melihat Wajah Arya Nampak Sangat Tidak Suka.
"Arya Tadi Aku Meminta Keluar Kamar untuk Mencari udara Segar, Namun Para Dayang Tidak Memperbolehkan." Ucap Raya Manja, Mata nya Berbinar Melihat Wajah Arya
"Memangnya Mau Liat Apa Keluar?" Arya Nampak Tersenyum Masam.
Karena Sejak Raya Pingsan Dari Singgah Sana Kerajaan, Raya Langsung Di Bawa Masuk Kedalam Kamar Dan Raya Tidak Melihat Ke Sekeliling Kamar Nya.
"Hanya Ingin Melihat Saja Arya...." Raya Memohon, Tampa Malu Ia Menglayuti Lengan Arya Yang Kekar
Mengingat Ucapan Dari Petapa Arya Mengurungkan Niatnya Membawa Raya Ke luar, Karena Ia Takut Jika Raya Mengetahui Hal Yang Sebenarnya.
"Lain waktu Saja, Aku Akan Ada Tugas Kerajaan Yah..." Arya Tersenyum Hangat, Sekilas Ia Membenarkan Anak rambut Raya Ia Selipkan pada Daun Telinga Nya.
Kemudian Arya Berpamit Keluar Dari Kamar, Nampak nya Raya Menekuk Wajah Masam, Ia Nampak Sudah Sangat Bosan Hanya Melihat Pemandangan Dalam Kamarnya. Meskipun Luas Namun Raya Nampak Bosan.
"Kayanya tadi Aku Belum Minum Serbad, Apa Aku Minta Aja Yah Ke Sinta, Kan Sekalian Keluar,,," Batin Raya Sembari Terseyum Puas. Karena Ia Bisa Mempunyai Alasan untuk Keluar Dari Kamarnya.
Satu Langkah, Dua Langkah, Akhirnya Raya Sampai Di Pintu, Ia Memasang Aba-Aba, pelan-pelan Membuka Pintu. Beruntung Di Depan tidak Ada penjaga.
Raya Berjalan Sambil Tersenyum Getir, Melihat Ke Sekeliling Sepi Hening Seperti Tidak Berpenghuni Hanya Raya Seorang Diri, Sialnya Raya Lupa Kalau Di Dunia Nyatanya Raya Memiliki keistimewaan Melihat Mahluk Tak Kasat Mata.
padahal Di Luar Hari Masih Siang, Namun Saat Raya Keluar Dari Kamarnya Tidak terang Seperti Di Dalam Kamar, Tidak Ada Cahaya Masuk, tidak Ada penerangan Dari Cahaya Lampu. Hanya Terdapat Cahaya Lilin Di Setiap Sudut nya.
Raya Berjalan Ke Arah utara, terletak Cermin Berukuran Bulan Sabit Disana, Namun Juga Terdapat Sebuah Pintu Besar Yang Membuat Mata Raya Seolah Penasaran.
Karena Raya Tidak Merasa Menemukan tangga Untuk Keluar Dari Sana, Raya Meraba Pintu Besar Yang Nampak Kokoh.
Namun tidak Ada Pegangan untuk Meraba Menarik pintu. "Bagaimana Aku Bisa Keluar? Gagang Pintu Nya Saja Tidak Ada!" Raya Menarik Nafas Kasar
Namun tidak Lama Kemudian Terdengar Suara Jeritan Yang Sangat Menyayat Hati...
"Aaaaaaarrggg,,, Ampun Sakit, Jangan Terus kan!!!" Suara Itu Samar Dari Balik Pintu.
Raya yang Sadar Langsung Kembali Menempelkan Daun Telinga Nya Ke Arah pintu, Raya Menarik Nafas Dalam Sambil Matanya Membulat Sempurna.
"Sakit,,, Ampun! Jangan teruskan!" Terdengar Suara Perempuan Merintih Meminta Ampun, Saat Yang Bersamaan Juga Terdengar Suara Cambukan Berkali-Kali.
