Cinta adalah satu kata yang tidak pernah ada dalam hidup Ruby. Hati dan kehidupannya hanya ada rasa sakit, derita, amarah, kebencian dan dendam yang membara.
Sedangkan Kevin adalah satu nama yang tidak pernah masuk dalam daftar hidupnya.
Sayangnya kehadiran Kevin yang tanpa sengaja mampu menghidupkan rasa cinta dalam hati Ruby. Sekeras apapun Ruby menolak cinta itu, tapi hatinya berkata lain yang membuatnya semakin marah.
Cinta yang seharusnya indah namun membuat hidup Ruby semakin tersiksa. Ruby merasa telah mengkhianati Ibu dan prinsipnya untuk tidak akan jatuh cinta.
Akankah Ruby mengakui dan menerima cinta itu? Atau pergi dan menghilang membawa cinta yang semakin menyiksa hidupnnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11
Alika masih menatap Kevin dengan tatapan tidak percaya, pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan. Apakah Kevin serius atau hanya bercanda? Apakah Kevin benar-benar suka padanya?.
Kevin tersenyum dan berkata, "Gue tahu lo suka sama gue." membuat wajah Alika terasa memanas dan semburat merah tidak bisa ia sembunyikan di pipi putihnya.
"Gue pikir lo pasti mau jadi cewek gue," Kevin menatap Alika yang terlihat salah tingkah karena ucapannya. "Gue emang sering gonta-ganti cewek, tapi gue bukan tipe cowok romantis. Mereka yang datang lebih dulu dan bilang suka sama gue," Alika hanya bisa menunduk dan meremas ujung roknya di bawah meja.
Gadis itu terdiam tidak tahu harus berkata apa. Dia memang menyukai Kevin, bahkan sangat suka. Tapi permintaan Kevin untuk menjadikan Alika sebagai pacarnya, jelas bukan karena Kevin menyukai Alika. Jadi Alika tidak tahu harus senang atau sedih atas apa yang dikatakan oleh Kevin.
"Al, kok lo gak jawab gue sih?" desak Kevin masih menunggu jawaban Alika.
Perlahan gadis itu mengangkat wajahnya dan memberanikan diri menatap Kevin. Wajah merahnya sudah tidak bisa Alika sembunyikan lagi, belum lagi detak jantung yang tidak beraturan. Beruntung Kevin tidak dengar jantung yang tengah bertalu-talu itu.
"G-gue emang suka sama lo," kata Alika pelan. Gadis itu menggigit bibir bawahnya. "Tapi bukannya lo gak suka sama gue?" sambungnya. Alika kembali menunduk merasa gugup dan tidak percaya diri.
Kevin menghela nafas pelan. "Lo tahu kan, dalam sejarah gue pacaran. Gue gak pernah suka sama mereka," Alika kembali menatap Kevin dengan tatapan tidak percaya. "Ya, gue emang gak pernah suka sama mereka, apalagi cinta. Mereka yang datang dengan suka rela ke gue, dan gue sih seneng-seneng aja." Kevin mengakui sisi buruknya. Tidak, bukan sisi buruk, tapi itulah kenyataannya.
"Gue pacaran sama mereka just for fun aja, gak pernah pake perasaan." Kevin bisa melihat kekecewaan dimata Alika. Namun pria itu tetap tenang. "Dan baru kali ini gue nembak cewek. Itupun karena gue tahu lo suka sama gue." Kevin memajukan duduknya, duduknya hingga jarak keduanya semakin dekat.
"Gue tahu kalau lo gak akan seberani mantan-mantan gue untuk menyatakan suka terlebih dulu. Jadi gue nembak lo sekarang, dan kalau sekarang gue belum suka sama lo...," Kevin menjeda kalimatnya. "Gue akan belajar untuk menyukai lo. Lo cantik dan baik, gue rasa gak sulit untuk gue suka sama lo." jelas Kevin panjang lebar.
Alika cukup tahu track record asmara Kevin disekolah. Apa yang Kevin katakan memang benar, tapi saat Kevin mengakuinya terasa berbeda. Entah apa yang membuat Alika begitu menyukai cowok playboy itu.
"Kalau lo diem, berarti lo terima gue." kata Kevin percaya diri.
"Mana bisa gitu," kata Alika cepat.
"Jadi lo nolak gue?"
"Ya enggak lah," kata Alika sedetik kemudian gadis itu menutup mulut dengan kedua tangannya. Kevin tersenyum melihat tingkah Alika.
"Kan bener, lo terima gue." Kevin memperjelas. Alika mendesah pelan, pertanyaan Kevin membuat dirinya tidak bisa menolak pria itu.
"Lo nembak cewek atau malak sih?" kesal Alika. Kevin mengedikkan bahunya tidak perduli.
"Gue hanya mau jawaban iya, dan iya." sahut Kevin membuat Alika mencebikkan bibirnya.
