NovelToon NovelToon
Balas Dendam Istri Marquess Yang Difitnah

Balas Dendam Istri Marquess Yang Difitnah

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Genius / Mengubah Takdir / Mengubah sejarah / Fantasi Wanita / Balas dendam pengganti
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: BlackMail

Dieksekusi oleh suamiku sendiri, Marquess Tyran, aku mendapat kesempatan untuk kembali ke masa lalu.

​Kali ini, aku tidak akan menjadi korban. Aku akan menghancurkan semua orang yang telah mengkhianatiku dan merebut kembali semua yang menjadi milikku.

​Di sisiku ada Duke Raymond yang tulus, namun bayangan Marquess yang kejam terus menghantuiku dengan obsesi yang tak kumengerti. Lihat saja, permainan ini sekarang menjadi milikku!

Tapi... siapa dua hantu anak kecil itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BlackMail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 : Siapa Aku?

Pertanyaan itu menggantung di udara yang pengap di dalam ruang kerja, lebih berat dari keheningan itu sendiri.

"Siapa... kau sebenarnya?"

Itu bukan lagi suara seorang ayah yang marah. Itu adalah bisikan seorang pria yang dunianya baru saja hancur berkeping-keping di depan matanya.

Dia tidak lagi menatapku sebagai putrinya, tetapi sebagai sebuah anomali, sebuah teka-teki menakutkan yang tiba-tiba muncul di dalam rumahnya sendiri.

Di sudut ruangan, Cedric masih terisak pelan, sebuah pemandangan yang menyedihkan. Ruangan itu sendiri terasa seperti penjara; jendela tertutup rapat, tirai berat menjebak bau asap lilin dan tinta yang mengering di udara. Bau kertas tua menusuk hidung, bercampur dengan keringat dingin yang menetes dari pelipis ayah.

Di hadapanku, Ayah menatapku dengan mata yang sama yang pernah kulihat di cermin: mata seseorang yang telah melihat hantu. Kehancuran Hartwin.

Jantungku berdebar kencang, tapi aku memaksakan diriku untuk tenang. Aku tahu, jika aku goyah sedikit saja, aku akan kehilangan segalanya. Ini adalah momen penentuan.

Jawabanku akan menjadi fondasi dari semua yang akan kubangun atau hancurkan setelah ini. Aku tidak bisa menunjukkan keraguan. Aku tidak bisa menunjukkan rasa takut.

Aku mengangkat daguku, menatap lurus ke matanya yang gemetar.

"Aku adalah Elira Hartwin," kataku, suaraku terdengar tenang dan dingin di telingaku sendiri, seolah milik orang lain. "Putri Ayah. Dan aku adalah satu-satunya orang yang berdiri di antara keluarga ini dan kehancuran."

Keheningan kembali menyelimuti kami, lebih pekat dari sebelumnya. Jam tua di sudut ruangan berdetak pelan, seolah menghitung sisa-sisa waktu yang dimiliki keluarga kami.

Ayah tersentak seolah aku baru saja menamparnya. "Omong kosong," desisnya, sisa-sisa amarahnya mencoba untuk bangkit kembali, tetapi suaranya terdengar rapuh, nyaris pecah. Tangannya menggenggam ujung meja begitu erat hingga buku jarinya memutih.

"Bagaimana mungkin kau tahu semua ini? Surat itu... pertemuan itu... Siapa yang memberitahumu? Duke Raymond? Apa yang kau janjikan padanya? Apa kau menjual rahasia keluarga kita demi ambisinya?"

Dia rupanya mencoba mencari penjelasan yang masuk akal di dunianya.

Di dunianya, seorang wanita tidak mungkin memiliki kekuatan atau pengetahuan seperti ini kecuali jika ada seorang pria di belakangnya. Ia lebih mudah menerima bahwa aku adalah seorang pengkhianat daripada menerima bahwa aku kompeten.

"Tidak ada yang memberitahuku, Ayah," jawabku, setiap kata kuucapkan dengan penekanan yang hati-hati. "Aku hanya melihat apa yang Ayah dan Kakak tidak mau lihat. Aku melihat kebenaran di balik angka-angka yang mustahil dan janji-janji yang terlalu muluk."

Aku melangkah maju satu langkah, mendekati meja. Lantai kayu berderit di bawah kakiku, suara kecil yang terdengar begitu jelas dalam keheningan.

"Ayah lebih percaya pada kesombongan Cedric dan reputasi seorang Marquess daripada logika sederhana. Asuransi lima belas persen untuk investasi yang mempertaruhkan seluruh pendapatan kotor kita selama setahun? Itu bukan bisnis, Ayah. Itu adalah bunuh diri."

Setiap kata yang kuucapkan adalah sebuah pukulan, meruntuhkan sisa-sisa harga dirinya. Aku tidak sedang berdebat. Aku sedang menyatakan fakta.