Mendengar Itu Raya Langsung Menarik Diri! Sekuat Tenaga Raya Berusaha Membuka Pintu itu. Tidak berhenti Disitu Raya Juga Mengunakan Kaki Nya Sekuat Tenaga Menendang Pintu itu Agar Terbuka.
"Buka Woi.... Jangan Beraninya Menyiksa Perempuan!" Pekik Raya Dengan Nafas Yang Memburu. Amarahnya Meledak Saat Mendengar Wanita Merintih Kesakitan.
Suara Nya Terdengar Semakin Jelas, Keringkan Di Kening Raya Sudah Membasahi Pipa. Namun Raya Tidak Berhasil Membuka Pintu Itu.
Tiba-Tiba Angin Berhembus entah Dari Arah Mana? Hingga Membuat Semua Lilin Mati. Raya Kaget ia Langsung Berbalik Badan, Bersamaan Dengan Sesosok Wanita Melayang Dengan Rambut Panjang, Wajah Menunduk Dan Kuku Tangan Yang Siap Mencakar, Ia terbang Mendekat Ke Arah Raya.
"Aaaaa...." Raya Menjerit Kaget, Melihat Makhluk Mengerikan Yang Hendak Melukai Dirinya Dengan Kuku yang Sangat tajam.
"Jangan pernah Men_cari Tahu Apa-Pun Disini!" Ucapnya Dengan Suara terbata, Ia Mendongak Melihat Raya. Makhluk Mengerikan Dengan Mata Yang Merah Menangis Darah Dan Gigi Bertaring.
ia Mencekik Raya Sekuat Tenaga, Raya Meronta Namun tidak Bisa, Hingga Sampai terdengar Suara Jeritan Demi Jeritan Di Belakang Nya. Dan Raya Susah Bernapas Berakhir Dengan Tidak Sadarkan Diri!
.
.
"Hhhhhaaahaaa..." Raya Terbangun Tiba-Tiba Saja Ia Sudah Berada Di Atas Kasur Nya.
Raya Mengusap Lehernya, Tidak Ada Luka. Ataupun Bekas Cakaran Dari Hantu Menyeramkan.
"Kenapa Aku Sudah Berada Disini? Bukanya Tadi Aku Keluar Kamar!" Tentu Saja Raya Dibuat Bingung Sendiri!
Saat Raya Sedang Kebingungan Tiba-Tiba Saja Juga Muncul Sinta yang Entah Datang Darimana?
"Sinta Sejak Kapan Kamu Datang?" Raya Mengerutkan Kening Nya.
Dengan Suara Yang Nampak Berat Sinta Menjawab Sambil Menutup Semua Bagian tubuhnya Dengan Sari.
"Sejak Kau Tidur Tuan Putri, Dan ini Minumlah Mumpung Masih Hangat." Ucap Sinta Tampa Menoleh Ke Arah Raya.
"Hah Tidur?... Aku Tidak Merasa Tidur Sinta! Justru Tadi Aku Keluar untuk Meminta Wedang Serba Pada Mu!" Raya Berusaha Mengingat. Karena Jelas Sekali Dalam Ingatan Raya Tidak Merasa Tidur.
"Hmmm... Sudah Lupakan Saja, Minumlah Wedang Nya. Dan Inga Jangan Pernah Mencari Tahu Tentang Apa-Pun Disini!" Ucap Sinta, Kali Ini Ia Berani Menoleh Ke Arah Raya. Namun Nampak Wajahnya Lebam Punggung Tangan nya Nampak Membiru.
"Sinta Tangan Mu?" Raya Engah Melihat Tangan Sinta yang Membiru.
"Sudah Ku Bilang Jangan Pernah Mencari Tahu Apa-Pun Disini!" Sinta Menekan ucapannya Ia Kembali Menarik Sari Agar Menutupi Bagian Tangan Nya.
Raya Tersentak Kaget Menyadari Ucapan Sinta Yang Sama Persis Dengan Hantu Yang Mencekik Dirinya.