Panduan Tokoh Numpang Lewat

Panduan Tokoh Numpang Lewat

Bab 1: Tidur Bentar, Jadi Bayi

Su Runa (蘇如娜, Sū Rúnà) hanya ingin hidup tenang, bekerja santai, dan rebahan damai di apartemen kecilnya. Bukan cita-cita yang muluk, kan? Sayangnya, angan itu tak sejalan dengan kenyataan.

Malam itu, apartemennya seperti kapal DIY yang karam. Di lantai berserakan gunting, lem tembak, pita, kain bekas, dan kardus setengah jadi. Di meja kerja, mie instan yang sudah mengering menjadi “fosil malam kelaparan,” dan laptopnya masih menyala menampilkan software editing video. Nana (娜娜, Nànà)—begitu panggilan akrabnya—seorang konten kreator DIY yang gemar membaca buku lintas bidang. Keahliannya dalam memasak murni untuk bertahan hidup, dengan motto hidup: “Yang penting makan, bukan makan itu penting.” Ia juga memiliki ingatan visual yang tajam dan bakat membuat sketsa yang menyerupai aslinya.

Di usia 25 tahun, kehidupannya cukup sederhana: kerja, makan, tidur, dan sesekali bertualang di dunia maya. Tidak ada ramalan, portal bercahaya, atau sistem aneh yang muncul dari udara. Hanya dirinya dan segunung kerjaan yang harus diselesaikan sebelum matahari terbit.

Ia duduk bersila di kursi putar, mengetik cepat sambil menguap lebar. “Lima menit lagi, habis edit langsung tidur,” gumamnya sambil menyeruput sisa kuah mie dingin.

Su Runa melirik novel fantasi kolosal yang terbuka di samping laptop. Halaman terakhirnya seolah bersinar, menggoda seperti bisikan iblis: ‘Selesaikan aku sekarang~’.

Baginya yang punya “Sindrom Nggak Bisa Tidur Kalau Ending Belum Tahu”, ini siksaan batin. Tapi dia menahan diri. “Besok aja baca ending-nya. Hidup sehat dimulai dari tidur yang cukup,” katanya bijak … lima menit sebelum matanya kalah oleh ngantuk.

Sayangnya, bukan videonya yang selesai malam itu. Melainkan hidupnya.

Su Runa tak pernah menyangka bahwa tidur “sebentar” akan membuat jiwanya log out dari tubuh di dunia modern. Setelah malam penuh deadline dan mie instan, hidupnya … “di-upload” ke dunia kolosal—yang seharusnya fiksi. Ya ... karena tidak ada satupun catatan sejarah mengenai dinasti yang ia hadiri saat ini. Hanya saja, kebetulan punya budaya dan bahasa yang sama seperti dinasti-dinasti yang ada di sejarah.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Su Runa terbangun, tapi bukan suara laptop atau notifikasi HP yang pertama ia dengar. Melainkan … tangisan bayi. Yang lebih aneh lagi, setelah beberapa detik, ia sadar: itu suara tangisannya sendiri.

“Eh?” pikirnya. Bingung dengan situasi dan kondisi yang dialaminya saat ini. Tapi yang keluar hanya “WAAAAAA!!” nyaring.

Pandangannya buram, tubuhnya mungil dan lemah. Tangan kecilnya mengepal tanpa kendali. Panik? Tentu saja. Siapa yang tidak panik saat tahu dirinya jadi bayi?!

Perlahan suasana sekitar mulai jelas: cahaya lampu minyak redup, dinding kayu sederhana, dan beberapa wajah asing muncul bergantian menatapnya. Atap di atas yang dilihat saat ini bukanlah plafon putih apartemen, melainkan kayu kasar.

"Ini… di mana? Kok kaya rumah zaman kerajaan?" batinnya.

Beberapa pelayan wanita berlari ke dalam ruangan, disusul seorang perempuan anggun berpakaian mewah. Wajahnya lembut tapi tegas—dan dari tatapan penuh kasih itu, Su Runa menyadari satu hal: perempuan ini adalah ibunya … yang baru.

"Selamat, Nyonya 夫人 (Fūrén)! Putri Anda lahir dengan selamat!" Para pelayan bersorak kecil, wajah mereka cerah oleh kebahagiaan.

Tanggal 14 Bulan 3 Tahun 472, Dunia Xuanyu 玄域 (Xuányù), Dinasti Hanxu 翰胥 (Hànxū). Di malam musim semi yang hangat. Bunga-bunga plum (梅花, méihuā) bermekaran memenuhi halaman rumah keluarga Yun, mengirimkan wangi lembut ke udara. Embun tipis menari di antara pepohonan, dan langit malam begitu jernih seolah alam tengah menyambut tamu kecil istimewa.

