Dia baik, dia setia, dia cantik, dia pintar, namun ... karena keadaan ekonomi yang rendah dan belum memiliki pekerjaan tetap membuat nya diremehkan dan dihinakan oleh orang-orang yang di percaya selama ini. Orang-orang yang sangat di sayangi dan di kasihi selama ini ternyata tega mengkhianati dari belakang.
Jemima namanya. Dia sangat terluka atas pengkhianatan yang dilakukan kekasih dan sahabatnya, lalu bagaimana sebenarnya kisah ini terjadi?
Yuk ikuti terus kisah Jemima, insyaAllah happy ending.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak di Undang
Tidak terasa beberapa hari berlalu begitu cepat.
Pagi senin yang cerah, Pak Hasan sekeluarga tampak sibuk menyiapkan apa saja yang perlu di bawa ke ladang.
"Bekal nya sudah siap, Nak?" tanya Pak Hasan.
"Sudah, Ayah. Bekalnya udah aku masuk ke rantang susun, air nya juga sudah aku masuk ke botol minum," jawab Jemima.
"Beneran kamu mau ikut ke Ladang?" tanya Bu Sekar.
"Benar, Bu. Rasanya aku udah kangen banget sama suasana di ladang yang asri, aman, nyaman, tenang, damai ... Ah aku sangat merindukan suasana seperti itu," ucap Jemima seraya tersenyum senang.
Lalu keluarga bahagia itu berangkat bersama-sama, mereka berjalan kaki berdampingan menuju ladang yang tidak terlalu jauh dari rumah.
Pak Hasan sudah sembuh, dadanya sudah tidak terasa sesak lagi, hanya kadang suka batuk sesekali.
Mereka terus berjalan, melewati rumah warga serta warung. Jalanan tampak sibuk orang orang berlalu lalang, ada yang jalan kaki ada juga yang berkendara, ada yang akan berangkat bekerja ada juga yang akan ke sekolah. Pagi senin memang hari yang paling sibuk karena hari kerja.
"Ooh kasihan sekali kamu Jemima, sudahlah di tinggal menikah sahabat dan kekasih, diberhentikan menjadi guru, sekarang malah ikut ke Ladang. Makin melarat aja hidup mu. Hati hati kulit putih mulus mu itu gosong, nanti gak ada pria yang lirik! gadis miskin kalau gak cantik apanya yang buat tertarik. Wkwkwkw!" seru sang pemilik warung yang terkenal julid lagi hobi bergosip.
"Apaan sih, Buk. Pagi pagi udah julid aja. Apa gak takut dagangan Ibu gak ada yang beli karena pagi pagi kerjaan Ibu malah julid," balas Jemima.
"Gak ada yang beli? Hahaha, gak ada tuh sejarahnya warung akuh gak ada yang beli. Orang Bu Fathiah sama Bu Ambar aja udah langganan belanja di warung akuh. Emang kamu gak laku! Hahaha ... Kasian sekali nasib mu,"
Emosi Jemima naik karena mendengar perkataan Ibu pemilik warung. Jemima sungguh tidak suka dikasihani.
Pak Hasan dan Bu Sekar meminta anaknya itu untuk bersabar.
"Sudahlah, biarkan saja dia berkicau. Kita lanjutkan saja apa yang menjadi tujuan kita," ucap Bu Sekar begitu sabar.
Jemima mengangguk, lalu melanjutkan langkah.
***
Saat sudah tiba di Ladang, mereka mulai bekerja.
Mereka akan menyemai benih baru, karena kemarin Pak Hasan baru selesai panen. Kali ini Pak Hasan memilih menanam sayuran muda, yaitu sayur kangkung.
Jemima begitu bersemangat membantu orang tuanya, berpanas-panasan, ia sama sekali tidak takut kulit nya gelap, karena ia terlahir dengan kulit putih alami, jadi walaupun terkena paparan sinar matahari, palingan kulit nya akan memerah sebentar lalu kembali seperti sedia kala.
"Duh ... lumayan melelahkan," lirih Jemima sambil memegang pinggang nya.
"Sudah. Kita istirahat dulu, sudah mau tengah hari ini, ayo kita makan," kata Bu Sekar.
