NovelToon NovelToon
The Lonely Genius

The Lonely Genius

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sci-Fi / Anak Genius / Murid Genius / Dunia Masa Depan / Robot AI
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: PumpKinMan

Di tahun 2070, nama Ethan Lawrence dirayakan sebagai pahlawan. Sang jenius muda ini telah memberikan kunci masa depan umat manusia: energi tak terbatas melalui proyek Dyson Sphere.
Tapi di puncak kejayaannya, sebuah konspirasi kejam menjatuhkannya.
Difitnah atas kejahatan yang tidak ia lakukan, sang pahlawan kini menjadi buronan nomor satu di dunia. Reputasinya hancur, orang-orang terkasihnya pergi, dan seluruh dunia memburunya.
Sendirian dan tanpa sekutu, Ethan hanya memiliki satu hal tersisa: sebuah rencana terakhir yang brilian dan berbahaya. Sebuah proyek rahasia yang ia sebut... "Cyclone".



(Setiap hari update 3 chapter/bab)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PumpKinMan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 26: Badai Pertama

Hari-hari berikutnya setelah Ethan merekrut Dr. Elara Vance—insinyur geologi muda yang kini menjadi mata-matanya di Mars—adalah periode ketenangan yang aneh dan menegangkan.

Di permukaan, semuanya berjalan lancar. Ethan, kini waspada terhadap Thorne, mulai memeriksa laporan logistik dengan lebih teliti, tetapi Thorne, seolah menyadari perubahan sikap Ethan, kini mengirimkan laporan yang bersih sempurna, penuh detail, dan tanpa cela. Produksi *Calicite-7* terus meningkat. Konstruksi Lensa Fraktal di orbit mencapai 40% penyelesaian. Dunia memujinya. Senator Rostova meneleponnya dua kali seminggu, memberinya pujian hangat dan menanyakan kabarnya seperti seorang bibi yang peduli.

Julian Frost, yang kini terjebak dalam peran "penasihat" yang tidak berdaya, menghabiskan sebagian besar waktunya dengan menulis memo panjang tentang potensi pelanggaran protokol minor, yang semuanya diabaikan oleh Ethan dan timnya. Dia adalah hantu yang menggerutu di sudut ruangan.

Ethan bahkan berhasil menjalankan simulasi Sim 7.7 yang sempurna—menggabungkan data *Calicite-7* curiannya dengan frekuensi kunci yang dia temukan—di server pribadinya, menggunakan Aurora melalui koneksi rahasia mereka. Teorinya 100% benar. Dia memiliki cetak biru untuk masa depan.

Dia seharusnya merasa menang.

Tapi dia tidak bisa tidur.

Setiap malam, dia menatap langit-langit apartemennya yang kosong, dihantui oleh tanda tangannya di laporan Thorne. Dia dihantui oleh suara batuk Maya di kegelapan panti asuhan. Dia dihantui oleh wajah ketakutan wanita pembersih di terminal.

Dia mencoba menghubungi Elara Vance di Mars melalui saluran terenkripsi yang mereka atur, tetapi koneksinya tidak stabil dan sering terputus. Pesan-pesan Vance singkat dan penuh teka-teki: `Situasi tegang. Pengawasan ketat. Thorne ada di sini. Memeriksa log.` Lalu hening selama berhari-hari.

Ethan merasa seperti berjalan di atas tali tipis di atas jurang, berpura-pura semuanya baik-baik saja, sementara angin mulai bertiup kencang.

Dan badai itu datang pada hari Rabu sore, dalam wujud Nate Reyes.

Nate tidak menelepon. Dia tidak membuat janji. Dia hanya muncul di lobi kantor Direktur di lantai 120, melewati keamanan dengan lencana persnya dan ekspresi wajah yang begitu gelap sehingga bahkan penjaga Tier-B yang tangguh pun minggir.

Kenji mencoba menghentikannya di depan pintu kantor Ethan. "Maaf, Tuan Reyes, Direktur sedang dalam rapat..."

Nate mendorongnya ke samping—tidak kasar, tetapi dengan kekuatan yang tak terbantahkan—dan membuka paksa pintu kantor Ethan.

Ethan sedang berada di tengah-tengah panggilan video konferensi dengan tim orbitnya, membahas penyesuaian kalibrasi Lensa. Dia mendongak kaget saat Nate masuk.

"...jadi, jika kita menyesuaikan sudut bias sebesar 0.03 derajat..." Ethan berhenti. Dia menatap wajah Nate. Pucat. Tegang. Matanya merah karena kurang tidur, tetapi menyala karena amarah yang dingin. "...Saya akan menelepon Anda kembali," kata Ethan ke layar, memutus koneksi.

