NovelToon NovelToon
Panduan Tokoh Numpang Lewat

Panduan Tokoh Numpang Lewat

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa Fantasi / Sistem / Menjadi NPC / Mengubah Takdir / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Najwa Aaliyah Thoati

Su Runa hanya ingin hidup tenang, bekerja santai, dan rebahan damai di apartemen kecilnya. Tapi siapa sangka, setelah satu malam penuh deadline dan mie instan, hidupnya malah “di-upload” ke dunia kolosal sebagai… tokoh numpang lewat?!

Kini dengan nama Yun Ruona, ia mendapati dirinya bukan putri bangsawan, bukan tokoh utama, bahkan bukan penjahat kelas kakap—melainkan karakter sampingan yang kalau muncul, biasanya cuma jadi latar pemandangan.

Awalnya, hidupnya berjalan damai. Sistem hanya memberi satu misi: “Bertahan Hidup.” Tidak ada skenario aneh, tidak ada takdir tragis, tidak ada paksaan ikut alur novel. Ia tumbuh sebagai gadis biasa, menjalani kehidupan versinya sendiri—bebas dan santai.

…sampai takdir iseng mempertemukannya dengan seorang pria misterius. Sejak saat itu, hidup Yun Ruona yang tenang berubah jadi drama tak terduga, penuh salah paham kocak dan situasi yang bikin geleng-geleng kepala.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Najwa Aaliyah Thoati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11: Rumah yang Menyimpan Dua Jiwa

Malam sudah menua di tanggal 23 bulan 4 tahun 475, Dunia Xuanyu, Dinasti Hanxu.

Malam sudah menua. Lentera di ruang utama tinggal setengah nyala, meneteskan cahaya samar ke dinding yang memantulkan bayangan lembut dua sosok yang masih terjaga.

Su Yulan duduk di kursi panjang dekat jendela, selendangnya terlipat rapi di pangkuan. Di tangannya ada segelas teh yang sudah dingin. Matanya tak beranjak dari arah kamar anak-anak — tempat dua napas kecil dan besar berpadu dalam ritme damai.

“Suamiku,” katanya lirih.

Yun Haoran, yang baru saja memadamkan satu lentera di sisi lain ruangan, menoleh. “Hm?”

Ia berjalan mendekat, langkahnya ringan agar tak membangunkan siapa pun. “Istriku belum tidur juga?”

Su Yulan menggeleng pelan. “Entah kenapa, Yulan merasa akhir-akhir ini ... Nana berbeda.”

Nada suaranya tak mengandung kecemasan, melainkan keheranan yang lembut — seperti seseorang yang menemukan bunga bermekaran lebih cepat dari musimnya.

Yun Haoran menarik kursi dan duduk di sampingnya. “Berbeda bagaimana?”

Su Yulan diam sebentar. “Cara bicaranya. Kadang seperti anak kecil biasa — manja, polos. Tapi di waktu lain, ia bisa berbicara dengan nada yang ... terlalu matang. Seolah ia tahu lebih banyak dari yang seharusnya.”

Yun Haoran menghela napas pelan. “Suamimu ini juga memperhatikan itu.” Ia menatap ke arah jendela, di mana bulan separuh masih menggantung di langit. “Istriku, apa kau tahu? Beberapa hari sebelum Zhen’er pulang, Suamimu ini pernah mendengarnya bercakap dengan pelayan dapur. Katanya, ‘kalau air mendidih terlalu lama, daun tehnya kehilangan jiwa’. Siapa yang mengajarkan kata-kata seperti itu pada anak berumur tiga tahun?”

Su Yulan menunduk, senyumnya samar tapi matanya bimbang. “Istrimu ini juga mendengar sesuatu yang mirip. Saat aku jahitkan pakaiannya yang robek, ia bilang ‘jarum itu seperti hati, harus menembus luka agar bisa menyatukan yang terpisah’. Haoran ... sempat terdiam lama.”

Ruang itu mendadak senyap. Hanya bunyi lembut serangga di luar, dan sesekali suara dahan yang bergesek di bawah angin.

“Anak kita memang cerdas,” kata Yun Haoran akhirnya. “Tapi... Haoran juga tahu tatapan di matanya. Kadang seperti... seseorang yang sudah melihat terlalu dunia jauh. Bukankah ini tidak masuk akal?”

Su Yulan memalingkan pandang, menatap ke arah kamar tempat Nana tidur. “Haoran pikir itu hal baik?”