Mereka lalu mencuci tangan serta kaki pada air sungai yang ada di dekat ladang, setelah itu mereka berkumpul di atas Bale.
Jemima membuka rantang, lalu menyiapkan makanan untuk mereka santap.
"Ah ... Ini nikmat sekali," ucap Jemima dengan mata berbinar menatap ikan asin goreng, tumis kangkung, tahu goreng, serta ayam kampung goreng. Eh tidak tertinggal sambel terasi.
Setelah itu mereka mulai menyantap makanan dengan penuh rasa syukur, karena mereka masih diberi rezeki untuk makan serta minum.
Selesai makan, orang tua Jemima lanjut bekerja, sementara Jemima duduk di bale menikmati angin sepoi-sepoi.
Jemima meraih ponsel nya, lalu memotret kedua orang tuanya secara diam diam. Ia tersenyum senang karena potret orang tuanya sudah berhasil ia dapat dan akan ia abadikan untuk kenang-kenangan.
Jemima lanjut scroll, membuka aplikasi wa, karena sudah banyak pesan masuk yang belum sempat di buka.
Saat membuka grup Alumni Sekolah, grup waktu SMA, dia melihat Rakha dan Rara mengundang para teman teman alumni.
"Aku harap kalian semua bisa hadir ya, karena pesta nya akan sangat meriah dengan berbagai macam hiburan serta hidangan lezat. Em ... Lupa, gak semua sih teman teman di grup ini aku undang, kecuali inisial J. Karena aku dan Rakha sudah sepakat untuk tidak mengundang inisial J, takutnya ia bikin gaduh dan bikin suasana jadi rusuh. Maaf ya yang merasa inisial J." Chat yang kirim oleh Rarasita.
"Inisial J di alumni kita kan cuma satu, yaitu Jemima," balas seorang teman alumni.
"Nah iya, J itu yang aku maksud," balas Rara lagi disertai emot ketawa dan oke.
Jemima tidak mau lagi membaca chat setelah itu, ada banyak lagi chat yang belum ia baca.
Dia akhirnya memilih keluar dari grup Alumni.
"Memang nya siapa juga yang mau datang," rutuk Jemima kesal.
***
Pulang dari Ladang.
Begitu melewati warung si tukang gosip, si tukang gosip berseru memanggil Jemima.
"Jemima, apa kau dapat undangan pernikahan Rakha dan Rara? Pasti tidak dapat ya, oh .... Kasihan sekali, kata Bu Kades cuma keluarga kalian saja yang tidak diberi undangan, katanya kalau kalian datang nanti malah merusak suasana!"
"Stop! Diamlah kau. Aku sama sekali tidak berharap di undang oleh mereka. Emang apa urusan ku, gak penting juga." balas Jemima.
"Hahaha lagak kau sombong sekali, dasar miskin gak tau diri!'' Ibu pemilik warung semakin mengeraskan suaranya.
Jemima mengepal tangan erat, ia hendak berjalan memberi pelajaran kepada Ibu pemilik warung tapi langkah nya malah di cegah oleh Pak Hasan.
"Sudah, tidak penting juga. Anggap saja angin lalu,"
"Aku berjanji tidak akan pernah membeli dagangan kau lagi wahai ibu tukang gosip!" teriak Jemima.
Lalu ia melangkah cepat menuju rumahnya. Tidak ia pedulikan lagi umpatan umpatan yang keluar dari mulut ibu warung.
Pak Hasan dan Bu Sekar berjalan sedikit tertatih mengikuti langkah Jemima yang cepat.
Jemima merasa tidak ada gunanya menjadi seorang anak, ia sedih karena orangtuanya harus mendengar secara langsung dia dihina dan direndahkan. Jemima berjanji pada dirinya sendiri akan berusaha menjadi orang sukses di masa depan.
Dia berjanji akan membalas orang orang yang pernah menghina nya dengan kesuksesan nya.
Bersambung.
tunggu karmamu
Sabar ya Dixon puasa tujuh hari aje 🥰🥰🥰🥰🥰
Alhamdulillah 🤲🤲🤲🤲🤲
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️