Pertarungan Cinta

"Atau kamu mungkin takut tidak mampu melindunginya?" desak Ricky. Ia bahkan tidak sungkan untuk menunjuk dada Ethan dengan jarinya. Sorot matanya tajam menunjukkan emosi yang tertahan.

Hening. Ketegangan tertahan di udara. Namun, Ethan memilih untuk mengabaikan Ricky. Ia enggan berdebat, memilih untuk keluar dari dalam ruangan, tapi Ricky menahannya.

"Kamu beruntung, Eth... Ibumu menikahi seorang jendral, berbeda dengan ibuku yang memilih menikah dengan pekerja tambang ilegal. Saat bencana alam terjadi dan kami kehilangannya. Ibuku mati saat mencari keadilan. Jika saja ayahmu tidak memungut diriku, maka aku mungkin juga sudah lama tiada."

Kilatan amarah dari luka masa lalu terlihat jelas dari sorot mata Ricky yang memerah. "Kamu tidak tahu rasanya kelaparan, kamu tidak tahu rasanya berhadapan dengan ketidakadilan, tapi aku tahu...," ucap Ricky penuh emosional.

"Aku merasakannya sendiri, Ethan Alexander Martin!"

"Aku tidak bisa." Ethan memilih memalingkan wajah. Ia tahu kesedihan serta trauma yang dirasakan oleh Ricky, tapi mempertaruhkan Sienna adalah hal yang tidak bisa dilakukan.

"Ethan, singkirkan perasaan dan hati nuranimu atau negara kita akan kembali pada masa-masa kegelapan saat orang-orang serakah berkuasa. Kalian kalangan atas mungkin tidak akan merasakan dampaknya, tapi kami... orang rendah hanya akan mengulang masa lalu yang sama pahitnya atau mungkin lebih."

Ricky kemudian mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Dua kotak penyadap serta kamera pengintai yang sebelumnya Ethan berikan lalu membuangnya ke lantai.

"Kamu tahu kemana alat-alat itu tersambung?" Ricky melangkah lebih dekat. "Wakil kepala negara."

Rahang Ethan mengeras, ia mengira jika alat-alat itu mungkin milik pihak asing atau partai Teratai Putih. Namun, ternyata milik orang terdekat kepala negara.

"Alat itu tersambung ke kediaman pribadi wakil kepala negara. Menurutmu berapa banyak lagi musuh dalam selimut yang harus kita hadapi, Eth? Bahkan istana ini sudah tidak lagi aman, lalu bagaimana dengan rakyat kecil? Tidak tahu bahaya apa yang akan mereka hadapi kelak."

"Tapi menjadikan Sienna sebagai pancingan bukan hal yang tepat, Ricky. Aku bertaruh dengan nyawaku untuk negara ini bukan untuk menempatkan istriku kelak dalam bahaya!"

Jimmy yang diam-diam menguping perdebatan antara Ethan dan Ricky kemudian melangkah masuk ke dalam ruangan.

"Sebagai seorang ayah aku tidak ingin putriku terluka walau seujung kuku, tapi sebagai kepala negara, aku lebih tidak ingin rakyatku menderita."

Ethan terdiam. Pikirannya berkecamuk. Semua hal genting ini tidak seiring dengan keinginan hatinya.

"Aku percaya kamu akan mampu melindungi Sienna apa pun situasinya," ucap kepala Negara seraya menepuk bahu Ethan. "Kamu bersedia melindunginya, kan?"

"Pikirkan baik-baik, Eth... Kita tidak bisa terus memprediksi serangan apa yang akan mereka lakukan setelah ini. Aku dan Paman Jack berjanji akan melindungi kepala negara sementara kamu bisa membawa nona Sienna pergi dari tempat ini secepatnya," bujuk Ricky.

Ethan masih tidak bicara, ia menatap wajah lelah sang kepala negara yang berharap banyak padanya pun dengan Ricky.

"Tidak ada langkah yang tidak berbahaya, Ethan. Musuh kita ingin menghancurkan negara ini, sebagai prajurit apa kamu akan diam dan menunggu sampai kehancuran itu tidak mampu dikendalikan lagi?" tanya Ricky.

