Disclaimer : Novel ini hanya pure karangan dari imajinasi author saja, tak ada kaitannya dengan sejarah manapun. Nama- nama dan tempat ini juga hanya fiktif belaka, tak berniat menyinggung sejarah aslinya, semoga kalian suka🙏
****
Jihan Athala adalah seorang aktris muda yang terkenal, kepiawaiannya dalam berakting sudah tak perlu di ragukan lagi, tapi satu hal yang tidak di ketahui semua orang, dia merasa terkekang, hatinya kosong. Jihan merasa bosan dengan kehidupan glamor yang monoton. Hingga suatu hari sebuah kecelakaan merenggut nyawanya tapi bukannya pergi ke alam baka, jiwanya malah ber transmigrasi melintasi ruang dan waktu, saat membuka matanya Jihan menyadari dirinya bukan lagi seorang aktris yang hidup dalam dunia glamor yang membosankan namun terbangun sebagai Sekar wulan, seorang istri dari adipati kerajaan lampu yang terkenal bengis dan selalu berwajah angker.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian : 11
Di dalam benak Raden Erlangga, entah apa yang membawanya ke sini, dia pun tak mengerti. Hanya karena Segumpalan daging di dalam sana tergerak sebab mengingat bayangan wajah Sekar wulan dengan wajahnya yang penuh binar harap, satu hal yang membuat akhirnya ia bergerak kembali ke Kadipaten dan bertemu gadis itu.
"Aku pun tak mengerti kenapa aku kesini, tapi bukankah aku membenci nya? entahlah, antara hati dan otak ku sepertinya sedang tak sejalan saat ini. " batin sang Raden.
Di bawah langit jingga yang mulai meredup, Sekar wulan melangkah mendekati Raden Erlangga, senyum tak pernah luntur dari wajahnya yang lembut. Sejak dulu Sekar wulan memang terkenal dengan perangai dan ekspresi wajahnya yang halus, lalu semuanya berubah semenjak ayahnya terungkap melakukan rencana pemberontakan, dan seluruh keluarga nya di jatuhi hukuman matti terkecuali dirinya dan mbak yu nya, lalu Raden kertayasa yang meninggalkan nya dan menikah dengan kakaknya sendiri, serta pernikahan nya yang tiba-tiba dengan sang Adipati, jika itu orang lain mungkin sudah menjadi gilla, namun ini Sekar wulan, wanita tangguh yang akhirnya bisa melewati itu semua meski harus berdarah-darah. Untuk beberapa saat Raden Erlangga mengagumi gadis di depan nya ini, ketika mengingat kembali bagaimana dia menjalani hari- harinya selama ini.
Raden Erlangga tahu sejak setengah tahun belakangan ini ia melihat Sekar wulan seperti burung dalam sangkar, terkurung, terpenjara di antara lingkup Kadipaten. Semua orang berspekulasi jika pernikahan mereka adalah demi politik, memang benar tapi ada satu hal tidak orang ketahui, adanya perjanjian di balik pernikahan itu. Lebih tepat nya perjanjian antara Raden Erlangga dan Kakak laki-laki Sekar wulan, Raden Atarya.
"Raden.... " Panggilan bernada halus dari Sekar wulan membuat kesadaran Raden Erlangga kembali ke kenyataan. Ia tak sadar jika sempat melamun.
"Ya? ... " Raden Erlangga menyahut singkat atas panggilan gadis itu.
Dari pandangan nya, Sekar wulan tetap tersenyum lebar lalu mengeluarkan suara sorakan kecil yang lucu. "Aku senang kau kembali. " Raut wajahnya tampan tulus yang membuat Raden Erlangga semakin bimbang karena nya.
"Tak mungkin kan aku luluh secepat ini. "
Bimbang dan bingung akan perasaannya sendiri.
Lalu tiba-tiba saja, Sekar wulan mendengar suara langkah kuda lain, saat wajahnya melengok dari tubuh besar sang suami, Sekar wulan bisa melihat tiga kuda lain di belakang suaminya.
"Eeeh .... " Dia sedikit terpekik kecil. Tak jauh dari sana, Gurem, Pitung dan Sanggar turun dari kuda mereka. Dari ingatan Sekar wulan sebelum nya, dia jadi tahu jika mereka adalah ajudan setia suaminya. Maklum sebab semenjak memasuki raga ini, dia baru pertama kali bertemu mereka.
"Kalian juga datang. " Sekar wulan tampak sumringah.
Sementara gurem, pitung dan Sanggar berjalan sedikit sungkan. Mereka menundukkan kepala dengan sikap hormat.
"Salam kanjeng ayu! " seru mereka hampir berbarengan, dan Sekar wulan menanggapinya dengan anggukan samar.
Pitung maju satu langkah, maklum di antara mereka dialah yang paling pintar bercakap. "Ehm anu, maaf jika kedatangan kami mengganggu keromantisan kanjeng ayu bersama Gusti Adipati--"
Ucapannya setengah terpotong sebab tiba-tiba saja ketiganya mendapatkan lirikan tajam dari Raden Erlangga yang masih membelakangi mereka. Sontak saja mee terlonjak kaget lalu pitung kembali melanjutkan ucapan nya.
"Eeeeh, itu. K- kami akan segera pergi kok, hehehe! " Pitung dan yang lain hendak berbalik namun suara halus Sekar wulan seketika saja menghentikan mereka.
