Naora, seorang wanita yang dijadikan taruhan oleh suaminya yang sering menyiksanya selama dua tahun pernikahan. Ia dengan tega menyerahkan Naora pada lawannya yang seorang penguasa.
Damian, seorang Bos mafia yang kejam seketika menaruh rasa iba pada Naora saat melihat luka-luka di tubuh Naora.
Sikap Damian yang dingin dan menakutkan tidak ada ampun pada lawannya tapi tidak sedikitpun membuat Naora merasa takut. Hatinya sudah mati rasa. Ia tidak bisa merasakan sakit dan bahagia. Ia menjalani hidup hanya karena belum mati saja.
Namun tanpa diduga, hal itu malah membuat Damian tertarik dan ingin melepaskan Naora dari jerat masa lalunya yang menyakitkan.
Akankah Damian bisa melakukannya dan terjebak dalam rasa penasarannya ?
Minta dukungan yang banyak ya teman-teman 🫶 Terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menantang Damian
"Bacakan agendaku". Kata Damian pada Lukas. Ia mengalihkan pandangannya dari Naora. Ia merasa Naora tidak nyaman dengan tatapan nya sejak tadi.
"Tidak ada, Tuan. Hanya nanti malam ada undangan makan malam di kediaman Tuan Hansen". Kata Lukas memberitahu.
Damian hanya mengangguk. Sesekali ia melirik Naora yang sudah menghabiskan satu buah sandwich. Damian melihat kearah Lukas seakan memberi kode dan Lukas langsung paham.
"Nona, makanlah yang banyak. Jangan sampai kau mengira jika Tuan Damian adalah orang yang pelit". Kata Lukas dan diangguki oleh Naora.
"Terimakasih, Tuan. Tapi aku sudah kenyang". Kata Naora saat sudah menghabiskan susu di gelasnya.
Damian tidak berkata lagi. Ia meninggalkan Naora yang tetap berada di meja makan bersama dengan Lukas.
"Maaf Tuan, apa pekerjaanku ?" Tanya Naora pada Lukas. Ia bingung karena sejak tadi tidak melihat orang sama sekali di mansion sebesar ini. Bukan hanya lagi ini saja. Tapi sejak kedatangannya tadi malam hanya Damian dan Lukas yang dilihatnya.
"Nona, jangan memanggilku Tuan. Panggil namaku saja. Lukas. Dan tentang apa yang harus kau kerjakan biar nanti Tuan Damian sendiri yang memberitahu mu. Jika kau bosan dan butuh teman kau bisa pergi ke belakang mansion. Disana ada banyak pelayan yang bisa kau ajak bicara. Tapi satu pesanku, jangan bertanya apapun tentang Tuan Damian pada mereka". Kata Lukas panjang lebar.
Naora mendengarkan dengan serius. Ia menduga jika Damian tidak suka ada kebisingan atau orang lain didalam huniannya. Tapi, mengapa Damian memperbolehkannya masuk kemari.
Naora merasa tidak terlalu bisa berinteraksi dengan orang lain. Tapi jika ia hanya berada di kamar rasanya tidak pantas bersantai di rumah orang.
Jadi ia memutuskan untuk membereskan meja makan setelah Lukas pergi menyusul Damian.
Rupanya Damian menemui Aldric yang masih berteriak di depan gerbang.
"Aku ingin bicara denganmu". Teriak Aldric.
"Kau sudah menandatangani surat perjanjian itu tanpa paksaan. Jadi kau sudah tidak bisa membawanya kembali". Kata Damian dengan kedua tangannya yang bertengger di pinggangnya.
Ia seakan tau apa yang Aldric inginkan darinya. Ia sudah menduga akan hal itu. Tapi ia tidak menyangka Aldric benar-benar merasa menyesal hanya dalam semalam saja.
"Aku tidak peduli dengan surat perjanjian sialan itu. Aku hanya ingin istriku kembali. Aku sudah tidak peduli dengan barangku. Kembalikan istriku, Damian". Aldric benar-benar sangat emosional. Ia tidak bisa bicara baik-baik. Tapi Damian sangat suka jika Aldric memperlihatkan emosinya. Itu adalah kelemahan seorang pria.
"Apa yang menjadi milikku sudah tidak bisa diambil lagi sampai aku merasa puas". Balas Damian dengan senyum dinginnya.
Damian menyuruh seorang penjaga untuk membuka gerbangnya. Ia mendekat kearah Aldric yang sudah diselimuti dengan amarah. Kedua tangannya mengepal erat. Urat di lehernya sudah terlihat.
"Kau kehilangan mainanmu ? Kenapa tidak mencari yang baru ?" Kata Damian dengan nada mengejek. Ia sengaja mempermainkan emosi Aldric.
"Apa yang kau inginkan agar mau melepaskan Naora ?" Taha Aldric mencoba menahan amarahnya.
