NovelToon NovelToon
Daisy

Daisy

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Romansa / Kriminal dan Bidadari / Chicklit
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Inisabine

Hidup Singgih yang penuh kegelapan di masa lalu tanpa sengaja bertemu dengan Daisy yang memintanya untuk menjadi bodyguard-nya.


Daisy
Penulis: Inisabine
Copyright Oktober 2018

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inisabine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Daisy melirik jam di pergelangan tangan. Sudah waktunya makan siang. Ia buru membereskan pekerjaan di atas meja; mengambil dompet dari dalam tas; lalu tertahan saat ia melihat Bunga Gunawan masuk ke kantor. Oh, siapa yang tak kenal dengan Bunga Gunawan. Penulis best seller yang bernaung di Penerbit Enbuk. Penulis kesayangan bosnya.

"Halo, Nga," sapa Daisy.

"Mas Dika ada?"

"Baru aja keluar. Nggak janjian, ya?"

"Buru-buru ke sini setelah dapat telepon dari Mas Dika. Sunshine mau difilmkan!" beritahu Bunga dengan riang gembira.

"Eh, serius?" Daisy ikut berseru riang.

"Makanya langsung ke sini." Gadis bertubuh mungil itu tak bisa menutupi raut gembira di wajahnya.

"Film lo bakal diproduseri Best Pictures." Tahu-tahu Rendi―desainer sampul sekaligus senior Daisy di kantor―ikut menimbrung.

"Yaah?" dengusan Daisy yang tak kentara untungnya tak hinggap di telinga Bunga dan Rendi. Tampak raut kecewa dari wajahnya, tetapi sebisa mungkin menyamarkannya.

"Ada kemungkinan Aryan yang main," tebak Rendi.

Ugh. Tanpa sadar Daisy melenguh. Yang punya kakaknya sendiri, jadi yaa, wajar kalau adiknya bisa main. Kemudian ia mengabaikan gerutuannya sendiri. "Cast ceweknya siapa? Sofie Nugraheni?"

"Oke, sih. Tapi aku lebih suka sama Anna Hadi." Bunga menimbang pilihannya.

"Kayaknya dia nggak bisa deh. Dia kan, persiapan mau nikah."

"Sama pacarnya yang dokter itu?" Rendy malah terhanyut dalam obrolan dua perempuan ini.

"Kisah percintaan mereka bisa dijadikan buku. Aku bersedia menuliskan biografi Anna Hadi," seloroh Bunga, di mana sebelumnya ia sudah menuliskan biografi mengenai penyanyi papan atas Indonesia, Aryan Bagastaris. "Anna sama calonnya ini teman sekolah. Sempat pisahan, lalu ketemu lagi."

Daisy mengembangkan senyum. "Namanya jodoh ya, pasti ketemu lagi. Huh... entah di mana jodohku berada. Oh, jodohku datanglah padaku."

"Jodoh lo masih ngumpet." Rendi mengikik geli.

Setelah obrol-obrol sebentar dengan penulis favoritnya Gendis Kencana―oh, bahkan ia pernah ditodong untuk meminta tandatangan Bunga Gunawan―dan Daisy pun pamitan, lalu buru menemui Singgih.

Dalam langkah ringan, Daisy menuruni anak tangga menuju perpus Coffee Taste. Bibirnya mengulas senyum simpul―yang siapa pun melihatnya pasti tahu anak manusia ini sedang kasmaran.

Daisy mendorong pintu kaca Coffee Taste, lalu masuk ke ruangan buku yang berada di sisi kanan kedai tersebut. Senyumnya makin merekah kala memandangi Singgih yang tampak asyik membaca. Sang bodyguard berdiri bersandar pada dinding sambil membaca buku... komik?

Alamak.

Kirain sang penyelamatnya membaca buku yang lebih berkelas, semisal: sastra. Biar puitis ala pujangga, gitu.

"Bacanya kok komik."

Daisy muncul di hadapan Singgih dengan senyum yang memperlihatkan barisan gigi rapinya.

"Ayo, maksi."

Singgih mengembalikan buku ke rak. Akhirnya ia tahu juga artinya maksi alias makan siang. Sepertinya ia harus mempelajari bahasa anak zaman sekarang.

Langkah Daisy berhenti saat melihat seseorang yang dikenalnya tengah mendorong pintu Coffee Taste melalui dinding kaca yang menyekat ruang baca dan kedai.