"Kenapa harus pergi? kalian sekalian makan saja dulu di sini. "
Perkataan Sekar wulan sontak membuat mereka dengan secepat kilat langsung berbalik lagi, tercengang tak percaya. Bahkan pitung sampai membuka mulut nya lebar- lebar hingga membuat lalat masuk ke dalam nya yang seketika saja membuat pemuda itu tersedak sambil memegang lehernya, jika saja Gurem tidak langsung menepuk punggung nya yang ringkih, lalat itu akan singgah di sana terus.
"Uhuk- uhuk! Wedhus!" ia berteriak tajam, sementara gurem hanya bersikap santai.
"Apa hah? jika tak langsung ku pukul, lalat itu akan bersarang di dalam perut mu, nanti badan mu bisa tambah kurus kering seperti bambu! "
"Telek kau! "
Sontak pemandangan lucu itu membuat Sekar wulan tertawa sampai- sampai menutup mulut nya, membuat mereka kembali menatap perempuan itu dengan melongo.
"Kanjeng raden Ayu, benar- benar sudah berubah ya? " bisik Gurem pada Sanggara, namun Sanggara segera menepuk lengannya.
"Syutt! "
Sementara Sekar wulan menatap mereka dengan bingung, dia juga melirik ke arah suaminya yang juga hanya diam saja seperti patung yang di beri nyawa.
"Kenapa? ada yang salah ya? " tanyanya dengan bingung, lantas ketiga perintilan Adipati itu langsung menatap ke arah junjungan mereka membuat mata Sekar wulan juga seketika jatuh padanya.
Raden Erlangga membuang napas pelan, lalu menatap mata Sekar wulan yang sepertinya di penuhi pertanyaan.
"Mereka kaget begitu karena sejak dulu kau membenci mereka. "
"Hah? kenapa aku harus membenci tiga anak yang lucu ini? "
"Ya ampun ternyata di mata raden Ayu kita seperti anak- anak nya. " celetuk gurem dengan terharu, lantas mendapatkan geplakan dari pitung.
"Diam kau! "
Yang membuat Gurem kemudian mendengus sinis padanya.
Sementara Raden Erlangga dan Sekar wulan masih terus bersitegang. "Tapi itu memang kenyataan nya. Kau selalu berteriak setiap mereka datang, kau bilang kau membenci siapapun yang berkaitan dengan ku. "
Sekar wulan menatap tak percaya. "Benarkah? astaga, aku pasti sudah kehilangan kewarasan waktu itu. Maafkan aku ya, " katanya kepada ketiga ajudan sang Raden tersebut.
"E- eh tidak perlu kanjeng Ayu, kami tak pantas menerima maaf anda. "
"Tapi tetap saja kalian tetap pernah tersakiti oleh ku, kalian tahu kan apa yang terjadi padaku di perbatasan? "
Mereka lantas mengangguk cepat.
Sekar wulan lantas ikut mengangguk, wajahnya ia buat sesedih mungkin agar mereka percaya padanya. "Ya, dari situ seperti nya aku mendapatkan pencerahan untuk hidup ku," katanya. "Dan sekarang aku ingin memperbaiki hubungan dengan kalian juga, " lanjut nya lalu dengan gembira.
Gurem, Pitung dan Sanggara saling memandang lantas mengangguk lagi tapi kali ini dengan senyuman.
Wajah Sekar wulan semakin sumringah. "Kalau begitu ayo masuk, kita makan bersama sekalian, para pelayan di dapur sudah menyiapkan masakan yang lezat- lezat. "
Gurem, pitung dan Sanggara tampak bersemangat namun sebelum itu mereka melirik dulu ke arah Raden Erlangga, seolah meminta persetujuan, sang Raden yang melihat itu menghela napas sejenak lalu kemudian mengangguk.
Ketiga nya sontak bersorak begitu juga dengan Sekar wulan. Sekarang Raden Erlangga merasa seperti punya empat anak kecil yang harus di asuh karena tingkah mereka.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di dalam, di atas meja makan berbahan kayu jati yang membentang luas, terdapat banyak masakan yang menggungah selera sudah tersaji di sana.
Ketiga ajudan Raden Erlangga mengambil tempat yang lebih jauh di meja makan untuk memberi ruang kepada junjungan mereka dan istrinya.
Raden Erlangga duduk di kursi yang memang khusus di siapkan untuk nya di sana, sementara Sekar wulan duduk di hadapan nya.
Sebelum makan ia melakukan ritual untuk buka puasa nya dulu, lalu ia meminta hal yang membuat semua orang yang ada di situ tak bisa untuk menahan senyum.
"Aku ingin di suapkan oleh mu, " katanya pada sang Adipati.
"Apa? " Raden Erlangga tentu terkejut mendengar nya.
Awalnya mereka yang melihat tampak ngeri dan wanti- wanti saat sang Adipati menunjukkan wajah angker nya kembali namun sedetik kemudian kekhawatiran mereka sirna begitu melihat tangan sang Adipati tergerak mengambilkan makanan di atas piring lalu di suapkan nya ke mulut istrinya.
Sekar wulan sungguh merasa sangat senang, meski wajah Raden Erlangga tetap datar tak berekspresi namun dia tahu langkah awalnya untuk memperbaiki hubungan mereka perlahan membuahkan hasil.
*****
lanjut Thor semangat 💪👍 trimakasih 🙏
ayo Thor lanjut up semangat 💪👍❤️🙂🙏
lanjutkan Thor semangat 💪👍❤️🙂🙏
ayo lanjut Thor semangat 💪👍❤️🙂🙏
lanjut Thor semangat 💪 salam sehat selalu 🤲🙂❤️🙏
maturnuwun Thor lanjut critanya ...
ibu suka crita transmigrasi semoga sukses, salam sehat selalu ya Thor 💪👍❤️ lanjut 🙏