Pertempuran sengit di akhir musim kedua mengubah segalanya. Xander berhasil menundukkan Edward dan sekutunya, namun harga yang harus dibayar sangat mahal: darah, pengkhianatan, dan tumbangnya Evan Krest—sekutu terkuat yang selama ini menjadi sandaran kekuatannya.
Kini, di season ketiga, badai yang lebih besar mulai berhembus. Cincin takluk yang melilit jari para musuh lama hanyalah janji rapuh—di balik tunduk mereka, dendam masih menyala. Sementara itu, kekuatan asing dari luar negeri mulai bergerak, menjadikan Xander bukan hanya pewaris, tapi juga pion dalam permainan kekuasaan global yang berbahaya.
Mampukah Xander mempertahankan warisannya, melindungi orang-orang yang ia cintai, dan menjaga sisa-sisa kepercayaan sekutu yang tersisa? Ataukah ia justru akan tenggelam dalam lautan intrik yang tak berujung?
Pewaris Terhebat 3 menghadirkan drama yang lebih kelam, pertarungan yang lebih sengit, dan rahasia yang semakin mengejutkan.
SAKSIKAN TERUS HANYA DI PEWARIS TERHEBAT 3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Edward tersenyum sangat lebar saat mendapatkan informasi ini.
Lima tahun bukan waktu yang pendek untuk menunggu sebuah jalan untuk membalaskan rasa sakit hati dan dendam pada Xander. Meski selama lima tahun ia tidak mendapatkan penyiksaan dan kesulitan apapun, tetapi berada di bawah kekuasaan musuh adalah penghinaan yang nyata.
Setelah menceritakan peristiwa kekalahan telak dari Alexander, Caesar amat murka dan menyiksanya hingga terkapar di lantai. Meski begitu, pada akhirnya Caesar memeluknya sangat erat dan menangis sesegukan.
"Kau sudah mengambil keputusan yang sangat sulit, Edward.
Aku tidak menyukai keputusanmu, tapi aku bangga karena kau memilih jalan yang sulit.
Kehidupan neraka kita akan dimulai dari sekarang. Meski kita bisa mendapatkan keuntungan dari Alexander, pada kenyataannya hidup kita berada dalam penindasan dan kehinaan. Aku akan mendukungmu sebagaimana Franklin dan yang lain mendukungmu. Kau harus menunjukkan jika pilihanmu adalah pilihan tepat."
Kata-kata itu terus menempel kuat di pikiran dan ingatan Edward hingga hari ini. Edward belum pernah melihat Caesar sehancur itu sebelumnya. Ia menunduk dalam saat tubuh ayahnya bergetar hebat sembari mendekapnya.
Edward sekali lagi mendapatkan tamparan sangat keras bahwa dirinya masih jauh berada di bawah Xander. Setelah semua kerja keras yang ia lakukan, nyatanya Xander masih jauh unggul di atasnya dan kini justru menghinanya dengan cara yang sangat keji, yakni menawarkan madu yang sangat beracun.
Edward menatap pesan dari Leonel yang ditulis dengan kode rahasia. Pengawasan yang Xander lakukan sangat ketat hingga tidak memungkinkannya dan yang lain untuk bergerak bebas. Hanya Edward dan ayahnya yang masih cukup bisa bergerak leluasa hingga saat ini.
Setelah Leonel dinyatakan buta, pria itu dan ayahnya pergi ke berbagai negara untuk mendapatkan perawatan. Akan tetapi, Edward dan yang lain mewaspadai hal ini karena takut Xander memang sengaja membiarkan Leonel bisa bergerak leluasa. Pelaku penculikan dan penganiayaan pada Leonel belum berhasil ditemukan hingga saat ini meski mereka tahu bahwa orang-orang itu masih menjadi bagian dari kelompok Xander.
Edward membalikkan kertas. Ia menemukan informasi lain mengenai alamat dan data dua sekutu tersebut. "Edward dan Tuan Leandro sudah bekerja sangat keras selama ini."
Edward beralih menatap foto dan video Edgard di layar ponsel. Hatinya menghangat ketika melihat putranya tampak sehat dan bergembira. Ruby menolaknya dan memilih untuk tetap bersama Ezra. Meski sangat terluka karena penolakan itu, ia tidak memaksa Ruby, terlebih setelah melihat putranya diperlakukan sangat baik oleh suami Ruby.
"Aku yakin kita pasti bisa bertemu suatu saat nanti, Edgard. Ayah akan menjagamu dengan baik meski tidak berada di dekatmu."
Edward tiba di rumah larut malam. Ia memberikan salinan pesan pada Caesar yang tengah berada di balkon kamar.
Edward dan Caesar berbincang tema berbeda dan di saat yang sama jari dan kaki mereka saling mengirim pesan yang berbeda.
Caesar tersenyum setelah mendapatkan informasi tersebut. Dia seperti melihat titik terang dari jalan buntu yang selama ini mengurungnya karena penghinaan Xander.
"Segera hubungi Franklin, Theron, dan yang lain. Kita harus membahas rencana secepatnya. Ini adalah kesempatan yang bagus untuk membalas dendam pada Alexander. Selain dua sekutu, kita harus mendapatkan sekutu yang lain," kata Franklin melalui kode jari dan tangan di saat ia berbicara mengenai keadaan perusahaan.
"Aku mengerti, Ayah. Aku akan segera mengirim pesan ini."
Edward keluar dari kamar, mengirim pesan dengan sangat hati-hati pada Franklin, Theron, Troy, dan Tyler. Xander tidak hanya mengirim mata-mata ke dalam pasukannya, tetapi juga meretas ponsel, telepon, dan bahkan sistem keamanan.