"Iih, dasar playboy!" maki Daisy saat orang itu tengah menggandeng seorang perempuan. "Nggak tau malu."

Singgih coba mencari tahu siapa gerangan yang tengah dimaki Daisy. Matanya lantas menumbuk pada sosok Rolan Hanggono yang tengah menggandeng seorang perempuan. Jelas, bukan perempuan yang dilihatnya di kelab malam waktu itu.

"Itu, tuh." Daisy menunjuk geram ke arah Rolan. "Dia ngakunya suka sama Sofie. Tapi ternyata dia juga ngedeketin aku. Dan, kita hampir aja berantem gara-gara tuh cowok kam-prit-prit-priiit. Tahu nggak apa yang lebih parahnya lagi? Berkat Gendis yang menyewa detektif, akhirnya terciduklah dia yang malam itu sedang berduaan sama cewek bahenol. Di mana? Di mobil. Ngapain? Lagi cium-ciuman. Parah tuh orang!"

"Dari luar, seseorang memang tak pernah terduga." Singgih menatap tajam Rolan dari kejauhan. "Ayo, kita sapa dia."

"Sapa?" mata melotot Daisy mirip tokoh antagonis dalam sinetron. "Siapa? Aku? Please deh, NO! Nama Rolan Hanggono itu sudah dicoret dari daftar hidupku. Paham?"

"Hanya ingin melihat reaksinya aja." Singgih coba membujuk. "Ceweknya pasti nggak tahu aja gimana busuknya," ia menggeram, "laki-laki yang dipacarinya sekarang."

"Ayo." Daisy bak anak sekolah yang siap melabrak pesaingnya.

Daisy jalan mendekati Rolan dan pacar barunya itu di konter. Kini ia sudah berdiri di belakang Rolan serta-merta menguping gombalan basi yang meluncur keluar dari mulut sang pujangga. Rumah mewah; mobil; bulan madu ke bulan; sana makan tuh gombalan. Janji-janji manis yang palsu.

"Hai," sapa Daisy.

Sapaan Daisy sukses menegur Rolan dan perempuan itu yang kini keduanya menoleh ke arahnya.

"Pacar baru, nih." Senyum Daisy mengandung kesinisan tingkat dewa.

Rolan tersenyum pahit.

"Janjimu masih tetap sama, ya?" Daisy menunjukkan sikap menantang. Ia melipat kedua lengan di depan dada. "Yang kreatif dikit, dong."

"Siapa dia?" si perempuan yang mengenakan blouse biru langit dan rok span hitam tampak mengamati ujung rambut hingga ke sepatu kets putih yang dikenakan Daisy.

"Cintanya pernah gue tolak." Rolan mengangkat dagunya.

"Sori aja yaa. Tipeku jauh lebih keren."

Daisy menoleh ke arah Singgih yang jalan mendekatinya. Dalam sekali gerakan cepat―entah apa yang dipikirkannya dan dengan alasan apa―tangan Daisy mengalung di lengan Singgih. Entah kegilaan apa yang merasuk di otaknya; entah karena ia terlalu lama jomblo; atau entah karena ia memang pada dasarnya telah menambatkan hatinya; dengan sangat warasnya ia menggelayut manja di lengan Singgih.

"Kenalin, pacarku."

Wajah Rolan melongo pilon.

    *

Singgih melangkah masuk ke kelas, berjalan tenang menuju mejanya. Matanya melirik sekilas ke Ajeng yang masih berdiri di samping meja sambil memegang cokelat batangan berbungkus pita merah muda. Ia meletakkan tas di atas meja, lalu duduk.

Tahu-tahu cokelat batangan itu tersodor di hadapan Singgih. Kepalanya mendongak pelan. Belum mengerti dengan cokelat yang tersodor padanya.

"Buat kamu aja. Nggak tahu siapa yang ngasih." Ajeng masih mengulurkan tangannya yang memegangi cokelat batangan itu.

"Kasihkan aja sama yang lain."

Dalam sesaat mereka saling melempar pandang kecil. Ajeng lalu mengalihkan pandang ke lain seraya mengembus napas kecil.

"Gih," seru Rolan dari ambang pintu kelas, kemudian setengah berlari mendekati meja Singgih. Bibirnya mengulum senyum melewati belakang Ajeng. "Balik sekolah ada tanding basket sama anak kelas dua. Wajib ikut."