Mendengar itu Damian tertawa terbahak-bahak. Ia merasa lucu dengan pertanyaan Aldric. Memangnya ia butuh apa sampai Aldric menanyakan hal konyol semacam itu.
Ia tidak kekurangan apapun dalam hidupnya. Materi, wanita semua sudah ia dapatkan. Kekayaan, kekuasaan dan nama baik juga melekat dalam sosoknya. Jadi apalagi yang ia inginkan ?
Meskipun bibir Damian mengucapkan hal itu, tapi sesungguhnya hatinya merasa kosong. Ia pun tidak tau apa yang kurang. Meskipun memiliki segalanya ia tetap tidak bahagia.
"Aku tidak menginginkan apapun dari pecundang sepertimu. Pergilah, dan terima kabar baikmu nanti siang. Jangan pernah datang kemari lagi jika tidak membawa keuntungan untukku". Kata Damian. Kemudian ia membalikkan badannya dan melangkah meninggalkan Aldric.
Aldric merasa kedatangannya sia-sia. Damian sungguh tidak bisa dibujuk. Ia gelap mata dan dengan segera mengeluarkan senjata api dari balik jasnya.
"Kalau kau tidak menyerahkan Naora maka aku akan membunuhmu". Kata Aldric putus asa. Ia benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Bagaimana bisa ia mengancam seorang mafia di kediamannya sendiri dengan penjagaan yang begitu ketat.
Damian hanya tertawa merendahkan melihat kebodohan yang Aldric lakukan.
"Kenapa hanya mengancam ? Kenapa tidak langsung kau tembak aku ?" Ujar Damian dengan sorot mata tajam.
Ia mulai jengah dengan sikap Aldric yang meminta Naora bagaikan anak kecil meminta mainan.
"Dasar tidak berguna". Kata Damian tanpa basa-basi menemb*k Aldric di kakinya.
Aldric terjatuh dengan masih menggenggam senjatanya. Rasanya sudah tidak ada harapan untuk bertemu Naora walau sekedar melihatnya saja.
Perlahan ia tidak bisa merasakan apa-apa seiring dengan tertutupnya pintu gerbang yang menjulang dihadapannya.
"Bereskan si brengsek itu". Perintah Damian pada penjaga gerbang.
Lukas menghampiri Damian yang tampak menahan amarahnya. Aldric benar-benar membuat suasana hati Tuan nya menjadi buruk. Padahal suatu hal yang langka Damian mau bicara dengan Naora lagi tadi. Lukas hanya berharap Damian tidak menjadikan Naora sebagai pelampiasan amarahnya.
Ia memang seorang mafia yang kejam kepada lawannya. Tidak mengenal rasa takut dalam Medan pertempuran. Tapi untuk menyiksa seorang wanita yang tidak tau apa-apa rasanya itu tidak adil.
Jadi sebisa mungkin, Lukas akan berusaha melindungi Naora dari amukan Damian. Entah mengapa setelah melihat banyak bekas luka di tubuh Naora membuatnya menaruh rasa iba.
Apa mungkin Damian merasakan hal yang sama atau sama sekali tidak terpengaruh. Entahlah, Lukas juga tidak tau. Walaupun sudah lama ia ikut bersama Damian tapi ia jarang sekali bisa menebak isi hati Bos dinginnya itu.
"Disiplinkan semua anggota. Aku ingin melatih mereka sendiri". Perintah Damian sambil berjalan cepat. Lukas yang tidak ingin terkena amukan segera melaksanakan perintah.
Dibelakang mansion besar Damian ini ternyata bukan hanya ada tempat tinggal untuk pelayan. Disana ada sekitar tiga bangunan yang sama besarnya.
Satu bangunan digunakan untuk tempat tinggal pekerja mansion, satu bangunan digunakan untuk tinggal para anak buah mafianya yang membantunya menjalankan bisnis gelapnya dan satu bangunan lagi digunakan sebagai gudang penyimpanan barang-barang nya.
Damian adalah mafia yang memasok senjata api ilegal ke negara-negara besar. Ia juga memiliki sebuah perusahaan berlian. Namun itu hanya digunakan sebagai kamuflase agar tidak terendus oleh pihak berwajib.
Di belakang gudang ia juga memiliki sebuah lapangan golf yang sangat luas yang terkadang digunakan sebagai arena berlatih anak buahnya. Entah berlatih fisik atau menembak.
Dan Lukas sudah berdiri di sana dengan banyaknya anak buah yang ia perintahkan untuk berbaris.
"Tuan Damian akan melatih kalian sendiri. Bersiaplah". Kata Lukas tanpa senyum.
Lukas dikenal sebagai pria dingin yang sama kejamnya dengan Damian. Tidak ada senyum dan tidak banyak kata namun aksi mereka sangat berbahaya.
Keduanya cukup disegani oleh para anak buahnya. Terutama Damian yang memiliki reputasi baik di kalangan mafia lainnya.
..
Selamat malam semuanya 🤩
sakit parah dianya yah