"Aku tidak meminta gelar Ayah. Gelar itu, dan nama keluarga ini, adalah milik Kakak," lanjutku, sebuah konsesi yang telah kurencanakan, sebuah persembahan kecil untuk egonya yang terluka. "Aku meminta sesuatu yang jauh lebih penting. Sesuatu yang akan memastikan gelar itu masih memiliki arti di masa depan."

Aku meletakkan kedua tanganku di atas meja kayu yang dingin itu, menatap lurus ke arahnya. Jemariku bergetar sedikit, tapi aku menyembunyikannya di balik genggaman yang kaku.

"Aku meminta kunci perbendaharaan. Aku meminta otoritas penuh untuk meninjau, memveto, dan mengelola semua aset dan kontrak bisnis keluarga Hartwin. Mulai hari ini, tidak ada satu koin emas pun yang keluar dari kas kita tanpa persetujuanku. Tidak ada kontrak yang ditandatangani tanpa aku memeriksanya terlebih dahulu."

Ini bukan lagi permintaan seorang putri. Ini adalah ultimatum.

"KAU!!?"

Suara teriakan itu bukan berasal dari Ayah, tapi dari Cedric. Dia akhirnya bangkit dari kursinya, wajahnya merah padam karena amarah dan penghinaan. Rambutnya berantakan, matanya merah basah, seperti binatang liar yang terpojok.

"Kau pikir kau siapa!?" hardiknya, menunjuk ke arahku dengan jari gemetar. "Jal*ng licik! Kau pasti tidur dengan Duke itu untuk mendapatkan semua ini! Kau sengaja melakukan ini untuk mempermalukanku! Untuk merebut warisanku!"

Tuduhan-tuduhan itu kotor dan penuh keputusasaan. Di kehidupan pertamaku, kata-kata itu mungkin akan menghancurkanku. Tapi sekarang... aku hanya merasakan kasihan. Kasihan pada serigala herbivora yang terluka ini, yang hanya bisa melolong tanpa daya.

Aku bahkan tidak menoleh padanya. Mataku tetap terkunci pada Ayah.

"Diam, Cedric," kataku dengan nada dingin yang mematikan. "Orang dewasa sedang berbicara."

Efeknya rupanya lebih dahsyat dari tamparan. Cedric terkesiap, seolah udara baru saja direnggut dari paru-parunya. Dia terdiam, dikalahkan bukan oleh amarah, tetapi oleh penghinaan total karena tidak dianggap. Jemarinya mengepal di sisinya, tapi suaranya hilang entah ke mana.

Ayah menatapku, lalu menatap putranya yang gemetar, dan kembali menatapku. Di matanya, aku bisa melihat perang yang berkecamuk. Di satu sisi adalah seluruh hidupnya, seluruh kepercayaannya pada tatanan dunia: dunia di mana laki-laki memimpin dan perempuan mengikuti.

Di sisi lain adalah bukti nyata di depannya: putrinya yang cerdas dan menakutkan yang baru saja menyelamatkannya, dan putranya yang tidak kompeten dan histeris yang hampir menghancurkannya.

Pilihannya jelas, tapi aku tahu betapa menyakitkannya pilihan itu baginya. Menerima tuntutanku berarti mengakui bahwa seluruh prinsip hidupnya salah. Prinsip hidup semua pendulunya salah.

Dia memejamkan matanya sejenak. Bahunya yang biasanya tegap, kini tampak merosot. Ruang kerja itu terasa semakin sempit, seperti menekan tubuhnya hingga hampir roboh. Dia terlihat seperti seorang raja tua yang baru saja kehilangan kerajaannya.

Saat dia membuka matanya lagi, apinya telah padam. Yang tersisa hanyalah abu.

"Tinggalkan aku sendiri," bisiknya, suaranya serak dan nyaris tak terdengar. Dia tidak lagi menatapku. Dia hanya menatap kosong ke surat Marquess Tyran yang tergeletak di atas mejanya. Surat yang menjadi simbol dari kegagalannya.

Aku mengangguk pelan. Tidak ada lagi yang perlu dikatakan. Aku berbalik, berjalan melewati Cedric yang masih mematung, dan keluar dari ruang kerja itu. Pintu tertutup di belakangku dengan bunyi klik yang pelan, menandai akhir dari sebuah era.

Saat aku berjalan menyusuri koridor yang sunyi, aku tidak merasakan kemenangan. Aku tidak merasakan kebahagiaan. Yang kurasakan hanyalah beban yang sangat berat di pundakku.

Aku telah memenangkan pertempuran. Aku telah menyelamatkan keluarga ini dari kehancuran finansial.

Tapi dalam prosesnya, aku telah menghancurkan keluargaku sendiri. Aku telah meremukkan harga diri ayahku dan menanam benih kebencian abadi di hati kakakku.

Rumah ini mungkin selamat. Tapi mulai hari ini, rumah ini tidak akan pernah terasa seperti rumah lagi.

1
Ria Gazali Dapson
jdi ikut²an dag dig dug derrr😄
BlackMail
Makasih udah mampir.🙏
Pena Santri
up thor, seru abis👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!