Tak ada yang menyangka jika orang yang dianggap musuh ternyata orang yang dikirim Tuhan untuk menjadi orang yang berarti dalam hidupnya.
Walau banyak sekali rintangan untuk mengucap janji suci. Tapi jika Tuhan sudah berkehendak rintangan seberat apapun tidak akan mengalahkan tekadnya.
Gama Alexander berubah menjadi posesif ketika sudah menjadi suami Elata. Tegas dan mempunyai karismatik yang menawan. Sehingga tak banyak yang kagum pada sesosok pengusaha muda tersebut.
Elata wanita yang dari dulu sangat dicintai dan diinginkan Gama. Siapa yang tidak kenal dengan wanita jutek itu. Tapi, setelah menikah dengan Gama, Elata berubah menjadi sosok yang ramah. Berbeda jika pada saat dengan Gama, wanita cantik itu akan berubah 180 derajat. Tingkah absurdnya akan kembali.
Apakah Gama dan Elata akan tetap bertahan dengan pernikahannya seperti waktu mereka pacaran dulu dengan cobaan yang akan datang menimpa pernikahan mereka. Ataukah akan sebaliknya?
Simak di MEIML
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seizy kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mag, kambuh
Gama dan Elata sedikit tak rela melangkahkan kakinya pergi ke lapangan.
Yang benar saja, Mereka di hukum harus hormat, udah gitu kaki harus di angkat sebelah. Mana matahari udah ada di atas kepala lagi. Bisa botak kepala mereka karna terbakar sang surya yang panasnya super pool.
"Pak, boleh nawar gak hukumannya?" Elata bertanya pada sang guru yang kini sudah sangat geram. Matanya tajam kaya yang lihat makanannya di gondol kucing. Bahkan sangat, pada Elata dan Gama.
Kok ya Elata masih ingin menawar hukuman pak Zaki? Kaya beli premen yupi aja. Harusnya serebu dapat tiga ini minta serebu mau lima. Yang benar saja?
"Kamu mau saya tambahin hukuman nya?"
Ya Alloh tu mata bisa kagak sih gak usah melotot gitu. Ngeri gue lihatnya. Kaya yang mau makan gue idup-idup aja. Umpat Elata dalam hati.
Gama sih masih kalem, gak bisa nolak apa omongannya Pak Zaki. Gama 'kan masih waras.
Gak kaya Elata yang otaknya udah gesrek lima inci..Ck! Gama hanya berdecak, memijat pangkal hidungnya. Mukanya jangan di tanya lagi,
Udah kaya udang di goreng gosong trus malah di bakar. 'Kan tambah edan
"Bersihin gudang yang ada di ujung koridor, dekat perpustakaan!"
Wah tambah parah ini mah. Ingin Elata, hukumannya di ringanin, ini malah dapet yang berat, kaya udah bawa bola bekeul saja. Jangan salah, kalau bola bekeulnya sekarung mah jangan di tanya ringan Bang..
****
"Gam, loe aja ya yang bersihinnya!" Gue takut nih. Di gudang itu 'kan ada hantu nya" Elata dan Gama kini sudah berada di depan pintu gudang yang di maksud Pak Zaki.
"Jangan ngayal deh,El!"
"Gue tuh gak ngayal, cuma ngehalu saja"
"Udah, buka kuncinya!" Titah Gama
"Gam, beneran gue mah kagak boong. Si Askan noh saksinya, dia sering Liat cewek nangkring di sini"
"Boongnya gak usah lebay deh!"
"Ampunn dah, ni anak enggak percaya banget sama gue. Ck!" Elata berdecak kesal.
Gagal deh ngibulin Gama. Niatnya 'kan, Elata mau ke kantin, biar Gama sendiri aja yang bersihin gudangnya. Begitu pikirnya Elata.
Kunci pintu di buka. Gama memutar knop pintunya. Ceklek! Gama dan Elata berjalan pelan ke dalam sana. Tiba-tiba....
guludak-guludak-guludak
Bukan suara kepala yang gelindingan karna tendangan, ya. Ini tuh lebih dari suara itu. Elata kaget. Begitu juga Gama. Elata lantas memeluk tangan Gama.
