NovelToon NovelToon
Mencintai Dalam Diam

Mencintai Dalam Diam

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Husnul rismawati

kisah cinta di dalam sebuah persahabatan yang terdiri atas empat orang yaitu Ayu , Rifa'i, Ardi dan Linda. di kisah ini Ayu mencintai Rifa'i dan Rifa'i menjalin hubungan dengan Linda sedangkan Ardi mencintai Ayu. gimana ending kisah mereka penasaran kaaan mari baca jangan lupa komen, like nya iya 🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Husnul rismawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 21 kehadiran linda

Rifa'i menghela napas berat, menatap punggung Pak Herman yang menjauh. Kata-kata guru senior itu terus terngiang di benaknya: "Mungkin ada orang yang merasa terancam dengan kehadiran kamu di sekolah ini." Siapa? Siapa yang merasa terancam?

Dengan langkah gontai, Rifa'i menuju parkiran, menaiki motornya, dan melaju pulang. Di sepanjang jalan, pikirannya terus berputar mencari jawaban. Ia mencoba mengingat-ingat interaksinya dengan guru-guru lain, mencari celah yang bisa menjadi petunjuk.

Sesampainya di rumah, ia langsung disambut oleh ibunya. "Lho, kok mukanya kusut gitu, Rif? Ada masalah di sekolah?" tanya ibunya khawatir.

Rifa'i mengangguk lesu. "Iya, Bu. Tadi ada utusan dari Dinas datang. Katanya ada laporan yang nggak bener tentang Rifa'i," jawabnya sambil duduk di sofa.

"Laporan apa? Coba cerita sama Ibu," ujar ibunya sambil duduk di sampingnya dan mengelus pundaknya.

Rifa'i menceritakan semua kejadian yang dialaminya hari itu, mulai dari kedatangan Bapak Handoko, tuduhan yang diterimanya, hingga pertemuannya dengan Pak Herman. Ibunya mendengarkan dengan seksama, sesekali menggelengkan kepala tanda tidak setuju.

"Ya ampun, tega banget sih orang yang fitnah kamu begitu. Kamu yakin nggak ada masalah sama guru-guru lain?" tanya ibunya.

"Sebenarnya ada sih, Bu. Beberapa guru senior kurang suka sama metode mengajar Rifa'i yang beda dari mereka. Mereka bilang Rifa'i terlalu modern dan kurang disiplin," jawab Rifa'i.

"Memangnya apa yang salah dengan metode kamu? Ibu lihat kamu selalu kreatif dan inovatif dalam mengajar. Murid-murid juga pada suka kan?" tanya ibunya.

"Iya sih, Bu. Tapi mereka bilang metode Rifa'i bikin murid jadi kurang hormat sama guru dan terlalu bebas. Padahal kan Rifa'i cuma pengen bikin suasana belajar jadi lebih menyenangkan dan nggak bikin murid bosen," jawab Rifa'i.

"Ya sudah, kamu jangan terlalu dipikirin omongan mereka. Yang penting kamu yakin dengan apa yang kamu lakukan dan terus berikan yang terbaik buat murid-murid kamu," ujar ibunya sambil memeluknya.

"Iya, Bu. Tapi Rifa'i takut kalau laporan ini beneran berpengaruh sama karir Rifa'i. Rifa'i kan pengen jadi guru yang sukses dan bisa membanggakan Ibu," ujar Rifa'i dengan nada sedih.

"Ibu tahu kamu pasti bisa, Rif. Kamu anak yang pintar dan pekerja keras. Ibu yakin kamu bisa membuktikan kalau kamu tidak bersalah," ujar ibunya sambil mengelus rambutnya.

"Makasih ya, Bu. Ibu selalu support Rifa'i," ujar Rifa'i sambil memeluk ibunya erat.

Setelah bercerita kepada ibunya, Rifa'i merasa sedikit lega. Namun, ia tetap merasa penasaran dan ingin segera mencari tahu siapa dalang di balik laporan palsu ini. Ia memutuskan untuk menghubungi Linda dan menceritakan semua masalahnya.

"Halo, Sayang," sapa Rifa'i saat Linda mengangkat telepon.

"Halo, yang , Kenapa suaranya lesu gitu? Ada apa?" tanya Linda khawatir.

Rifa'i menceritakan semua kejadian yang dialaminya hari itu kepada Linda. Linda mendengarkan dengan sabar dan memberikan dukungan moral kepadanya.

"Ya ampun, yang .Tega banget sih orang yang fitnah kamu begitu. Kamu jangan sedih ya, aku yakin kamu pasti bisa menyelesaikan masalah ini," ujar Linda.