Berbeda dengan sebelumnya, ia tampak lebih tenang. Sorot matanya penuh harap sementara Ethan menatapnya dengan sejuta arti dan pikiran yang berkecamuk.

Menikah dengan orang yang tidak ia cintai sudah cukup sulit, tapi kekhawatiran diri yang mungkin tidak mampu melindungi Sienna kelak menjadi momok menakutkan yang harus Ethan hadapi sekarang.

Sementara itu, di banker bawah tanah, tempat Sienna dan Ibunya menenangkan diri. Sienna dikejutkan dengan kehadiran Diana, sepupunya. Ini sudah jam tiga pagi dan gadis itu entah bagaimana mana bisa ada di banker terlebih dahulu bahkan sebelum mereka tiba.

"Apa yang kamu lakukan disini, Di?" tanya Sienna penuh telisik.

Meski Diana sudah terbiasa bolak-balik ke dalam istana, tapi kehadirannya disaat genting di waktu yang tidak semestinya menimbulkan kecurigaan bagi Sienna apalagi suara jeritan misterius sebelumnya juga belum diketahui asal-usulnya.

Sama seperti Sienna, Rieta juga terkejut dengan kehadiran Diana. Namun, belum sempat bertanya, Diana sudah lebih dulu berlari memeluknya lalu menangis dengan tubuh gemetaran.

"Bibi, aku takut sekali..."

Rieta dan Sienna berbagi pandangan bingung.

"Aku terburu-buru datang ke istana saat mendengar kabar pernikahan Sienna dan Kapten Ethan, tapi saat baru sampai... lampu tiba-tiba saja padam," jelas Diana sambil terus menangis.

"Maksudku kenapa kamu datang di jam segini, Dian?" tanya Sienna sekali lagi. Ia menarik tubuh Diana dari pelukan ibunya dengan tidak sabaran. Rencana pembunuhan yang baru saja menimpanya membuat Sienna menaruh curiga pada semua orang, tidak terkecuali sepupunya sendiri.

"A-aku..."

"Katakan dengan jelas, Diana!"

"Da-Dave memintaku membawamu kabur dari istana," jelas Diana gugup. Sienna menatapnya tajam layaknya seorang musuh.

Diana kemudian menyentuh kedua tangan Sienna. "Sien, pernikahanmu dengan Kapten Ethan masih bisa dibatalkan... atau aku bisa menggantikan kamu untuk menikah dengannya, toh kita satu keluarga, bukankah kamu ataupun aku itu sama-sama Foster?" bujuk Diana.

Sienna terdiam. Jika Ethan tidak pernah menyelamatkan nyawanya, mungkin Sienna akan langsung setuju dengan usulan Diana, tapi situasinya berbeda sekarang.

"Bibi...," Diana kemudian mendekati Rieta lagi. "Bibi sudah menganggapku sebagai anak, kan? Tidak ada salahnya jika aku menggantikan posisi Sienna, bukan? Aku rela berkorban untuknya. Aku tidak ingin Sienna menderita dalam pernikahan yang tidak dia inginkan, Bi. Kita semua tahu kalau Sienna dan Dave saling mencintai."

Bujukan Diana membuat Rieta goyah. Ia tahu hubungan Sienna dan Dave sudah mendalam, ia juga sebenarnya tidak setuju Sienna menikah dengan seorang tentara, takut sikap tegas Ethan akan melukai kelembutan Sienna. Namun, ia tidak mampu menentang suaminya.

"Sienna... Dave akan segera datang," bujuk Diana lagi. "Ini kesempatan terakhir kalian."

"Nona Sienna!"

Kedatangan Kinan memecah ketegangan. Ia segera menarik Sienna ke sisinya. "Anda baik-baik saja?" tanyanya sambil memeriksa Sienna. Kinan menghela napas lega saat tidak ada satupun luka yang menggores Sienna.