"Nate?" kata Ethan, berdiri. "Ada apa? Apa terjadi sesuatu?"

Nate tidak menjawab. Dia berjalan ke konsol utama di meja Ethan, tempat proyeksi jadwal dan berita hari itu ditampilkan. Dia menekan satu tombol. Layar menjadi hitam.

"Hei!" protes Ethan.

"Kita perlu bicara," kata Nate, suaranya pelan dan berbahaya. "Sendirian."

Ethan menatap Kenji, yang berdiri membeku di ambang pintu. "Tidak apa-apa, Kenji. Tinggalkan kami."

Asisten itu tampak ragu, melirik Nate dengan cemas, lalu mengangguk dan menutup pintu di belakangnya.

Keheningan memenuhi kantor mewah itu. Hanya suara dengungan samar dari sistem pendingin.

"Apa yang terjadi?" tanya Ethan lagi, rasa dingin mulai menjalari dirinya. Ini bukan Nate yang marah karena hal sepele. Ini adalah Nate sang jurnalis investigasi yang baru saja melihat sesuatu yang mengerikan.

Nate mengeluarkan data-pad dari sakunya. Bukan yang standar Zona-S. Yang ini model lama, tebal, dan tampak sudah sering dibanting. Dia meletakkannya di meja Ethan.

"Lihat ini," perintahnya.

Ethan ragu-ragu, lalu mengambil data-pad itu. Dia membukanya. Itu adalah file video. Dia menekan 'putar'.

Kualitasnya buruk. Goyah. Direkam secara sembunyi-sembunyi. Tapi isinya jelas. Barak pekerja yang penuh sesak. Wajah-wajah kuyu. Jam hitung mundur 18 jam. Terowongan tambang yang berbahaya. Alarm suhu yang diabaikan. Mandor Aeterna Energy yang kejam. Pekerja yang pingsan dan ditinggalkan.

Ethan menonton dalam diam, wajahnya semakin pucat setiap detiknya. Dia merasa mual. Ini... ini terjadi di proyeknya?

Lalu file berikutnya. Log medis. Dokter yang kalah. Tiga kematian. "Gagal Jantung Bawaan." Kebohongan yang terang-terangan.

Dan file terakhir. Memo Thorne. Dicap `RAHASIA - OTORISASI ROSTOVA`. Perintah untuk menangguhkan inspeksi keselamatan. Perintah untuk jadwal kerja 18 jam. Ditandatangani oleh Aris Thorne.

Ethan menjatuhkan data-pad itu seolah-olah benda itu membakarnya. Benda itu jatuh ke karpet tebal dengan suara pelan.

Dia menatap Nate, matanya melebar karena ngeri dan tidak percaya. "Ini... ini nyata?"

"Sangat nyata," kata Nate dingin. "Dikirim oleh seorang informan di Tambang 7. Dia mempertaruhkan nyawanya untuk mengirim ini keluar."

"Tapi... Thorne bilang..." Ethan tergagap. "Dia bilang bonus... efisiensi..."

"Dia berbohong!" bentak Nate, akhirnya melepaskan amarahnya. "Dia berbohong padamu, dan kau mempercayainya! Kau menandatangani laporan sialan itu, kan? Aku melihat salinannya di jaringan internal!"

Ethan tersentak mundur seolah ditampar. Nate tahu.

"Aku... aku tidak tahu," bisik Ethan. "Aku tidak membaca lampirannya. Aku sibuk..."

"Sibuk?!" Nate tertawa, tawa yang penuh kepahitan. "Sibuk bermain dewa di menara gadingmu sementara orang-orang sekarat di tambangmu?! Sibuk menerima pujian dan Hadiah Nobel sementara Thorne mengubah proyek impianmu menjadi kamp kerja paksa?!"

"Aku tidak tahu!" teriak Ethan, rasa bersalah dan pembelaan diri berperang dalam dirinya. "Aku mempercayainya! Rostova bilang aku bisa mempercayainya!"

"Rostova?!" Nate tampak seperti akan meledak. "Kau masih percaya pada wanita itu? Setelah semua yang kukatakan padamu? Dia yang menempatkan Thorne di sana! Dia yang menandatangani memo itu! Ini semua rencananya, Eth! Dan kau baru saja memberinya izin tertulis!"

"Tidak!" Ethan menggelengkan kepalanya, menolak untuk menerima kenyataan yang mengerikan itu. "Kau salah. Kau hanya... kau paranoid. Kau melihat konspirasi di mana-mana sejak... sejak Clara..."

Dia seharusnya tidak mengatakannya. Dia tahu itu begitu kata-kata itu keluar dari mulutnya.