Yun Haoran tak langsung menjawab. Ia hanya menghela napas dalam-dalam, seakan mengukur jarak antara kebanggaan dan kekhawatiran.

“Haoran tak tahu,” ujarnya pelan. “Tapi Hairan tahu satu hal — selama ia masih tertawa seperti tadi malam, Haoran tak ingin menanyakannya.”

Su Yulan mengangkat matanya, menatap wajah suaminya yang diterpa cahaya lentera terakhir. “Kau selalu tenang, Haoran.”

“Kalau suamimu ini gelisah, siapa yang akan menenangkanmu, istriku?” jawabnya lembut.

Su Yulan tertawa kecil, tapi segera menunduk. “Kadang Yulan merasa, Nana bukan hanya anak kecil. Ada sesuatu dalam dirinya ... sesuatu yang terasa lama, tapi juga baru.”

Yun Haoran hanya menatap diam. Dalam hatinya, kalimat itu bergema seperti mantra. Ia ingat tatapan mata putrinya — jernih tapi dalam, seolah menyimpan sejarah yang tak mungkin dimiliki anak kecil.

Namun ia juga ingat satu hal: tatapan itu selalu bersinar ketika memandang kakaknya. Seperti cahaya kecil yang tahu arah pulangnya.

“Biarkan saja, istriku,” ujar Yun Haoran pada akhirnya. “Mungkin memang begitulah caranya dunia memberi kejutan. Kita hanya perlu menjadi rumah yang hangat untuk jiwanya — siapa pun dia.”

Su Yulan mengangguk pelan. Dalam diam, mereka berdua hanya mendengar suara alam di malam hari yang menenangkan jiwa. Waktu berjalan perlahan, dan malam terasa lebih tua dari biasanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tanggal 24 bulan 4 tahun 475, pagi datang perlahan, menembus jendela kamar dengan cahaya keemasan. Di dalam kamar anak-anak, Yun Ruona menggeliat kecil. Tangan mungilnya masih menggenggam ujung pakaian kakaknya yang tidur di sisi ranjang.

Yun Zhen sudah terjaga lebih dulu. Ia menatap wajah adiknya yang masih tenggelam dalam mimpi. Sesekali bibir kecil itu bergerak — seperti sedang bicara dalam tidur.

“Jangan ambil biskuitku ...” gumam Yun Ruona samar.

Yun Zhen menahan tawa. “Masih juga biskuit itu,” katanya dalam hati.

Ia menepuk lembut kepala adiknya. “Baiklah, Meimei-ku. Gege tak akan merebut apa pun darimu.”

Di luar kamar, aroma bubur ayam dan teh melati mulai memenuhi rumah. Pelayan sibuk menyiapkan sarapan, sementara suara lembut Su Yulan terdengar memberi instruksi.

“Tambahkan sedikit garam, jangan terlalu manis. Anak itu suka rasa gurih.”

Yun Haoran sudah duduk di serambi depan, menatap taman yang baru disapu embun. Dari tempatnya duduk, ia bisa mendengar suara burung dan gemericik air kolam. Tapi yang paling ia nantikan adalah suara langkah kecil yang sebentar lagi akan berlari di lantai kayu.

Tak lama, suara itu datang — cepat, bersemangat.

“Diedie! Diedie!”

Yun Ruona muncul dengan rambut acak-acakan dan pipi yang masih memerah karena baru bangun tidur. Di belakangnya, Yun Zhen berjalan sambil menahan senyum.

“Pagi-pagi sudah berlari seperti angin,” sapa Yun Haoran, membuka kedua tangan.

Yun Ruona langsung melompat ke pelukannya. “Aku tidak berlari! Aku hanya ... jalan cepat!” katanya membela diri.

Yun Haoran tertawa, mengangkat tubuh putrinya tinggi-tinggi. “Oh begitu? Kalau begitu, dunia saja yang bergerak lambat.”

Su Yulan keluar dari dapur, membawa nampan teh. “Hati-hati, nanti jatuh,” katanya lembut.

Namun pemandangan itu justru membuatnya tersenyum. Rumah yang beberapa bulan lalu terasa sunyi kini penuh tawa lagi.

Yun Zhen ikut duduk di sisi ayahnya. “Hari ini aku ingin bantu membersihkan halaman belakang,” ujarnya. “Dulu aku sering bermain di sana bersama Meimei, tapi sudah lama tak kulihat.”

Yun Haoran menepuk bahunya. “Bagus. Diedie akan ikut.”

“Dan Meimei juga!” seru Yun Ruona tak mau kalah.

