NovelToon NovelToon
Istri Buruk Rupa Sang Konglomerat

Istri Buruk Rupa Sang Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Crazy Rich/Konglomerat / Aliansi Pernikahan / Cintapertama
Popularitas:748
Nilai: 5
Nama Author: secretwriter25

Seraphina dan Selina adalah gadis kembar dengan penampilan fisik yang sangat berbeda. Selina sangat cantik sehingga siapapun yang melihatnya akan jatuh cinta dengan kecantikan gadis itu. Namun berbanding terbalik dengan Seraphina Callenora—putri bungsu keluarga Callenora yang disembunyikan dari dunia karena terlahir buruk rupa. Sejak kecil ia hidup di balik bayang-bayang saudari kembarnya, si cantik yang di gadang-gadang akan menjadi pewaris Callenora Group.

Keluarga Callenora dan Altair menjalin kerja sama besar, sebuah perjanjian yang mengharuskan Orion—putra tunggal keluarga Altair menikahi salah satu putri Callenora. Semua orang mengira Selina yang akan menjadi istri Orion. Tapi di hari pertunangan, Orion mengejutkan semua orang—ia memilih Seraphina.

Keputusan itu membuat seluruh elite bisnis gempar. Mereka menganggap Orion gila karena memilih wanita buruk rupa. Apa yang menjadi penyebab Orion memilih Seraphina?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secretwriter25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. Menikmati Kota

Udara pagi di Paris terasa lembut, Seraphina keluar dari hotel dengan mantel tipis dan syal putih melingkar di lehernya. Usai mendarat di Paris, mereka langsung menuju ke hotel. Seraphina beristirahat sebentar sebelum mulai berkeliling Paris. Di depan, Orion sudah menunggu, menuntun dua sepeda klasik berwarna biru tua dan krem. Suara gemericik air dari kanal Saint-Martin terdengar pelan di kejauhan, berpadu dengan kicau burung dan aroma roti hangat dari toko sekitar.

“Siap untuk tur kecil kita?” tanya Orion sambil tersenyum tipis.

Sera mengangguk pelan. “Aku bahkan belum pernah bersepeda,” jawabnya jujur.

“Bagus, berarti ini pertama kalinya… bersamaku.”

Dengan hati-hati ia membantu Sera naik ke sepedanya. Mereka mulai mengayuh perlahan di jalur sempit yang membentang di sepanjang kanal. Air kanal memantulkan bayangan pohon-pohon platanus yang berbaris rapi, dan sinar matahari menari-nari di permukaannya.

Sera tertawa kecil saat merasakan angin menerpa wajahnya.

“Pelan-pelan saja,” Orion memperingatkan lembut dari belakang.

“Aku tahu, tapi pemandangannya terlalu indah untuk tidak dinikmati!” serunya, sedikit menoleh.

Mereka melewati jembatan besi kecil berwarna hijau yang membentang di atas kanal. Di bawahnya, kapal-kapal kecil melaju perlahan, menimbulkan riak air yang memantulkan cahaya ke dinding bangunan bata merah di sekitarnya. Seorang musisi jalanan memainkan lagu lembut dari biolanya, dan Orion sempat berhenti untuk mendengarkan.

Sera berhenti di sampingnya. “Paris seperti kota dari dongeng. Aku nggak nyangka bisa menginjakkan kakiku di tempat ini!” serunya.

“Kamu bahagia, kan?” tanya Orion lembut.

Sera menunduk, pipinya memanas. Ia menatap pantulan wajahnya di permukaan kanal yang bergetar lembut. “Hm… aku bahagia,” jawabnya jujur.

Orion tersenyum senang mendengar jawaban Seraphina. Senyuman gadis itu membuatnya mengingat kembali kejadian beberapa tahun silam. “Dia masih sama…” batin Orion.

Mereka melanjutkan perjalanan hingga ke area taman di ujung kanal. Orion membuka keranjang di depan sepedanya dan mengeluarkan dua botol jus apel serta sekotak kue kecil.

“Kamu menyiapkan semua ini?” tanya Sera tak percaya.

“Tentu saja. Aku tahu kamu belum sarapan.”

Sera tertawa kecil, lalu duduk di tepi kanal, menggantungkan kakinya di atas air. Orion duduk di sebelahnya, jarak mereka hanya sejengkal. Angin meniup lembut helai rambut Sera, dan tanpa sadar Orion merapikannya.

“Orion…” suara Sera pelan. “Kalau aku bisa memilih satu momen untuk diingat selamanya… mungkin aku akan memilih momen ini.”

Orion menatapnya dengan lembut. “Kalau begitu, aku akan memberikan banyak momen untuk kamu ingat, Sera.” Ia berdiri lalu mengulurkan tangan. “Ayo. Kita lanjutkan sedikit lagi, sampai jembatan tertua di ujung sana.”

Sera menggenggam tangan Orion—dan di bawah langit biru Paris, mereka kembali bersepeda, tawa keduanya menyatu dengan gemericik air kanal Saint-Martin.

—-

Langit sore di atas Disneyland Paris tampak berkilau keemasan. Orion menurunkan kacamata hitamnya, tersenyum kecil melihat Seraphina yang berdiri terpaku di depan kastil megah yang jadi ikon taman itu. Gadis itu seperti anak kecil yang baru pertama kali melihat dunia penuh warna—matanya membulat, bibir sedikit terbuka, dan wajahnya bersinar oleh rasa kagum.