"Aku baik-baik saja. Apa yang kamu lakukan disini? Bukannya sore tadi kamu ijin menjenguk ibumu yang sakit?" tanya Sienna bingung melihat ke hadiran Kinan, pengawal pribadinya.

"Saat dalam perjalanan, saya tidak bisa berhenti mengkhawatirkan keadaan Anda, jadi saya memutuskan untuk kembali dan benar saja, ada penyusup lagi. Saya sungguh menyesal karena tidak bisa melindungi Anda."

"Tapi bukankah istana sekarang ditutup? Bagaimana caramu masuk?"

"Ya?" Ekspresi Kinan seketika menegang terlebih saat Sienna menatapnya penuh kecurigaan.

"Itu..." Kinan berpikir sejenak. "Saya diijinkan masuk. Mungkin karena saya adalah pengawal pribadi Anda."

Sienna mengangguk meskipun masih menaruh curiga.

"Oh, iya... Saya bertemu dengan Tuan Dave di luar istana, hanya saja kondisinya..."

"Ada apa dengannya?" tanya Sienna penuh telisik.

"Sepertinya dia mengalami kecelakaan dalam perjalanan. Tangan kanannya patah, tapi pengawal pribadinya bilang jika Tuan Dave enggan ke rumah sakit dan bersikukuh menunggu Anda di depan gerbang istana."

"Dave kecelakaan?" Sienna terkejut setengah mati. Ia nyaris kehilangan keseimbangan jika saja Diana dan Kinan tidak sigap menyanggah tubuhnya.

"Kamu lihat seberapa besar cinta Dave untukmu, Sien... Apa kamu sungguh masih ingin menikahi orang lain dan mengkhianatinya?" Diana terlihat marah.

"Bibi, jangan diam saja. Bujuk Sienna!" desak Diana kesal.

"Sien... Ikuti kata hatimu, Ibu akan selalu mendukungmu," ucap Rieta dengan lembut. Dia berhasil membuat Sienna mengambil keputusan.

Sienna segera berlari keluar dari dalam banker bawah tanah diikuti dengan Diana dan Kinan.

Dari dalam ruang pribadi kepala negara, Ethan yang juga sedang di desak oleh Ricky dan Jimmy tanpa sengaja melihat Sienna. Gadis berkulit pucat itu berlari kencang keluar Istana tanpa alas kaki menuju pintu gerbang istana.

Dave sudah menunggu di luar gerbang. Air matanya menetes. Kesedihan terpancar dari raut wajahnya. Namun, Dave tetap menunjukkan senyuman saat melihat Sienna mendekat.

Sambil memegangi tangan kanannya yang terluka, Dave menahan tangis. "Sienna...."

Langkah Sienna perlahan menjadi pelan sementara Diana dan Kinan akhirnya berhasil menyusul langkahnya. Mereka sengaja berdiri satu langkah dibelakang Sienna yang masih terlihat syok melihat kondisi sang kekasih.

Tidak hanya tangan kanan Dave yang patah, wajahnya juga memar. Alih-alih terlihat seperti baru mengalami kecelakaan, dia lebih nampak seperti seseorang yang baru selesai berkelahi. Penampilannya berantakan, kemejanya tidak dikancing dengan benar seakan dipasang dengan terburu-buru, celana hitamnya kotor seolah ia baru saja jatuh ke dalam kubangan. Dave tidak terlihat seperti biasanya yang selalu rapih.

"Apa yang terjadi padamu?" tanya Sienna tanpa mendekat lagi, berdiri dari radius 3 meter dari gerbang yang memisahkan mereka.

"Seperti yang kamu lihat... aku mengalami kecelakaan. Seseorang dengan sengaja menabrakkan mobilnya. Seharusnya aku cari tahu siapa orang itu, tapi pikiranku berkecamuk. Aku hanya terus memikirkanmu hingga aku membiarkannya kabur begitu saja," jelas Dave sambil menunjukkan kondisi mobilnya. Bumper depannya rusak, nyaris tidak berbentuk.

Dave kemudian mengulurkan tangan kirinya, berharap Sienna akan menyambutnya.

"Ikutlah denganku, Sien...."

....