“Tapi Meimei berjalan saja masih tertinggal jauh,” goda Yun Zhen.

“Ih ... Gege! Nana bisa jalan cepet, tahu!” jawabnya dengan percaya diri.

Yun Haoran dan Su Yulan bertukar pandang, lalu tertawa kecil. Mereka tahu, meski adik dan kakak itu selalu bercanda dan beradu kata, ada kehangatan yang tak bisa disembunyikan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Menjelang siang, halaman belakang keluarga Yun penuh dengan suara. Suara sapu yang bergesek di atas batu, suara tawa kecil, dan desiran daun yang tersentuh angin.

Yun Ruona berusaha mengikuti langkah Yun Zhen, meski sesekali jatuh terduduk di rumput. Tapi setiap kali itu terjadi, ia akan tertawa duluan sebelum ada yang menolong.

“Lihat, aku jatuh gaya baru!” serunya bangga.

Yun Zhen menggeleng pelan, tapi dalam hatinya tersenyum. “Kau benar-benar aneh, Nana.”

“Tapi lucu, kan?” balas Nana, menyeringai.

“Lucu sekali,” jawab Yun Zhen, pura-pura kesal.

Yun Haoran memperhatikan mereka dari kejauhan, sambil meminum tehnya. Di sisinya, Su Yulan berbisik, “Mungkin kau benar, suamiku. Tak perlu memikirkan terlalu banyak. Selama ia masih bisa tertawa seperti itu, biarlah dunia di kepalanya tetap jadi rahasia kecilnya.”

Yun Haoran mengangguk. “Kadang rahasia seorang anak adalah doa yang belum sempat kita pahami, istriku.”

Mereka berdua memandang ke arah anak-anak mereka. Di bawah sinar matahari awal musim semi, langkah-langkah kecil itu tampak seperti musik. Cahaya pagi menari di wajahnya, sementara angin membawa aroma bunga plum yang mulai mekar.

Dan rumah itu, sekali lagi — benar-benar bernapas.

✨ Bersambung ✨

1
Fitri R
semangat upnya thor
Fitri R
semangat thor upnya
Fitri R
lanjut
Fitri R
semangat thor upnya...
Ravenel Whitly
Ceritanya seru, menarik.

Tentang reinkarnasi jadi bayi, trus tetiba ada sistem. Tapi sistemnya bukan membantu si FL punya kehidupan lebih baik. Lebih ke sistem yang menghubungkan perasaan atau ikatan hubungan gitu. Ini sistem yang baru sih.

Dari judulnya Panduan Tokoh Numpang Lewat. sempet di sebutkan bentar di bab 1 & 4 tentang novel dan ingatan FL. Tapi masih belum di temukan. Ini sangat pas, berarti tokoh numpang lewat itu beneran lewat aja di buku tanpa ada yang kenal dan sadar akan keberadaannya.

Sepertinya dari 24 bab ini masih pembuka cerita. belum masuk ke intinya. Mungkin semakin ke tengah, akan semakin terbuka alur-alur tersembunyi lainnya.

Good job Author. Aku suka gaya pikirmu. Lanjutkan! aku dukung .... /Joyful//Determined//Applaud//Rose//Heart//Good/
Aisyah Suyuti
menarik
Fitri R
lanjut upnya thor...semangat
Fitri R
lanjut upnya thor....semangat
Fitri R
lanjut
DJSH _ Tutul
Ceritanya seru, gak bosen, ringan, tapi misterius.

bikin nagih deh. ditunggu bab berikutnya, ya!

/Good/
Kinara Wening
Sebagai penulis novel ini, cukup menguras otak. kadang sampai begadang buat mikir outline dan istilah lainnya. padahal belum nulis satu bab pun. perjuangan awal nulis cerita ini gak mudah. aku ingin cerita ini tidak hanya menghibur, tapi membekas dihati kalian.

dengan berkat dukungan dan cinta kalian, aku bisa tetap ada di sini dan tetap melanjutkan kisah ini, meski gak mudah.

makasih semuanya! love U All ....
/Rose//Heart//Pray/
Yourali
Karya yang bagus. ada lucunya, ada seriusnya, ada tema keluarganya, ada sistemnya. Belum tahu gimana romansa cerita ini karena masih kecil FL-nya.

Kutunggu dewasamu, Nana!

alurnya mulus bgt. gak kerasa kepaksa alurnya, kayak lagi naik rollercoaster!

pokok sukak bgt!!!!
semangat mamathor!
/Drool//Angry//Determined/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!