Kairos Lim, aktor papan atas yang terpaksa menghadapi badai terbesar dalam hidupnya ketika kabar kehamilan mantan kekasihnya bocor ke media sosial. Reputasinya runtuh dalam semalam. Kontrak iklan dibatalkan, dan publik menjatuhkan tanpa ampun. Terjebak antara membela diri atau menerima tanggung jawab yang belum tentu miliknya. Ia harus memilih menyelamatkan karirnya atau memperbaiki hidup seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat perintah pengeledahan
Pantas jadi aktor paling mahal, soalnya dia jago akting sampai dunia nyata.
Pencitraan banget.
Dia kira semua orang akan bersimpati jika memperlihatkan rasa penyesalan.
Dia datang ke makam nona Sena setelah ramai dibicarakan, benar-benar aktor mahal.
Mati saja kau, dasar penjahat
Mau enaknya saja, giliran anak orang hamil lepas tangan.
Ini kapan sih dia ditangkap? Greget banget melihat dia berkeliaran padahal bukti-bukti sudah tersebar.
Biasa kuasa orang berduit, mana berani hukum menyentuhnya.
Kasian Han Sena, hanya karena berurusan dengan orang berduit dia tidak mendapatkan keadilan.
Bisa tidak jari kalian di jaga? Bagaimana jika Kai bunuh diri karena mentalnya kalian rusak?
Denial banget mbak, idolanya kalau jahat-jahat saja, jangan dibela.
Akhirnya oppa bisa berdamai dan datang ke makam Sena. Dia juga pasti terkejut sama seperti kita.
Hatinya terlalu baik.
Banyak komentar-komentar yang menghampiri postingan tentang Kairos yang berkunjung ke makan Sena. Hampir semua komentar negatif, lebih parahnya menyumpahi Kairos agar mati ditabrak truk.
Komentar itu tidak luput dari perhatian Kairos yang kebetulan memegang benda pipihnya.
"Sudah aku bilang jangan membuka sosial media, Kai. Itu bisa merusak mentalmu!" omel manajer Park, merebut benda pipih Kairos dan meletakannya di meja.
"Ayo makan dulu, sejak pagi perutmu belum di isi oleh apapun."
"Hanna sudah pergi?" tanya Kairos, tanpa peduli omelan manajernya.
"Sudah, satu jam yang lalu."
Kairos beranjak dari duduknya, melangkah menuju jendela lebar yang memperlihatkan pemandangan indah di luar sana. Lapangan golf yang begitu hijau menenangkan hatinya.
"Belum ada kabar tentang seseorang yang menyebarkan rekaman suara itu?" tanya Kairos tanpa menoleh.
"Belum Kai, tapi aku curiga semua ini sudah direncanakan sejak awal. Bagaimana mungkin secara kebetulan ada seseorang di rooftop. Terlebih restoran malam itu aku reservasi secara rahasia, bahkan namaku yang terdaftar."
"Aku kurang yakin jika yang merencanakan semuanya adalah Sena. Kalau benar, dia tidak mungkin bunuh diri," jawab Kairos.
"Mungkin bukan mendiang nona Sena, tapi seseorang yang memanfaatkannya dan ingin menjatuhkanmu."
Hening.
Kairos tidak lagi menyahuti pembicaraan. Otaknya berputar, mencari kemungkinan besar seseorang membencinya. Namun, sekeras apapun berpikir ia tidak menemukan kandidat. Lagi pula pertemanannya hanya sebatas Minho dan Hanna saja.
"Kai gawat!"
Manajer Park yang semula diam, berteriak secara refleks kala menemukan sesuatu yang sangat mengejutkan. Bahkan mereka belum beranjak, tetapi berita lain sudah muncul seolah semuanya dipersiapkan dengan matang.
"Kenapa?"
"Ponsel Han Sena yang susah payah kita cari ditemukan oleh orang lain."
"Apa?" Kairos buru-buru menghampiri manajernya.
Mulutnya terbuka lebar mendapati postingan dari anonim tentang dirinya. Kali ini lebih pribadi sebab menyebar foto-foto kebersamaanya dengan Han Sena semasa pacaran dulu.
"Bukan ditemukan, tapi sengaja di sembunyikan."
Kairos menyambar ponselnya yang tergeletak dan meninggalkan apartemen tanpa menyentuh makan siang yang telah di siapkan oleh manajernya. Ada satu hal yang dia tamukan dari postingan itu, sebuah alamat yang lupa orang itu sembunyikan.
Laju mobil yang di kendarai Kai benar-benar di luar kendali, hampir membahayakan pengendara lain, beruntung ia menggunakan mobil yang tidak dikenali oleh siapapun.
Memutar setir kemudia secara mendadak, putar balik tanpa abah-abah pria itu lakukan sepanjang jalan sampai akhirnya tiba di sebuah kantor tidak terlalu besar. Namun, saat akan turun dari mobil, ia melihat seseorang yang sangat dikenalinya memasuki gedung tersebut.
Tangannya mengepal, benar seseorang berusaha mempermainkan dirinya melalui kematian Han Sena. Semua telah direncanakan melalui Han Sena sendiri.
"Kai jangan gegabah, seseorang bisa saja membuntutimu. Lihat sekitar sebelum bertindak, banyak orang yang memusatkan perhatian padamu dan mencari-cari kesalahan," ujar manajer park di seberang telepon. Sambungan mereka sudah terhubung sejak Kairos meninggalkan apartemen.
"Aku tahu."
Alih-alih turun untuk menghampiri orang yang telah menyebarkan rumor tentangnya, Kairos memilih berkunjung ke Agensi Starlight Entertainment. Gedung itu masih sibuk seperti biasanya untuk aktor yang sedang memiliki kerjasama dengan brand atau pun drama yang sedang melakukan proses syuting. Hanya saja sahamnya terus turun. Jika dalam beberapa hari tidak dicegah, para aktor terancam kehilangan tempat bernaung mereka.
"Saya kira Tuan Kai tidak datang hari ini," ujar sang sekretaris.
"Ada hal mendesak yang harus aku urus." Duduk di kursi kebesarannya, membuka laptop untuk mencari hal yang sangat penting.
Tidak lama, ia pun memegang gagang telepon kantor dan menempelkan di telinganya. Telepon yang langsung terhubung pada sekretarisnya yang berada di luar ruangan.
"Utus perwakilan SE untuk menagih hutang nona Sena kepada agensi. Berikan tenggat waktu!"
"Baik, Tuan."
"Satu lagi, tindak lanjuti akun yang sudah saya kirimkan padamu, dan tuntut atas pencemaran nama baik."
"Baik, Tuan."
Kairos meletakkan gagang ponsel itu dan melempar punggungnya pada sandaran kursi. Menyugar rambutnya ke belakang dan memejamkan mata sesaat. Jika rencananya berjalan lancar, orang yang dia lihat tadi memasuki kantor pemilik akun anonim akan menemuinya sebelum tenggak waktu tiba.
Meski terdaftar sebagai CEO, ia harus menaungi dirinya sendiri melalui Starlight Entertainment sebagai agensi tempatnya bekerja.
"Kai gawat, surat perintah pengeledahan turun dari kepolisian. Mereka sedang menuju gedung SE," ujar manajer Park di seberang telepon.
"Bagaimana mungkin? Keluarga Sena tidak punya kuasa untuk menekan mereka ...."
Gantung dulu biar kering, sampai jumpa besok🥰
Subscribe yang baru mampir dan votenya jangan lupa ya