"Ihh... Panas Mas!"
"Sebentar lagi juga dingin, nikmatin aja."
Adelia mengalami insiden yang hampir merenggut nyawanya karena kecerobohan seseorang, bukannya mendapatkan ganti rugi Adelia malah mendapatkan calon suami.
"Kamu enggak perlu khawatir, aku akan bertanggungjawab. Bapakku Penghulu kamu tenang saja."
Maksudnya apa, memangnya kenapa kalau bapaknya pria ini seorang penghulu? kan Adelia hanya butuh ganti rugi bukan calon suami.
"Kenapa, ada yang aneh ya sama saya? Kenapa ngeliatin terus?"
"Kenapa, emangnya gak boleh dilihat gitu?"
"Ck, kalau kamu ngeliatin kayak gitu 𝙩𝙚𝙧𝙪𝙨, 𝙠𝙪𝙢𝙖𝙝𝙖 𝙡𝙖𝙢𝙪𝙣 𝙪𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙖𝙠𝙞𝙣 𝙗𝙤𝙜𝙤𝙝, 𝙨𝙖𝙝𝙖 𝙣𝙪 𝙧𝙚𝙠 𝙣𝙜𝙖𝙝𝙖𝙡𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CABE Bab 9
𝘽𝙍𝘼𝙆!
Adelia menutup pintu mobilnya cukup kencang, raut wajahnya terlihat lelah bahkan untuk mengangkat tas miliknya saja rasanya tidak kuat. Sepulangnya dari bengkel dan warung bakso Adelia bergegas kembali ke kantornya, showroom mobil yang menjadi tempatnya mencari uang.
Sore harinya dia pulang, waktu bekerja sudah selesai sesuai dengan kontrak. Adelia tidak pernah mengambil lembur apapun selama bekerja disana, cukup dari pagi hingga sore untuk malam harinya Adelia membutuhkan banyak istirahat.
Tidak ingin mem forsir tubuhnya agar tidak kelelahan, kalau sudah sakit siapa yang repot nanti tentu saja dirinya sendiri mana ada yang peduli selain uangnya.
"Baru pulang kamu?" Baru saja kedua kaki Adelia menginjak teras dia sudah disambut oleh ayah angkatnya, pria itu terlihat sibuk mengutak-atik ponselnya tapi ekor matanya melirik pada Adelia.
"Hm, lumayan rame hari ini jadi agak telat." Sahutnya seadanya.
Adelia tidak ingin memperpanjang obrolan, dia bergegas melangkah tapi lagi-lagi langkahnya terhenti saat mendengar suara Herman yang menurutnya begitu memerintah mutlak.
"Nanti malam Ayah ingin kamu ikut menemui seseorang, tenang saja kali ini Ayah dan Ibu mu juga ikut. Sekarang istirahat, setelah itu bersiap kita makan malam diluar saja." Ucap Herman dengan nada memerintah, dia tidak peduli dengan jawaban yang akan diberikan oleh Adelia.
Walaupun anak angkatnya itu menolak Herman akan tetap memaksanya untuk ikut, bagaimanapun malam ini Adelia harus bertemu dengan laki-laki itu.
Adelia tidak menyahut, dia hanya menghela napas berat seraya melangkahkan kedua kakinya masuk kedalam rumah. Adelia mengabaikan lirikan tajam yang dilayangkan oleh Herman, tidak perlu repot-repot untuk menyahuti ucapan laki-laki tua itu karena Adelia yakin Hermanto pasti akan memaksanya.
"Dasar tukang paksa!" Gerutunya.
Tubuhnya yang lelah ditambah lagi pikirannya juga terasa berat karena ulah Hermanto membuat Adelia merasa rasa lelahnya bertambah berkali-kali lipat.
Sementara ditempat lain...
Azkha terlihat menghirup rokoknya dengan dalam, matanya terus saja menatap kearah pada pekerja yang tengah menimbang berkarung-karung cabai hasil panennya hari ini.
Selepas mengantarkan Adelia kembali ke bengkel Shaka untuk mengambil mobilnya tadi dia bergegas ke perkebunan, sore hari hingga malam nanti mungkin dirinya akan terus disini untuk meninjau pengangkutan hasil panen.
Laki-laki berkaos tanpa lengan itu menopang dagunya, terlihat termenung menatap lurus kearah mobil truk yang mulai terisi oleh puluhan karung cabai miliknya.
