NovelToon NovelToon
"Perpindahan Jiwa" Mafia Queen X Gadis Cupu

"Perpindahan Jiwa" Mafia Queen X Gadis Cupu

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Reinkarnasi
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: PrinsesAna

Kisah menakjubkan tentang perpindahan Jiwa seorang Ratu Mafia ke dalam Tubuh seorang Gadis Cupu yang diabaikan dan direndahkan oleh keluarganya.
Gadis Cupu itu terus-menerus dianggap tidak berarti oleh keluarganya.
Namun semua hinaan dan pandangan meremehkan itu tak pernah mempu mematahkan semangat nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PrinsesAna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11

Ara terbangun karena mendengar suara ketukan di pintu.

"Non Ara, sudah bangun apa belum?" tanya Bi Ina yang mengetuk pintu kamar.

"Iya, sudah, Bi," jawab Ara sambil mengerjapkan matanya.

"Kalau begitu, Bibi ke bawah dulu, Non," balas Bi Ina sebelum turun ke lantai bawah untuk menyiapkan sarapan bagi semua orang.

Ara segera bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap-siap pergi ke sekolah.

Usai mandi, Ara mengenakan seragam sekolahnya. Ia tak lupa mengoleskan bedak bayi di wajahnya dan menambahkan sedikit lip balm agar tidak terlihat terlalu pucat.

Hari ini, Ara memutuskan untuk membiarkan rambutnya tergerai dengan sedikit sentuhan keriting di ujungnya.

"Sempurna," gumamnya sambil melihat pantulan dirinya di cermin.

Ia lalu menyambar tas sekolahnya dan bergegas turun ke lantai bawah.

Sesampainya di ruang makan, Ara melihat keluarganya sedang sarapan bersama sambil bercanda tawa tanpa kehadirannya. Pemandangan itu terasa menyakitkan baginya.

"Kasihan banget lo, Ra. Mereka bisa tertawa bahagia tanpa keberadaan lo. Tenang aja, gue bakal bayar semua rasa sakit lo," batin Ara dengan tangan terkepal.

Tanpa banyak berkata-kata, ia melangkah menuju meja makan.

Namun, begitu Ara tiba di sana, suara tawa dan canda mereka langsung lenyap seketika.

Tidak ingin berlama-lama dengan drama, Ara hanya mengambil segelas susu yang tersedia di meja dan meminumnya cepat-cepat. Ia lalu bersiap melanjutkan langkah untuk pergi ke sekolah.

Namun, langkahnya terhenti karena ucapan sang ayah.

Di mana sopan santunmu terhadap orang tua? Semua orang masih duduk sarapan, tapi kamu sudah mau pergi tanpa berpamitan, ucap Ara dengan suara datarnya.

Bukankah ini yang kalian mau? Dahulu saya selalu berpamitan, tapi kalian tak pernah menghiraukan. Lagi pula, saya tidak ingin mengganggu kebahagiaan Anda dan putra-putri Anda. Bukankah seharusnya Anda senang karena saya sudah tidak lagi mengganggu Anda dan keluarga Anda? Seperti yang saya bilang, kita hanyalah orang asing, jadi bersikaplah seperti orang asing, jawab Ara tanpa berbalik dan segera melanjutkan langkahnya.

Deg.

Lagi dan lagi mereka merasa seperti orang asing bagi Ara, terkejut dengan sikap dan sifatnya. Ada rasa sakit yang menjalar di hati mereka mendengar ucapan dan nada bicara Ara.

Arka pun bangkit untuk segera pergi ke sekolah dan berpamitan kepada orang tuanya, diikuti oleh Arga dan Vania.

Arka berangkat dulu ya, Bun, pamit Arka sambil mencium punggung tangan ayah dan bundanya.

Kami berangkat dulu juga ya, Bun, ujar Arga yang diangguki oleh Vania. Mereka segera bersalaman dengan ayah bunda mereka, dan Vania mencium pipi ayah serta bundanya.

Cup cup, Nia jalan dulu ya, Ayah Bunda, ucap Vania setelah mencium kedua orang tuanya.

Iya sayang, hati-hati ya. Belajar yang rajin, oke? jawab Bunda sembari mengelus lembut rambut Vania. Ayahnya pun mengangguk sambil ikut mengelus kepala Vania.

Setelah anak-anak mereka pergi, wajah Elmira kembali murung. Dia memandang suaminya dengan rasa sedih.