"Aku tidak tahu jika kau sudah pulang," ujar seorang wanita yang mendekat pada Edward, "Apa kau menginginkan secangkir teh hangat?"
Edward tersenyum. "Aku menunggumu di ruang tamu.”
Edward mengawasi sekeliling ruangan, menatap foto pernikahannya dengan seorang wanita. Meski hatinya tertaut pada Ruby dan putranya Edgard, tetapi ia tidak bisa membohongi dirinya jika membutuhkan seseorang untuk menemani hidupnya, terlebih setelah kekalahan telaknya dari Xander.
Merly menyimpan teh hangat di atas meja, membantu melepaskan jas Edward. "Kau tampak sangat kelelahan. Bagaimana pekerjaanmu?"
Edward memejamkan mata. "Sangat melelahkan.”
Merly mulai memijat Edward meski tanpa perintah sekalipun. "Kau tidak datang di hari ulang tahun Edison. Dia menangis karena kau tak datang."
Edward seketika terbangun. "Edison berulang tahun hari ini?"
"Aku sudah mengatakan padamu mengenai ulang tahun Edison. Aku pikir kau mengingatnya." Merly mengembus napas panjang.
Edward bergegas ke kamar Edison, mengintip seorang anak laki-laki yang tertidur di kasur dengan pipi yang masih basah oleh air mata.
"Edison menunggu hingga larut dan percaya kalau kau akan datang sampai akhirnya dia tertidur karena kelelahan."
Edward mengusap wajah berkali-kali, memejamkan mata erat-erat. Ia tidak tahu jika putranya berulang tahun hari ini. "Kenapa kau tidak memberitahuku?"
"Aku sudah mengirimkan pesan padamu dan menghubungimu, tapi kau tidak membalas pesan dan mengangkat panggilanku."
"Kau seharusnya tidak berhenti mengirim pesan dan menghubungiku sampai aku membalas pesan dan mengangkat panggilanmu," ketus Edward.
"Jika aku melakukannya, kau akan marah dan menganggapku sebagai pengganggu."
Edward menatap kesal Merly. "Kenapa kau tidak menghubungi asistenku?"
"Bukankah kau memerintahku untuk langsung menghubungimu?"
Suasana mendadak sangat hening. Edison terguling ke samping, memunggungi Edward. Mainannya jatuh ke lantai.
Edward mengambil mainan Edison, meletakkannya di atas nakas.
"Kenapa aku dan Edison selalu menjadi nomor dua di hidupmu, Edward?" tanya Merly.
Edward seketika berbalik. "Ара maksudmu, Merly? Apa kau baru saja menuduhku?"
Merly tersenyum tipis. "Aku tidak menuduhmu. Aku hanya mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Kau selalu menjadikan wanita bernama Ruby dan anak bernama Edgard itu sebagai orang terpenting dalam hidupmu."
Edward sontak terkejut. "Da-dari mana kau mengetahui–"
"Aku istrimu dan Edison putramu, dua orang yang ada dihadapanmu sekarang, dua orang yang bisa kau lihat secara langsung dan orang yang bisa kau pegang secara langsung. Kenapa kau selalu mengabaikan kami dan terus larut dalam fantasimu bersama Ruby dan Edgard? Apa kau tidak bisa melihat bagaimana aku dan Edison di sini?"
"Aku tidak pernah berpikir seperti itu."
"Kau tidak pernah berpikir seperti itu, tapi perilakumu justru menunjukkan sebaliknya. Ruby Ashcroft tidak pernah mencintaimu. Dia hanya pernah mengandung putramu. Dia bahkan menolakmu karena dia lebih memilih suaminya.”
"Jaga kata-katamu!" Edward bersiap menampar Merly.
"Jika tanganmu sampai mendarat di wajahku, kau bukan hanya tidak akan bisa melihat dan menyentuhku lagi, tapi kau juga tidak akan bisa melihat dan menyentuh Edison seumur hidupmu!" Merly menatap kesal. "Aku sudah sangat bersabar padamu selama ini, Edward. Aku mungkin bisa bersabar jika kau bertindak buruk padaku, tapi tidak dengan bertindak buruk pada Edison. Dia putramu! Putramu yang membutuhkan ayahnya!"
Edward seketika terdiam, menatap Merly yang memandangnya tajam. Ia sudah nyaris kehilangan Ruby dan Edgard, dan ia tidak ingin sampai tidak bisa melihat putranya yang lain.
Edward langsung memeluk Merly, memejamkan mata erat-erat. "Kau dan Edison tidak boleh meninggalkanku. Aku minta maaf karena sudah mengabaikanmu dan Edison selama ini."
"Ayah." Edison terbangun, mengucek mata berkali-kali.
Edward langsung memeluk Edison. "Maafkan Ayah karena sudah meninggalkanmu, Edison. Ayah berjanji tidak akan mengulangi kesalahan Ayah."
Edward mendekap Edison dengan sangat erat. Ia hidup tanpa pernah mengenal orang tuanya selama ini dan ia tidak ingin putranya mengalami hal buruk yang sama dengannya. "Besok, kita akan pergi ke taman bermain untuk merayakan ulang tahunmu."
"Benarkah, Ayah?" Edison memeluk Edison dengan erat.
Malam berganti pagi. Hector pergi menemui Hugo di penjara.
bahkan ada keluarga yg sudah kalah tapi gak mau mengakui kekalahan.
Sungguh di luar prediksi pembaca..
Tetap semangat & sehat selalu Thorr...
livy sepupu larson