Sera seperti berubah jadi anak kecil, berlari kecil ke arah gerbang kastil Aurora, tertawa saat topi Mickey Mouse yang ia kenakan miring ke samping. Orion hanya mengikutinya dari belakang, matanya tidak pernah lepas dari gadis itu.

“Lihat, Orion! Lucu banget!” serunya sambil menunjuk boneka Stitch berukuran besar.

Orion mengangkat alis. “Lucu, ya? Tapi kayaknya ekspresi kamu sekarang jauh lebih lucu.”

Sera menatapnya tajam, tapi kemudian tertawa.

“Eh! Itu cantik banget, kan!” seru Sera heboh.

Orion menoleh, menatapnya beberapa detik. “Iya,” katanya pelan, tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Seraphina.

Seraphina menoleh cepat. “Kamu bahkan nggak ngeliat yang aku tunjuk!” Seraphina memutar malas bola matanya.

Orion mengangkat alis, lalu tertawa kecil.

Mereka menjelajahi taman hiburan itu—dari wahana ringan seperti Peter Pan’s Flight hingga yang memacu adrenalin seperti Space Mountain. Setiap kali Sera berteriak, Orion hanya tertawa kecil sambil menggenggam erat tangannya, memastikan gadis itu tidak terlepas.

Saat matahari mulai tenggelam, mereka duduk di tepi danau kecil dekat area Fantasyland. Orion membelikan dua cup cokelat panas dan sepotong waffle berbentuk Mickey yang dibungkus rapi.

“Gula berlebihan,” komentar Sera sambil menatapnya.

“Anggap aja cheat day,” balas Orion. “Aku jarang makan manis, tapi kalau kamu yang minta—boleh.”

Seraphina tersenyum malu, menggigit kecil bagian waffle-nya. “Kamu serius ngajak aku ke Paris cuma buat ini?”

Orion menatap ke arah langit yang mulai memerah. “Aku ngajak kamu ke Paris karena… aku ingin membuat kamu bahagia, Ra.”

Sera diam. Hanya terdengar suara tawa anak-anak di kejauhan dan denting musik dari parade malam yang mulai berjalan. Saat kembang api meledak di langit, Orion menoleh ke arah Sera yang mendongak, matanya memantulkan cahaya warna-warni.

“Cantik banget...” gumamnya. “Kembang apinya cantik banget kan, Rion?” Sera menoleh, menatap Orion.

“Iya cantik…” jawabnya tanpa menoleh.

“Apanya yang cantik?”

“Kamu. Karena dari tadi aku cuma liatin kamu aja,” jawab Orion.

Sera tertawa mendengar ucapan Orion. “Bisa berhenti mengatakan kebohongan?” tanyanya.

Orion menatapnya Sera lekat, kemudian perlahan mengulurkan tangan, mengibaskan poni yang tertiup angin dari wajahnya.

“Kenapa kamu selalu menutupi wajahmu dengan masker atau rambut?”

“Karena... aku nggak seindah Selina.”

Orion tersenyum samar. “Kamu salah. Selina mungkin sempurna di mata dunia. Tapi kamu... adalah keindahan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata,” bisik Orion.

“Kapalnya udah dateng, ayo naik!” Orion mengulurkan tangannya ke arah Seraphina.

Gadis itu menyambut uluran tangan Seraphina. Dengan hati-hati Orion menuntun Sera menaiki kapal. Kapal kecil yang mereka naiki pun meluncur perlahan di atas air yang memantulkan cahaya lampu kota. Sera duduk bersandar di bahu Orion, menikmati suara musik lembut dari pemain biola di dek.

“Aku harap malam ini nggak berakhir,” ucapnya lirih.

Orion menatapnya, lalu menjawab pelan, “Kalau aku bisa, aku akan menghentikan waktu sekarang.”

Seraphina mendongak, menatap lekat wajah Orion. “Makasih karena udah kasih aku kenangan indah, Rion…” ucapnya.

Orion menoleh, mereka berdua saling bertatapan. “Aku nggak tau gimana kamu menjalani hidup kamu selama ini, Ra. Tapi mulai sekarang aku pastikan kamu—bakal punya banyak kenangan indah,” ucap Orion.

Pria itu mengecup lembut pipi Sera yang terluka. Perlahan kecupan itu berpindah ke sudut bibir Sera. Sedetik kemudian Orion mencium bibir Sera, membuat gadis itu mendongakkan kepalanya.

Kecupan-kecupan lembut itu berubah menjadi gigitan kecil. Orion menggigit lembut bibir Sera hingga membuat gadis itu membuka mulutnya. Dengan cepat, lidah Orion menelusup masuk, mengabsen deretan gigi Seraphina.

Tangan Orion mulai menjelajahi tubuh Seraphina, membelai lembut p*yudara Sera dari balik bajunya. Tangan Orion berpindah lalu membelai lembut v*gina Sera dari balik celananya.

Sera membulatkan matanya lalu mendorong tubuh Orion. Nafasnya tersengal, ia menatap Orion lalu menggelengkan kepalanya.

“Maaf…” ucap Orion lalu memeluk tubuh Sera, menepuk lembut belakang kepalanya.

Sera membalas pelukan Orion lalu menelusupkan wajahnya ke tengkuk pria itu. “Aku suka aroma tubuhnya…” batin Sera.

🍁🍁🍁

Bersambung...

1
Puji Lestari Putri
Makin ngerti hidup. 🤔
KnuckleBreaker
Beneran, deh, cerita ini bikin aku susah move on. Ayo bertahan dan segera keluarkan lanjutannya, thor!
Victorfann1dehange
Alur ceritanya keren banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!