Eh yang di peluk sans aja tuh. Apa gue Cari kesempatan lagi, ya? Gumam Gama dalam hati. Matanya bertemu mata indah Elata. Kembali bertatapan tanpa hajij.
"Apaan tuh, Gam?" Tanya Elata yang tak melepaskan pelukan tangannya.
Gama bukannya menjawab, pemuda itu malah mendekatkan wajahnya ke wajah Elata.
Gama memajukan wajahnya. Sontak Elata memundurkan wajahnya.
Wah bener banget si Gama mau cari kesempatan dalam kesempitan. Pikir Elata!
Elata terus memundurkan wajahnya saat Gama terus saja mendekatkan wajahnya ke wajah Elata.
"Loe kenapa?" Tanya Gama saat tak merasakan hembusan nafas Elata.
"Kenapa apanya?" Elata bertanya balik
"Loe gugup? gue gak ngerasin nafas loe"
"Eemm.. Nafas gue lagi istirahat.. Heee"
What? Apa ada istirahat nafas? yang ada kalau gak nafas bisa kena serangan jantung mendadak tuh. Gama masih tak mengubah posisinya.
"Loe mundur dulu deh! Gue jadi gak bisa nafas dengan benar nih"
Oh... Ternyata benar Elata gugup. Jantungnya seakan berpacu dengan cepat. Seperti minta ingin loncat dari tempatnya. Wajahnya sudah merah kaya nasi di kasi bon cabe.
Lantas Gama langsung memundurkan wajahnya. Kemudian Elata menarik nafas, dan menghembuskannya pelan. Kini ia sudah bisa bernafas normal.
" Aahhhh...." Teriak Elata tiba-tiba
" Apa?" Gama heran
meow
weh, dikira apaan. Ternyata kucing. Lah dari mana tuh datangnya kucing?" Elata dan Gama saling melirik.
****
"Gam, perut gue sakit nih. Pala gue pusing" Elata yang sedang bersihin buku yang kena debu dengan kemonceng yang ia pegang. Tiba- tiba saja memegang perutnya yang keram dan seperti di tusuk-tusuk.
Kepalanya sudah mulai di penuhi dengan bintang. Berputar mengelilingi.
"Gak usah alesan deh, El! Gak mempan. Gue tau dari tadi loe cuma alasan saja biar gue sendiri 'kan yang bersihin ni gudang?"
Saat Gama tak mendengar suara Elata lagi. Pemuda itu menghentikan tangannya yang sedang merapikan buku-buku ke rak yang terpasang di sana.
Gama berjalan mendekat Elata.
"El..." Gama kaget saat Elata hanya duduk di lantai tak beralaskan apapun. Kepalanya menunduk dan dua tangannya memegangi
perut. Ke dua kakinya juga di tekuk. Seperti gadis itu sedang menahan rasa nyeri di perutnya.
Peluh bercucuran di dahi Elata. Rambutnya pun sudah basah dengan keringat.
"El, loe gak apa-apa?" Gama menyibakkan rambut Elata yang menghalangi wajahnya. Elata masih menunduk memegangi perutnya.
"Perut gue sakit banget, Gam" suara Elata yang parau.
"Mag loe kambuh?" Tanya Gama. pemuda itu khawatir dengan keadaan Elata.
"Kayanya"
"Kita ke UKS ya!"
Elata mengangguk cepat. Gama langsung membantu Elata berdiri. Tangan Elata masih menahan sakit di perutnya.
****
"Obat mag loe dimana?" Tanya Gama saat pemuda itu sudah membaringkan tubuh Elata di ranjang UKS.
"Di tas gue"
"Gue ambil. Loe istirahat aja dulu !"
Saat gama hendak berjalan ke luar, Elata memanggilnya kembali.
"Gam" Gama menoleh " Jangan lama-lama ya, perut gue udah sakit banget" Ucapnya pelan karna menahan rasa nyeri di perutnya.
Elata memang sudah dari umur 10 tahun menderita mag. Jadi Elata selalu membawa obat mag di dalam tasnya. Takut magnya kambuh seperti saat ini.
Ini gara-gara gue kesiangan dan gak sempet sarapan. Datang ke kelas malah di suruh bersihin gudang. Apes banget. Gumam Elata dalam hati.