Yah, apa kita sudah terlalu jahat hingga melukai hati putri kita? tanya Elmira dengan mata berkaca-kaca menatap suaminya.

Ayah juga berpikir begitu, Bun. Putri kita terluka karena kita, ujar Abraham sambil memeluk istrinya erat.

Mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Karena kesalahan mereka sendiri, mereka kehilangan putri mereka.

Ara mengendarai motornya dengan kecepatan yang stabil menuju sekolah. Sesampainya di sana, kehadirannya selalu mencuri perhatian para penghuni sekolah.

Brummm...

Brummmm...

Brummmmm...

Suara motor Ara terdengar memasuki halaman sekolah. Tanpa banyak basa-basi, dia segera menuju area parkir. Tak lama kemudian, sekelompok motor lain memasuki area yang sama. Sudah bisa ditebak, itu adalah geng Bruiser.

Namun, ada satu hal yang menarik perhatian. Di antara kelompok itu terdapat sebuah motor baru yang berbeda. Bisik-bisik mulai terdengar. Apakah itu murid baru yang sebelumnya ramai disebut-sebut akan hadir di sekolah ini?

Ara tetap bersikap santai tanpa memedulikan keramaian di sekitarnya. Perlahan, dia membuka helm full-face-nya. Seketika, seluruh penghuni sekolah kembali terpesona melihat wajah cantik Ara.

"Woi, Ara makin cantik aja," ucap seorang siswa.

"Iya, makin bikin nggak bisa fokus," tambah yang lain.

"Gilaa, nggak bosen apa cantik terus?" celetuk siswa lainnya.

Komentar-komentar terus berdatangan, tapi Ara hanya cuek saja. Dia duduk di atas motornya sambil merapikan rambut yang sedikit berantakan. Dia juga sempat memainkan ponselnya selagi menunggu Manda yang sebelumnya sudah mengirim pesan untuk ditunggu di parkiran.

Kehebohan kembali terjadi saat semua anggota geng Bruiser membuka helm mereka, apalagi ada murid baru yang ternyata salah satu anggota geng tersebut. Sosoknya langsung membuat suasana semakin ramai karena parasnya yang tampan dengan ekspresi wajah datar dan tatapan dingin.

"Makk, aku pengen nikah sekarang!" teriak seorang siswi histeris.

"Astaga! Ganteng banget, woi!" sahut siswi lainnya.

"Fix, gue bakal betah banget di sekolah ini kalau ada cogan kayak gini," ujar siswi lain ikut-ikutan heboh.

Pujian terus berlanjut tanpa henti, memperlihatkan betapa terpikatnya para siswi dengan murid baru tersebut.

"Berasa artis, nih... semua cewek-cewek ngeliatin sini," ujar Ryan sambil menyisir rambutnya. Memang wajar, Ryan adalah seorang playboy dari geng Bruiser.

"Iya bener. Tapi lihat si bos, semua perhatian malah ke dia. Kita berasa figuran doang, hahaha," imbuh Lucas sambil tertawa bersama Alvin.

"Tapi, eh... Ara makin cantik aja ya," komentar Alvin sambil menatap Ara yang masih duduk santai di atas motornya bermain ponsel tanpa mempedulikan situasi.

"Iya bener, pipinya itu lho... gemes banget!" timpal Lucas mendukung ucapan Alvin.

Namun, Alvin melanjutkan dengan nada julid, "Tapi kenapa tuh dia masih duduk aja di situ? Lagi nunggu orang atau caper sama Gavin kali ya?"

"Kayaknya sih caper lagi sama Gavin... Belum move on kali," tambah Ryan sambil tetap asyik melempar pesonanya pada siswi-siswi yang lewat.

Sementara itu, Gavin hanya diam melihat situasi tersebut. Dalam hatinya dia tahu bahwa Ara mungkin masih mencoba mencari perhatiannya.

Di sisi lain, Gio hanya mendengarkan percakapan teman-temannya tanpa berkomentar apa pun, meskipun tatapan tajamnya tak lepas dari mereka.

Vania yang melihat semua ini mengepalkan tangan menahan amarah. Lagi-lagi Ara berhasil mencuri perhatian semua orang di sekitar. Arga menatap Ara dengan pandangan sinis. Entah apa alasannya, tetapi sejak awal Arga memang tidak pernah menyukai Ara. Sedangkan Arka tetap diam karena memang sifatnya tidak peduli dan cenderung cuek terhadap segala hal di sekitarnya.