"Aku juga berharap begitu, yang Tapi aku bener-bener nggak tahu siapa yang harus aku curigai," jawab Rifa'i.

"Coba kamu ingat-ingat lagi, mungkin ada murid atau guru yang pernah kamu marahi atau kecewakan. Siapa tahu dia yang dendam sama kamu," saran Linda.

"Hmm, iya juga sih. Tapi kayaknya nggak ada deh. Aku selalu berusaha untuk bersikap baik sama semua orang," jawab Rifa'i.

"Ya sudah, kamu jangan terlalu dipaksakan untuk mengingat. Yang penting sekarang kamu fokus untuk membuktikan kalau kamu tidak bersalah. Aku yakin kamu pasti bisa," ujar Linda.

"Makasih ya, yang. Kamu selalu ada buat aku," ujar Rifa'i dengan tulus.

"Sama-sama, Sayang. Aku kan calon istrimu. Sudah seharusnya aku selalu ada buat kamu," jawab Linda sambil tertawa kecil.

Rifa'i tersenyum mendengar ucapan Linda. Ia merasa beruntung memiliki calon istri yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepadanya. Ia berjanji akan segera menyelesaikan masalah ini dan membuktikan bahwa ia layak untuk menjadi guru yang sukses dan suami yang baik bagi Linda.

Setelah menutup telepon dari Linda, Rifa'i merasa sedikit lebih tenang. Suara lembut Linda dan keyakinannya padanya seperti embun penyejuk di tengah kegersangan hatinya. Namun, ia tetap merasa penasaran dan ingin segera mencari tahu siapa dalang di balik laporan palsu yang telah mencoreng nama baiknya.

Malam itu, Rifa'i tidak bisa tidur nyenyak. Pikirannya terus berputar memikirkan berbagai kemungkinan. Ia mencoba mengingat-ingat setiap kejadian dan interaksi yang pernah ia alami dengan guru-guru dan murid-muridnya di sekolah. Ia mencari celah, mencari petunjuk yang bisa membantunya mengungkap kebenaran.

Keesokan harinya, Rifa'i berangkat ke sekolah dengan tekad yang membara. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menyerah dan akan terus berjuang sampai kebenaran terungkap. Ia ingin membuktikan kepada semua orang bahwa ia tidak bersalah dan layak untuk menjadi guru yang dihormati dan dicintai.

Sesampainya di sekolah, Rifa'i langsung disambut oleh Bu Ani dan Pak Budi. Mereka berdua tampak khawatir dengan keadaannya.

"Pak Rif, gimana kabarnya hari ini? Udah ada perkembangan?" tanya Bu Ani.

"Belum, Bu. Saya masih belum tahu siapa yang melaporkan saya," jawab Rifa'i lesu.

"Sabar ya, Pak. Kami yakin Bapak pasti bisa menemukan pelakunya," ujar Pak Budi sambil menepuk pundaknya.

"Makasih ya, teman-teman. Saya bener-bener nggak tahu harus berbuat apa tanpa dukungan kalian," ujar Rifa'i tulus.

"Udah, Pak. Nggak usah sungkan. Kita kan teman. Susah senang kita harus saling membantu," ujar Bu Ani sambil tersenyum.

Hari itu, Rifa'i berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaannya. Ia mengajar dengan semangat seperti biasa, berusaha untuk tidak membiarkan masalah pribadinya mempengaruhi kinerjanya. Namun, di dalam hatinya, ia tetap merasa gelisah dan penasaran.

Setelah jam pelajaran usai, Rifa'i bergegas pulang. Ia merasa lelah dan ingin segera beristirahat. Sesampainya di rumah, ia langsung merebahkan diri di sofa.

"Assalamualaikum," sapa Rifa'i lesu.

"Waalaikumsalam. Eh, udah pulang, Rif? Kok mukanya kusut gitu?" tanya ibunya khawatir.

"Iya, Bu. Capek banget hari ini," jawab Rifa'i.

"Ya udah, kamu istirahat dulu sana. Ibu udah siapin makan malam," ujar ibunya.

"Iya, Bu. Nanti Rifa'i makan," jawab Rifa'i.

Saat Rifa'i sedang memejamkan mata, tiba-tiba bel rumah berbunyi. Ibunya membukakan pintu, dan Rifa'i mendengar suara yang sangat dikenalnya.

"Assalamualaikum, Tante," sapa Linda.

"Waalaikumsalam. Eh, Linda. Silakan masuk," jawab ibunya.

Rifa'i langsung bangkit dari sofa dan menghampiri Linda. " yang ? Kok kamu ke sini? Ada apa?" tanyanya terkejut.