"Nih ambil." Ajeng menyodorkan cokelat batangan ke Rolan.

"Bu―buat aku?" Rolan membeliak tak percaya.

"Kalau nggak mau, buang aja."

"Makasih, ya." Rolan mengambil cokelat itu dari tangan Ajeng.

Meski perempuan yang disukai Rolan selalu berwajah jutek, tapi tak menghentikan aksi girangnya yang kini sudah mengentak-entak kecil kakinya. Menduga bahwa Ajeng pun memiliki rasa yang sama padanya.

Berita menggembirakan itu―menurut Rolan, tentunya―langsung dibaginya pada teman-teman dekatnya di kantin.

"Ge-er banget sih, Lan," kekeh Noe dalam nada mengejek. "Aku sering ngasih Singgih cokelat. Bukan berarti aku suka Singgih, kan?"

Singgih menatap diam Noela. Perasaan seseorang memang tak pernah sama. Noe menjadikannya sebagai sahabat curhat. Sementara ia tak hanya menganggap Noe sebagai sahabat curhat, tetapi lebih dari itu.

"Ini beda," sanggah Rolan. "Kamu ngasih cokelat Singgih kan, emang ada maunya. Gih, pinjem PR-nya, dong. Gih temenin aku ke pasar, yuk. Gih, Gih, Giiiiih."

"Nah, sapa tahu juga Ajeng ada maunya."

"Maunya Ajeng―" Rolan menyimpul senyum malu-malu, "suka kali ya, sama aku."

"GR-mu tahap akut."

Singgih hanya mendengarkan obrolan Noe dan Rolan yang mungkin terdengar seperti perdebatan kecil, sembari menyuap bakso. Dalam situasi seperti ini, ia tak tahu harus berpihak pada siapa. Satu-satunya yang kerap dilakukannya adalah bersikap netral.

Sejurus kemudian, obrolan mereka terhenti tanpa dikomando. Suasana mendadak canggung saat Ajeng tahu-tahu menempati duduk di sebelah Singgih. Singgih sontak menggeser pantatnya karena desakan Ajeng yang mengimpit duduknya. Dan, Noe yang duduk di sebelah Singgih pun ikut menggeser pantatnya untuk memberi ruang Singgih duduk.

"Cokelatnya enak banget lho, Jeng. Manis... kayak kamu." Gombal Rolan malu-malu.

Gombalan Rolan tak berefek pada Ajeng. Justru Ajeng tampak kesal ketika seorang siswa dari kelas tetangga menghampiri meja mereka.

"Jeng, bisa ngomong sebentar nggak?"

"Mau ngomong apa?"

"Bentar aja." Siswa itu terdengar memaksa.

"Gini, ya." Ajeng menyugar rambut ke belakang.

Rolan terpesona karena gerakan kecil yang dilakukan Ajeng tadi.

"To the point aja. Aku udah punya pacar. Jadi jangan ganggu aku lagi."

"Jangan bikin alasan―"

Rolan mengulas senyum sembari membetulkan kerah seragamnya. Duduk menegak dengan memasang wajah pongah.

"―Singgih, pacarku. Ajeng mengenalkan lantang pada siswa itu yang terus mengekorinya ini.

Kedua pundak Rolan melorot. Tubuhnya mematung kaku di tempat. Wajahnya melongo pilon.

Ya, reaksi yang sama yang juga diperlihatkan Rolan dua belas tahun kemudian, saat Daisy Cattleya mengenalkan Singgih Yogaswara sebagai pacarnya.

Saat itu, Singgih boleh jadi merasa tak enak hati pada Rolan. Yah, karena tiba-tiba―bahkan seperti hujan salju di tengah kemarau―Ajeng mengenalkan Singgih sebagai pacarnya.

Dan, berita Ajeng dan Singgih pacaran seperti angin yang berembus ke seantero sekolah. Namun sekarang, justru Singgih merasa ada sebuah kepuasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya saat ia melihat wajah pilon Rolan.

    *

1
elica
wahhh keren bangettt🤩🤩
mampir di ceritaku juga dong kak🤩✨
elica
hai kak aku mampirrr🤩✨
Inisabine: Haii, makasih udah mampir 😚✨
total 1 replies
US
smg aksyen baku hantam /Good//Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!