⛔ jangan plagiat ❗❗
This is my story version.
Budayakan follow author sebelum membaca.
Oke readers. jadi di balik cover ungu bergambar cewek dengan skateboard satu ini, menceritakan tentang kisah seorang anak perempuan bungsu yang cinta mati banget sama benda yang disebutkan diatas.
dia benar-benar suka, bahkan jagonya. anak perempuan kesayangan ayah yang diajarkan main begituan dari sekolah dasar cuy.
gak tanggung-tanggung, kalo udah main kadang bikin ikut pusing satu keluarga, terutama Abang laki-lakinya yang gak suka hobi bermasalah itu.
mereka kakak-adik tukang ribut, terutama si adik yang selalu saja menjadi biang kerok.
tapi siapa sangka, perjalanan hidup bodoh mereka ternyata memiliki banyak kelucuan tersendiri bahkan plot twist yang tidak terduga.
salah satunya dimana si adik pernah nemenin temen ceweknya ketemuan sama seseorang cowok di kampus seberang sekolah saat masih jam pelajaran.
kerennya dia ini selalu hoki dan lolos dari hukuman.
_Let's read it all here✨✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisyazkzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
•Sepi•
"Ya ampun! Sayang! Kamu menang ya? Bunda terharu.... akhirnya putri bunda menunjukkan prestasi...."
Entahlah bahagia atau sedih. Tangis atau tawa. Zyle sendiri tidak sanggup berkata-kata.
Hari itu, doa Zyle terkabul. Dirinya benar-benar berdiri tegak diatas panggung menatap lurus ke depan, sambil membawa piagam penghargaan.
Zyle keluar menjadi pemenang mengikuti jejak Ren, meskipun di urutan ketiga. Tapi gadis itu merasa bagai dihujani seribu Rahmat tuhan dari langit.
Berkali-kali ia mengucap terima kasih dalam hati. juga, pada tuhan. Zyle bangga bisa memenangkan olimpiade yang kesulitannya luar biasa ini. karena usahanya tak sia-sia.
Setelah setiap malam belajar sampai nyaris pagi, mendengarkan rekaman pelajaran, lagi dan lagi. Ujungnya inilah ending yang diinginkan Zyle.
Saat menoleh, Gwen berdiri di posisi pemenang juara satu dengan anggunnya. Mengangguk dengan senyum hangat pada Zyle.
Sesudah acara itu selesai, Zyle merasa sangat lega dan bebas kembali. Ditambah bunda tiba-tiba datang ke acara pembagian piagam bersama ayah. Mereka sudah pulang!
Zyle dipeluk ayah dan bundanya.
"Zyle..."
"Aduh, bunda nangis nih? Tenang Bun, Zyle kan udah gede."
Gadisnya tertawa nakal, dengan wajah secerah mentari.
"Zyle, ayah punya sesuatu." kata Ayah, berbisik disaat bunda sibuk membaca piagam dan penghargaan milik Zyle.
"Ayah jangan lupa beliin Zizi motor yang warnanya kuning muda ya!"
"lihat...ayah punya ini." dari belakang garasi mobil, tahu-tahunya ayah mengeluarkan tas panjang yang sama sekali tidak asing.
kedua mata Zyle menyala, "SKATEBOARD BARU?!" lantas tanpa aba-aba langsung mengambil dan mencobanya. Ayah tertawa, "keren banget didikan saya."
mood Zyle benar-benar bagus hari ini. Sudah dapat piagam, skateboard baru, ditambah motor baru pula. Lengkap.
"kak Gwen?..."
Zyle yang melihat Gwen duduk sendirian beringsut mendekat. "kakak sendiri?" tanyanya. "gak ada yang Dateng buat kakak?"
"ya, begitulah. Aku sendiri. Orang tuaku dua-duanya entah kemana. Aku memang sendirian semenjak masuk panti."
Zyle jadi merasa egois. "apa kakak nggak punya siapa-siapa?.."