"Den, malam ini saya pulang dulu ke rumah ya, enggak bisa nginep disini soalnya anak saya lagi sakit. Si Eman juga, katanya emaknya lagi di rawat di rumah sakit jadi enggak bisa nunggu pondok." Cetus salah satu pekerja yang memang menjadi penunggu perkebunan sekaligus ikut memanen dan menanam cabai di tempat ini.
"Enggak apa-apa Kang, malam ini biar saya yang jaga. Lagian karungnya udah ke angkut semua kan, kalau urusan cabe yang masih di pohonnya mah biarin aja." Azkha menyahuti seraya turun dari atas motornya, dia berjalan menuju para pengangkut yang terlihat mulai kelelahan. Tanpa banyak bicara Azkha ikut memanggul satu-persatu karung berisikan cabai merah merona dan pedas tersebut, setelah sebelumnya pundaknya yang sedikit terbuka dilapisi oleh plastik transparan.
Azkha bukan tipe orang yang menganggap dirinya boss saat bekerja, walaupun di perkebunan ini dia adalah tuannya tapi Azkha tidak pernah segan untuk turun tangan membantu para pekerjanya sekalipun itu mencangkul lahan.
Lihat saja tubuhnya, yang dulunya saat muda belia bersih putih menggemaskan kini malah begitu kekar dan besar dengan otot-otot tangan dan di bagian lainnya yang terbentuk sempurna, belum lagi kulitnya lebih eksotis karena keseringan terpanggang matahari.
Azkha melakukan semua itu demi masa depan, demi Bundanya, demi keponakannya demi adik-adiknya dan sekarang demi Nyai.
Uhuiii!
***
Adelia benar-benar jengah dengan obrolan yang dilakukan oleh Hermanto dan seorang laki-laki yang mungkin usianya tiga puluh tahunan lebih kalau dilihat dari wajahnya, mereka berdua terus saja membicarakan bisnis yang Adelia tidak pernah pahami dan mau tahu.
Berulang kali Adelia menyeruput minumannya saat merasakan tenggorokannya mulai kering, dia juga terlihat tidak nyaman saat melihat ekor mata laki-laki didepannya ini terus saja melirik padanya.
Terlihat tertarik tapi lirikan matanya itu begitu intens seakan tengah memindai dirinya dari atas hingga bawah. Adelia sendiri sedang memakai gaun tanpa lengan dengan corak lembut berwarna biru gelap, dia risih ingin segera berganti pakaian.
Kalau bukan karena perintah Herlina ibu angkatnya Adelia tidak akan mau menggunakan gaun ini dimalam hari, sudah tidak memiliki lengan hanya selutut lalu malam hari lagi memakainya, mereka pikir dia tidak kedinginan apa ya!
Makan malam sudah selesai sedari tadi tapi Hermanto masih saja terus membual tidak karuan bersama Laki-laki ini, kapan pulangnya?
"Bu, kapan kita pulangnya? Besok aku harus kerja!" Bisik Adelia dengan penekanan.
Dia melirik pada Herlina yang terlihat santai, perempuan itu hanya membalas lirikan anak angkatnya dengan acuh tak acuh.
"Kamu pulang sama Pak Willy saja ya Del, biar mobil kamu Ayah yang bawa." Cetus Hermanto tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengannya, bahkan pria itu terlihat cuek saat dirinya hendak membuka mulut.
"Tentu saja, saya akan membawa putri Pak Herman pulang dengan selamat." Sahut laki-laki bernama Willy tersebut, dia tersenyum pada Adelia yang terlihat tidak bisa melakukan apapun selain pasrah.
𝙃𝙚𝙧𝙢𝙖𝙣 𝙨𝙞𝙖𝙡𝙖𝙣!
bener ga tuh bahasa sundanya, kak def zeyeeennnnnkkk?
wong solo ajar basa Sunda gegara novel kakak nih /Grin//Grin//Grin/
MasyaaAllah... bang azkha bener² bkin neng adel klepek² n bkin kita yg baca jadi pgn diklepekin juga /Drool//Drool//Drool//Drool/
hadeeuuuuhhhh, si ameledung. jadi orang kok isinya cuman iriiii mulu ama orang lain /Hammer//Hammer//Hammer/
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤪🏃🏃🏃
trs jd artis deh....
wahhh... Ais bakalan jd Mama Artis donk..
🤭🤭🤣🤣🤣🏃🏃🏃🏃🏃
hati hati loh...tidur jadi gk nyenyak..hidup jadi GK tentram nnti klu dengki 😁