Linda tersenyum dan menghampiri Rifa'i. "Aku cuma pengen jenguk kamu. Aku tahu kamu pasti lagi sedih dan butuh teman," jawab Linda sambil menggenggam tangannya.

Rifa'i terharu dengan perhatian Linda. "Makasih ya, Lin. Kamu emang selalu ada buat aku," ujarnya tulus.

"Ya iyalah. Aku kan calon istrimu. Sudah seharusnya aku selalu ada di sampingmu, baik suka maupun duka," jawab Linda sambil mengedipkan mata.

Ibunya tersenyum melihat kemesraan Rifa'i dan Linda. "Ya udah, kalian berdua ngobrol aja dulu. Ibu mau lanjut masak dulu," ujar ibunya sambil berlalu ke dapur.

Setelah ibunya pergi, Rifa'i menarik Linda ke ruang tamu dan mempersilakannya duduk. "Maaf ya, rumahnya berantakan. Aku lagi nggak mood buat bersih-bersih," ujar Rifa'i.

"Nggak apa-apa, sayang, Aku nggak masalah kok. Yang penting aku bisa ketemu sama kamu," jawab Linda sambil tersenyum.

"Gimana perasaan kamu hari ini, Sayang?" tanya Linda lembut.

"Lumayan sih. Setelah tahu kamu datang, aku jadi lebih semangat," jawab Rifa'i sambil tersenyum.

Linda mengelus pipi Rifa'i dengan lembut. "Aku tahu kamu pasti bisa melewati semua ini. Kamu kan orang yang kuat, cerdas, dan pantang menyerah. Aku percaya padamu, sepenuhnya."

"Iya sih. Tapi aku tetep aja merasa penasaran siapa yang tega fitnah aku begini. Aku pengen banget segera mengungkap kebenaran," ujar Rifa'i, raut wajahnya kembali muram.

"Aku ngerti perasaan kamu. Tapi kamu jangan terlalu fokus sama pelakunya, ya. Yang penting sekarang kamu fokus sama diri kamu sendiri, sama pekerjaanmu yang mulia ini, dan terus berikan yang terbaik buat murid-murid kamu. Biarkan kebenaran yang mencari jalannya sendiri," saran Linda, matanya memancarkan keyakinan.

"Iya sih. Tapi aku takut kalau laporan ini beneran berpengaruh sama karir aku. Aku kan pengen jadi guru yang sukses, yang bisa membahagiakan kamu, yang. Membangun masa depan yang indah bersama," ujar Rifa'i, suaranya penuh kekhawatiran.

Linda tersenyum hangat, menggenggam tangan Rifa'i erat, seolah menyalurkan seluruh kekuatannya. "Dengar, yang, Aku nggak peduli kamu jadi guru paling sukses di dunia atau tidak. Aku mencintaimu karena siapa dirimu, karena hati baikmu, karena semangatmu. Kesuksesan itu bonus. Yang penting kamu jadi orang yang baik, selalu jujur, dan selalu sayang sama aku. Itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku bahagia."

Rifa'i menatap Linda, matanya berkaca-kaca. "Kamu... kamu benar-benar anugerah terindah dalam hidupku, yang. Aku beruntung banget bisa ketemu sama kamu." Ia mendekatkan wajahnya, mencium kening Linda dengan penuh cinta, lalu turun ke bibirnya, sebuah ciuman lembut yang penuh janji.

"Aku juga beruntung bisa ketemu sama kamu, yang, Kamu adalah pria terbaik yang pernah aku temui. Jangan pernah ragu akan hal itu," jawab Linda, memeluk Rifa'i erat, menyandarkan kepalanya di dada Rifa'i, mendengarkan detak jantungnya yang berirama.

Di tengah kebingungan dan kekhawatiran yang sedang melanda hatinya, Rifa'i merasa damai dan tenang berada di dekat Linda. Ia tahu bahwa dengan cinta dan dukungan dari Linda, ia akan mampu menghadapi segala rintangan dan mengungkap kebenaran di balik laporan palsu yang telah mencoreng nama baiknya. Linda adalah jangkar baginya, kekuatan yang membuatnya tetap berdiri tegak.

1
Guillotine
Sudah nggak sabar untuk membaca kelanjutan kisah ini!
husnul risma wati: trimakasih kakak sudah mampir di karya sayaa🤗 mohon dukungan nya like komen nya iya kak trimakasih... 🤗🤗
total 1 replies
PetrolBomb – Họ sẽ tiễn bạn dưới ngọn lửa.
Ayo thor update secepatnya, kita semua sudah tidak sabar untuk baca terus nih!
husnul risma wati: iya kak , makasih iya kak udah komentar di sini saya akan lebih semangat lagi 🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!