Arka adalah tipe orang yang cuek dan tidak peduli.

Awas saja kamu, Ra, aku bakal buat perhitungan denganmu, ucap Vania dalam hati sambil menatap kesal ke arah Ara. Tanpa disadari, gerak-geriknya diperhatikan oleh salah satu anggota inti geng Bruiser.

"Mencurigakan," gumam orang tersebut.

Ara masih duduk santai di atas motornya sampai ia mendengar suara teriakan yang dikenalnya.

"Araa, bestie aku!" teriak Manda dengan suara khasnya sambil berlari ke arah Ara.

"Kebiasaan banget sih kamu teriak-teriak begitu," omel Ara kepada Manda.

"Hehehe, maaf ya bestie-ku," jawab Manda sambil nyengir lebar.

"Yuk, Ra, kita ke kelas," ajak Manda kepada Ara.

"Bentar lagi, aku masih nunggu seseorang," jawab Ara sambil terus memperhatikan layar ponselnya.

"Siapa, Ra?" tanya Manda penasaran dengan siapa yang sedang ditunggu oleh Ara.

"Tunggu saja, nanti kamu juga tahu," jawab Ara santai. Tak lama kemudian terdengar suara motor mendekati area sekolah dan menuju tempat parkir.

Brumm...

Brumm...

Brumm...

Dua motor sport berhenti tepat di sebelah kiri dan kanan motor Ara, diikuti oleh sebuah mobil Lamborghini biru yang juga parkir di dekatnya. Kehadiran kendaraan-kendaraan ini membuat suasana sekolah mendadak heboh.

Para pengendaranya mulai membuka helm full-face mereka, diikuti oleh pengemudi Lamborghini yang keluar dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya.

Keriuhan pun kembali terdengar di seantero sekolah akibat kehadiran tiga sosok ini.

"Siapa itu? Ganteng banget!" ucap seorang siswa.

"Iya, kelihatannya anak baru. Cakep-cakep semua pula," tambah siswa lainnya.

Komentar dan celotehan serupa terus bermunculan dari berbagai penjuru.

Mereka kemudian berjalan menuju Ara yang masih duduk santai di atas motornya.

"Araa, kangen banget aku tahu nggak," ucap Nabila sambil memeluk Ara dari samping.

Semua siswa di sekitar terkejut melihat anak baru itu memeluk Ara, apalagi Ara hanya diam dan sama sekali tidak marah.

Manda pun terbelalak melihat kejadian itu. Siapa mereka, apa hubungannya dengan Ara, dan kenapa Manda tidak tahu sama sekali?

"Ra, mereka siapa sih?" tanya Manda yang akhirnya sadar dari keterkejutannya.

"Oh, mereka? Kenalin deh, yang itu Jessika, yang mukanya datar itu Risa, dan yang ini bocah kecil satu, Nabila. Mereka ini anak baru di sekolah ini sekaligus sahabat-sahabatku," jawab Ara memperkenalkan ketiganya.

Mereka pun menyapa Manda dan memperkenalkan diri masing-masing.

"Hai, kenalin aku Jessika," ucap Jessika sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Manda sembari tersenyum manis.

"Oh hai, aku Manda," balas Manda menyambut uluran tangan Jessika dengan senyum ramah.

"Aku Nabila," kata Nabila sambil bersalaman dengan Manda juga. Senyumnya terlihat sangat menggemaskan.

"Aku Manda," Manda menjawab dengan senyum yang tidak kalah manis. Namun, pandangannya kemudian bergeser ke arah sosok yang masih berdiri diam tak bersuara.

Nabila yang menyadari tatapan Manda pun mengatakan, "Kalau dia Risa, Manda. Emang gitu orangnya, datar seperti tembok. Tapi Risa baik kok."

Risa hanya diam saja karena sudah terbiasa dengan cara Nabila berbicara apa adanya.

#. Terima kasih banyak buat kalian semua yang sudah mendukung aku menulis cerita ini. Semoga kalian suka ya sama ceritanya!

1
Jeremiah Jade Bertos Baldon
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
Deyana: Makasih ya kak..
total 1 replies
♥Kat-Kit♥
Ceritanya dapet banget.
Deyana: thanks banget kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!