"Lo tahu gak point plus pacaran sama gue?" Alika menggeleng. "Lo gak akan merasa terbebani dengan bayang-bayang mantan gue. Gak ada cerita kalau gue belum move on dan lain sebagainya." jelas Kevin membuat Alika terngaga. Bagaimana mau move on kalau Kevin tidak pernah menggunakan perasaan dengan para mantannya?.
"Yee, kan lo gak pernah suka sama mereka." kata Alika. Gadis itu mulai memakan kentang gorengnya.
"That's right!" Kevin tidak menyangkal.
"Makanya gue mau coba pake perasaan sama lo. Lo gak keberatan kan?" Kevin meyakinkan Alika. Gadis itu menatap Kevin kemudian mengangguk pelan, Alika berharap jika dirinya bisa menjadi pelabuhan terakhir bagi Kevin, Alika akan berusaha sebaik mungkin untuk memenangkan hati pria tampan itu.
***
Ruby duduk sendirian di sebuah lounge hotel, memegang sloki berisi cairan alkohol yang jernih. Ia duduk di atas stool, menatap ke dalam minumannya dengan ekspresi sedikit murung. Tak lama, seorang pria datang duduk di sebelahnya, membuat Ruby menoleh dan tersenyum tipis.
"Kamu tahu dari mana aku disini?" tanya Ruby tanpa melihat pria itu, suaranya pelan dan sedikit bergetar.
Pria itu menghela nafas pelan, menatap Ruby dengan iba. "Seharusnya kamu bilang padaku kalau mau ke tempat seperti ini," katanya mengabaikan pertanyaan Ruby.
Ruby tersenyum miris, menatap kebawah sebelum kembali menuangkan minuman kedalam slokinya. Ia tidak menjawab, hanya menatap kedalam slokinya dengan ekspresi semakin murung.
"Jika sudah selesai, aku akan mengantarmu pulang." kata pria itu. Namun lagi-lagi Ruby hanya diam dan kembali meneguk cairan bening itu.
Pria itu berdecak pelan karena Ruby terus mengabaikannya. Sejak beberapa bulan yang lalu, Ruby tidak mau bicara dengannya.
"Anne," tangan pria itu segera menahan tangan Ruby yang hendak kembali menuangkan minuman.
Ruby menatap tajam pria itu, ia sangat tidak suka jika ada yang melarangnya. Apalagi mengganggu kesenangan nya seperti ini.
"Berhenti bersikap seolah kau perduli padaku!" kata Ruby menghempaskan tangan pria itu. Ruby beranjak dari duduknya dengan sempoyongan.
"Terimakasih sudah mengabari ku." ucap pria itu pada seorang bartender, ia memberikan beberapa lembar uang lalu segera menyusul Ruby. Bartender itu mengangguk dan menatap kepergian pelanggannya.
Pria itu mengikuti Ruby dari belakang, ia tidak mau membuat Ruby semakin marah karena berada didekatnya. Meskipun Ruby tahu jika ia mengikutinya.
"Jangan mengikuti ku!" sentak Ruby membalikkan tubuhnya. "Berapa banyak dia membayar mu? Akan akan membayar dua kali lipat asal kamu berhenti memata-matai ku!" tantang Ruby yang sudah muak.
"Anne, aku perduli padamu..."
"Bullshit!" sela Ruby tidak percaya. "Aku bukan anak kecil yang bisa kamu bohongi!" Ruby kembali berjalan tanpa memperdulikan pria itu yang masih mengikutinya.
Karena hotel yang didatangi Ruby tidak jauh dari apartemen nya, jadi Ruby tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di apartemen. Ruby segera masuk unit apartemennya, dengan membanting pintu kasar, ia sama sekali tidak perduli dengan sosok yang mematung didepan pintunya.
"Aku tahu kamu keras kepala, hatimu membatu, jiwamu terkubur banyak luka." kata pria itu pelan menatap pintu apartemen Ruby yang tertutup rapat. "Tapi sampai kapan kamu menyiksa hidupmu? Seandainya sedikit saja kamu membuka hati." gumam nya melangkah pergi setelah memastikan Ruby berada dalam apartemen nya.
"Bukalah hatimu, agar aku bisa menunjukkan sisi dunia yang indah padamu." batinnya. Sebenarnya dia sangat perduli pada Ruby, bukan karena uang atau bayaran seperti yang Ruby pikirkan. Walaupun kehadiran nya memang karena suruhan seseorang, tapi jauh dari dalam lubuk hatinya, dia sangat perduli dan menyayangi gadis dingin itu.
*
*
*
*
*
TBC
Happy reading 🤗
Kalian pernah baca novel dengan kisah kek gini gak sih? Novel ini murni karangan author ya, tapi kalau kalian pernah baca sebelumnya, itu diluar kendali author. Mudah-mudahan aja ada bedanya, meskipun hanya nama atau apalahhh.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di kolom komentar, like, subscribe, dan vote 😉
Ohh iyaaa, author hampir lupa, kalian jangan jadi readers ghoib yaaaa🥺
Sarangeeee sekebon jagung tetangga 🫰🏻🫰🏻🫰🏻