Wajah Nate membeku. Semua amarah lenyap, digantikan oleh rasa sakit yang dingin dan dalam. Dia menatap Ethan seolah baru pertama kali melihatnya.

"Jangan," bisik Nate. "Jangan pernah... sebut namanya untuk memenangkan argumenmu."

"Nate, aku tidak bermaksud..."

"Ya, kau bermaksud," kata Nate pelan. "Kau bermaksud menyakitiku. Karena kau tahu aku benar, dan kau tidak bisa menerimanya."

Dia berjalan mendekati Ethan, tidak lagi marah, hanya... sedih. "Apa yang terjadi padamu, Eth? Kau dulu peduli. Kau dulu melihat orang-orang ini. Maya. Orang-orang di panti. Sekarang... kau hanya melihat angka. Kau hanya melihat proyekmu."

"Itu tidak benar!"

"Benarkah?" Nate menunjuk ke luar jendela kaca raksasa, ke arah Zona-D yang jauh. "Kapan terakhir kali kau ke sana? Kapan terakhir kali kau benar-benar *melihat* orang-orang yang kau klaim ingin kau selamatkan? Atau kau terlalu sibuk berjabat tangan dengan para bangsawan di Stockholm?"

Setiap kata adalah tusukan. Karena itu benar. Dia telah terbuai oleh kekuasaan, oleh ketenaran, oleh ilusi kemajuan. Dia telah melupakan janjinya.

"Aku mencoba," bisik Ethan, pertahanannya runtuh. "Tapi ini... ini terlalu besar. Aku tidak bisa mengawasi semuanya."

"Kalau begitu percayalah pada orang yang bisa!" kata Nate, suaranya naik lagi. "Percayalah padaku! Aku matamu di lapangan! Aku memberitahumu ada yang salah! Tapi kau lebih memilih mempercayai politisi ular dan birokrat pendendam daripada saudaramu sendiri!"

"Thorne memberiku laporan..."

"Laporan itu palsu!" teriak Nate. "Buka matamu, Ethan! Kau dikelilingi oleh musuh! Rostova menggunakanmu! Thorne menjebakmu! Dan kau terlalu buta oleh ambisimu sendiri untuk melihatnya!"

"Ambisi?" Ethan tersinggung. "Aku melakukan ini untuk semua orang!"

"Kau melakukan ini untuk dirimu sendiri!" balas Nate. "Kau ingin membuktikan bahwa kau lebih baik dari mereka! Bahwa anak panti asuhan ini bisa mengubah dunia! Tapi kau menjadi persis seperti mereka dalam prosesnya!"

Itu adalah pukulan terakhir. Ethan mundur, merasa seolah-olah Nate baru saja menelanjangi jiwanya.

Dia menatap Nate, pria yang telah menjadi kakak, teman, dan pelindungnya sepanjang hidupnya. Dan dia melihat di mata Nate bukan lagi kemarahan, tetapi kekecewaan yang mendalam. Kekecewaan seorang saudara yang melihat pahlawannya jatuh.

"Aku... aku tidak tahu harus berbuat apa," bisik Ethan, akhirnya mengakui kekalahannya.

Nate menatapnya lama. Lalu dia menggelengkan kepalanya perlahan. "Aku juga tidak tahu lagi, Eth."

Dia berjalan ke pintu. Dia berhenti, tangannya di gagang pintu.

"Prometheus—informan itu—dia bilang Thorne ada di Mars sekarang," kata Nate pelan, tidak menoleh ke belakang. "Dia bilang Thorne mengadakan pertemuan pribadi dengan manajer tambang. Mungkin ada rekaman audio. Di kantor Thorne di Mars."

Dia berhenti sejenak. "Jika kau benar-benar ingin tahu kebenarannya... jika kau masih peduli... kau tahu apa yang harus kau lakukan."

Dia membuka pintu dan berjalan keluar, meninggalkan Ethan sendirian di kantornya yang besar dan sunyi, dikelilingi oleh kemewahan kesuksesannya dan puing-puing hati nuraninya.

Ethan menatap data-pad di lantai, pada bukti kekejaman yang terjadi atas namanya.

Dia tahu Nate benar. Dia tahu dia telah buta.

Dan dia tahu apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Dia harus mendapatkan rekaman itu.

Dia harus pergi berperang. Bukan melawan fisika. Tapi melawan sistem yang telah dia percayai. Melawan wanita yang dia kira adalah pelindungnya.

Dan dia harus melakukannya sendirian.

1
Brock
Saya butuh lanjutannya, cepat donk 😤
PumpKinMan: udah up to 21 ya bro
total 1 replies
PumpKinMan
Halo semua, enjoy the story and beyond the imagination :)
Texhnolyze
Lanjut dong, ceritanya makin seru!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!