"ya. Makanya aku jualan sambil sekolah selain bekerja serabutan."
mendengar cerita Gwen, Zyle semakin bertambah kagum sekaligus prihatin. Karena Gwen adalah seorang perempuan cantik yang ternyata lebih dari kata mandiri.
"aku mengambil beasiswa agar bisa gratis berkuliah sekalian mencari kerja dengan bayaran lebih tinggi di luar negeri." kata Gwen.
"sumpah, kakak emang panutan!" Zyle harap, Gwen bisa sedikit terhibur dengan kata-kata kecilnya.
"itu berlebihan." Gwen tersenyum malu. "apa kakakmu sudah tahu tentang piagam?"
"oh iya! harus telfon kakak buat pamer!" Zyle teringat, grasak-grusuk menggeledah kantong dress birunya. "Yah...kakak nggak angkat telfon. Kayaknya dia sibuk pindahan.."
"Zyle, apa itu?" tunjuk Gwen kearah bawah papan skateboard yang sedang disandarkan Zyle ke bangku.
"gue juga baru liat tuh." Zyle terheran mengapa bisa ada sebuah lipatan surat yang tertempel disana. "Aduh...pasti nggak sengaja nempel."
surat itu dicabut, namun kelihatan ada tulisan di dalam. Karena penasaran Zyle membukanya.
"Zyle, ini hadiah kecil buat Lo. Jangan ketawa ya. Gue baru bisa kasih ini aja. Semoga Lo happy. Gue mau bilang, kalo gue, suka Lo." -Ryan Alvindra-
"Zyle?.."
Gwen tahu betul. Ryan pasti bukan sekedar kenalan bagi Zyle dan sebaliknya.
Gadis itu menangis, perlahan air mata yang membanjiri kelopak matanya mulai menetes lembut. "Ini...dari dia? Ryan... kenapa..kenapa dia dulu nggak kasih langsung sih?.."
"Zyle, kamu tidak marah kan?" tanya Gwen iba.
Zyle terus menahan tangis. Menggigit bibir. kenapa di saat bahagia seperti ini, kesedihan yang ia kubur malah muncul kembali? Padahal ini hanyalan sebuah hadiah lama.
***
"Wah~anak manja ternyata menang! Zizi, mana hadiahnya? Kakak Lo yang ganteng ini gak dikasih?"
"Kakak, kakak! Zizi juga dapet piagam!" sedekat mungkin Zyle mendekatkan piagamnya ke kamera hp.
akhirnya setelah malam, sebelum tidur Zyle bisa menelfon Ren. tadi siang dia memang benar sedang sibuk mengemasi barang.
"kata bunda uang jajan Zizi dinaikin juga, kak!" terus saja ia pamer. "Zyle juga dapet motor baru!"
Ren ikut tertawa. Tentunya merasa bangga. "ckckck.....enak banget ya tuan putri."
"Maklum kak, rezeki anak spesial." Zyle tambah besar kepala.
Bunda dan ayah yang sedang menonton hanya tertawa kecil melihat kelakuan putri mereka.
"Sayang, anak aku hebat banget, ya."
Dan entahlah apa lagi yang dilakukan kedua pasangan itu sampai Zyle sebal dan pindah ke kamarnya.
"Zyle, kapan bunda ayah pulang?" tanya Ren.
"Kemarin. Bunda bawa oleh-oleh! Kakak, itu asrama kakak ya?"
Ren nyengir menggoda, "Lo nyari siapa? Devano? Dia pulang ke rumahnya!"
Tak pelak lagi, Zyle mengeluarkan kata-kata keramat, "Gue pacaran sama skateboard!"
"btw udah diterima belum? hadiah dari Alm.Ryan?"
yang ditanya berubah ekspresi. Mencebikkan bibir, "Kenapa sih baru kakak kasih?! Kan bisa Ryan sendiri yang kasih Zizi!"
"gue disuruh sampaikan itu persis sebelum dia pergi zi. Jadi gue juga gak bisa apa-apa, sorry." Ren memasang mimik wajah sedih yang sama.
Karena suasana mendadak jadi muram, Zyle memutuskan untuk tidur saja. Tidak enak selalu menyalahkan Ren.
***