Tangisan pertamanya terdengar nyaring, bersatu dengan suara angin musim semi yang lembut. Para pelayan bahkan berbisik bahwa kelahiran di malam seindah itu pasti membawa keberuntungan besar bagi keluarga Yun.

“Selamat, Tuan 老爺 (Lǎoye). Nyonya baru saja melahirkan seorang putri. Ibu dan anak lahir dengan selamat,” ucap seorang bidan dengan pakaian sederhana setelah keluar dari ruang bersalin.

Seorang pria dewasa tertawa lega. “Akhirnya aku punya anak perempuan!”

Seorang anak laki-laki ikut bersorak, “Akhirnya aku punya Meimei 妹妹 (Mèimei – Adik Perempuan)!”

"Anak? Meimei? Eh bentar… jangan bilang aku yang dimaksud!" batinnya berusaha mencerna situasi saat ini.

Su Runa ingin protes, tapi tubuh mungilnya hanya bisa menendang udara dan menangis lebih keras. “WAAAAAA!!”

Ia bukan lagi Su Runa. Kini ia adalah bayi baru lahir di zaman kolosal.

“Apartemenku … laptopku … Wi-Fi ku … novelku yang belum tamat …!!” ratapnya dalam hati, disertai tangisan bayi super melengking.

“Sepertinya Nona lapar, Tuan,” ujar bidan.

“Aku mengerti. Biar aku bawa dia ke istriku,” jawab sang ayah dengan wajah berseri.

“Aku nggak lapar! Kalian salah paham, woy!” tentu saja tidak ada yang bisa mendengar teriakan batinnya.

Pria itu mengecup dahi istrinya yang masih terbaring di ranjang dengan rambut yang disanggul rapi sederhana. “Istriku 夫人 (Fūrén), selamat, ya. Putri kecil kita lahir secantik dirimu. Terima kasih sudah berjuang melahirkannya.”

Wanita itu tersenyum. “Suamiku 夫君 (Fūjūn), kenapa anak kita menangis terus?”

“Berilah ia makan, sepertinya dia kelaparan.”

Sambil meraih bayinya, ia menyusui dengan penuh kelembutan. Suasana tenang, hingga suara langkah kecil terdengar. Seorang anak laki-laki berusia sekitar delapan tahun berlari masuk.

“Nama Meimei siapa, Diedie 爹爹 (Diēdiē - Ayah), Niangqin 娘親 (Niángqīn - Ibu)?”

Pria itu tersenyum bangga. “Namanya Yun Ruona 雲若娜 (Yún Ruònà).

『雲映天光,若水含情,娜姿如畫。』

Yún yìng tiān guāng, ruò shuǐ hán qíng, nà zī rú huà.

‘Awan memantulkan cahaya langit, sehalus air yang menyimpan perasaan, anggunnya laksana lukisan.’”

Wanita yang adalah ibu baru Su Runa di dunia ini mengangguk bahagia. “Nama yang indah, suamiku.”

"Aku cukup suka nama ini. Approve! Diedie jago banget kasih nama." batin Su Runa senang.

“Yeay, sekarang aku punya adik namanya Yun Ruona! Nanti kita panggil Nana, ya?” seru anak laki-laki itu.

“Ide bagus, putraku 儿子 (érzi). Nama panggilannya adalah Nana,” jawab Tuan Yun.

Nyonya Yun tersenyum setuju. “Selamat datang di keluarga kami, Nana.”

"Aku punya nama panggilan yang sama seperti di kehidupan sebelumnya."

Anak laki-laki itu menepuk dada bangga. “Aku Gege 哥哥 (Gēge – Kakak laki-laki) mu, Yun Zhen 雲禎 (Yún Zhēn). Mulai sekarang aku akan melindungimu!”

Nyonya Yun tertawa lembut. “Dia masih terlalu kecil untuk mengerti, Zhen'er.”

Tuan Yun ikut menimpali dengan nada main-main, “Ini Diedie, jangan lupa panggil aku duluan, ya, nanti.”

“Lah, malah rebutan panggilan,” celetuk Nyonya Yun sambil melotot kecil.

Para lelaki di ruangan itu langsung terdiam. Nana yang masih bayi pun merasa aura ibu rumah tangga zaman kolosal ini kuat juga.

Malam mulai larut. Setelah diberi ASI, Su Runa diletakkan di ranjang kecil dengan selimut hangat. Ia menatap langit-langit kayu dengan mata bayi bundar, sementara pikirannya tetap seperti orang dewasa.

“Baiklah, karena sudah terlanjur jadi bayi. Aku Su Runa, kini jadi Yun Ruona, akan jalani kehidupan baru ini dengan baik ...,” gumamnya dalam hati.

Keluarganya terlihat hangat, bukan bangsawan tapi juga bukan orang miskin.

"Sepertinya kehidupanku di sini akan berjalan damai … 'kan?"

✨ Bersambung ✨

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!