****
sepuluh menit
dua puluh menit
"Ko Gama lama sih? Apa hukumanya di tambahin ya sama Pak Zaki karna gak nyelesain bersihin gudang? Tapi...Bel istirahat 'kan udah bunyi." Elata mulai berasumsi sendiri.
Dua puluh menit sebelas detik
"Sorry, gue lama ya? Gue abis dari kantin beliin ini dulu buat, loe. Gue tau loe belum sarapan 'kan"
Gama memberikan roti keju pada Elata setelah ia membuka perekat bungkusnya.
Elata memakan roti itu dengan lahap. Kaya orang yang udah gak makan sebulan aja.
Kemudian Gama memberikan obat magnya pada Elata.
"Ekhem"
Gama dan Elata menoleh ke arah pintu UKS. Ternyata Flora dan Cindy yang datang.
"Loe gak napa-napa, El ?" Tanya Flora khawatir. Elata menggelengkan kepalaya.
"Kenapa mag loe bisa kambuh?" Kini Cindy yang bertanya.
"Gara-gara....". Elata hanya menujuk seseorang yang ada di samping dengan dagunya.
Gama memutar bola matanya jengah. Flora dan Cindy hanya tersenyum menanggapi Elata.
"Udah ada temen-temen loe. Gue balik ke kelas ya"
Elata menganggukan kepalanya.
"Thank's, Gama"
Kata itu bukan keluar dari mulut Elata. Melainkan dari mulunnya Cindy.
Kalian berharapnya apa? Elata yang ngucapin thank's pada Gama?
Kaya nya itu gak mungkin. Elata kan pelit. Pelit hanya buat ngucapin terima kasih saja.
****
"El, loe gak apa-apa?" Tanya Marsel saat Elata sudah ada di depan kelasnya. Marsel mengetahui Elata di bawa ke UKS dari Gilang temannya. Saat itu Gilang sedang mengecek obat ke UKS.
"Gue gak papa"
"Loe, kenapa bisa masuk UKS ?" Tanya Marsel dengan raut wajah yang khawatit. Tangannya memegang bahu Elata kuat.
"Mag gue kambuh"
"Loe udah minum obat 'kan?"
" Hhmmm"
" Ya udah, loe masuk kelas gih! ".
Saat langkah Elata sudah ada di kelas. Marsel tiba-tiba memanggilnya kembali.
"El," Elata menoleh.
"Hhmmm"
"Loe di undang juga gak sama Ariska?"
Elata hanya melirikan matanya ke arah Flora dan Cindy. Seakan bertanya gue dapet gak? Cindy mengangguk cepat.
"Hmm"
"Loe mau dateng gak?" Tanyanya kembali
"Eeemmm...." Bagai berpikir "Gue gak tau" Jawabnya kemudian
"Loe dateng dong! Nanti biar gue yang jemput"
"Lihat nanti saja ya, gue belum tau "
Marsel berlalu setelah mengiyakan Elata.
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata mengamatinya. Gama melihat Elata dan Marsel.
Kok Gama gak suka ya Elata deket sama cowok lain? Padahal 'kan dia bukan siapa-siapa?
Askan memandang Gama dengan wajah penuh selidik. Lah mau ngapain coba tu si Askan. Matanya kaya mata kambing yang lagi rebutan rumput.
" Mata loe napa, Gam?" Tanya Askan. Gama melirikan matanya tajam pada Askan. Apa loe? mau gue bunuh pake kunai miliknya si naruto? Begitulah kiranya mata seorang Gama menatap Askan dengan mata membunuh.
"Sans bro, gue cuma lihat mata loe yang kaya udah di sembur api. Panas banget, kaya mau pecah tuh mata"
Gama tak menggubris. Kemudian matanya beralih ke arah lain, seakan menghindari tatapannya Askan yang penuh selidik itu.
"Mata tuh gak bisa bohong, Gam" Askan berlalu sambil menepuk bahu Gama dua kali.
****
TBC
Jangan lupa like, komen, kasih rate5 juga ya. Kalau yang mau kasih vote tengkyu !!!
Dukungan dari para reader's tuh penting banget bagi author kaya aku. Yang baru belajar berkarya...