NovelToon NovelToon
Bunda Untuk Daddy (Tamat)

Bunda Untuk Daddy (Tamat)

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:18.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: saskavirby

pengalaman pahit serta terburuk nya saat orang yang dicintai pergi untuk selama-lamanya bahkan membawa beserta buah hati mereka.

kecelakaan yang menimpa keluarganya menyebabkan seorang Stella menjadi janda muda yang cantik yang di incar banyak pria.

kehidupan nya berubah ketika tak sengaja bertemu dengan Aiden, pria kecil yang mengingatkan dirinya dengan mendiang putranya.

siapa sangka Aiden adalah anak dari seorang miliarder ternama bernama Sandyaga Van Houten. seorang duda yang memiliki wajah bak dewa yunani, digandrungi banyak wanita.


>>ini karya pertama ku, ada juga di wattpad dengan akun yang sama "saskavirby"

Selamat membaca, jangan lupa vote and coment ✌️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon saskavirby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

eps 11

Setelah hampir seminggu di rumah sakit, akhirnya hari ini Aiden diperbolehkan pulang.

Stella sempat mengantarkan Aiden sampai di kediaman Van Houten, tapi tak berapa lama dirinya pamit untuk pulang, karena pekerjaan yang tidak bisa dia tinggal.

Selama beberapa hari pula, Stella berkutat dengan kertas-kertas desainnya, dirinya semakin di sibukkan dengan pekerjaannya, karena waktu yang dimiliki tidak lama, dirinya harus menyelesaikan pekerjaan itu. Selama itu pula dirinya tidak menemui Aiden.

Sementara di sisi lain, lebih tepatnya selesai insiden Stella yang menciumnya secara tidak sengaja, membuat Sandy gelisah, bahkan dia sering melamun dengan membayangkan wajah Stella yang terlelap. Entah perasaan apa yang tiba-tiba hinggap di hatinya, dia tidak tahu.

Semakin kesini, Sandy merasa ragu dengan Fara, bahkan nyatanya Fara-lah penyebab kertas desain Stella rusak. Dia sempat mendengar saat Aiden berbicara dengan Stella.

Namun saat dia ingin menanyakan kebenarannya, Fara justru ke luar kota guna melakukan pemotretan.

*Flashback on

Aiden terbangun dari tidurnya saat merasakan ada yang mengelus serta mencium keningnya.

"Bunda?"

"Iya, sayang. Maaf ya Bunda telat datang," ujar Stella tersenyum.

Aiden bangkit dari tidurnya dan memeluk leher Stella.

"Maafkan Aiden, Bunda. Ini salah Aiden," bisik lirih Aiden di telinga Stella.

"Hei, kenapa bicara seperti itu?" tanya Stella bingung, mengelus punggung Aiden.

Aiden menggeleng dalam pelukannya. "Aiden melihat Aunty Fara yang menyiram kertas Bunda, tapi Aiden takut kalau Aiden ngadu nanti Aunty Fara marah sama Aiden."

Stella melepaskan pelukan Aiden, mengelus kedua pipi tembem di hadapannya, dia tersenyum. "Bunda sudah tahu, Aiden tidak perlu merasa bersalah lagi, oke."

Sandy yang tak sengaja mendengar pembicaraan keduanya terkejut, jadi Fara yang melakukannya? Ingatkan Sandy untuk memarahi Fara nanti.

Stella mengubah posisi duduknya, dengan Aiden bersandar pada dadanya. "Aiden dengerin Bunda ya? Aiden nggak boleh takut kalau Aiden enggak berbuat salah," ujar Stella mengelus kepala Aiden.

"Aiden juga nggak boleh bohong, harus jujur, oke. Kalau Aiden bohong, nanti Allah marah, kalau Allah marah, apapun yang Aiden minta tidak akan dikabulkan," sambungnya.

Aiden duduk tegak menatap Stella. "Apa benar begitu Bunda?"

Stella mengangguk.

"Kalau begitu, Aiden nggak mau bohong, Aiden mau bicara jujur Bunda, biar doa Aiden dikabulkan sama Allah," ucapnya sungguh-sungguh.

Stella tersenyum mencium pipi Aiden. "Anak pintar," pujinya mengelus kepala Aiden.

"Kalau boleh Bunda tahu, apa doa Aiden?" tanyanya kemudian.

Aiden tersenyum. "Aiden berdoa, semoga Bunda jadi Bunda sungguhan untuk Aiden, biar bisa tinggal sama Aiden sama Daddy," jawabnya kelewat senang.

Stella terkesiap, sedangkan Sandy yang masih pada posisi tidur pura-puranya tersenyum, seolah bathinnya mengamini doa Aiden.

Flashback off*

Setiap harinya Stella masih saja berkutat dengan kertas-kertas di meja kerjanya. Jarang tidur menyebabkan mata pandanya semakin menghitam. Jarang pulang ke rumah, sehari-hari dia habiskan di butik. Bahkan pola makannya sudah sangat tidak teratur.

Stella merenggangkan otot-ototnya, menatap beberapa desain yang sudah selesai dia kerjakan, menyeruput kopi di sampingnya.

Melirik jam di dinding, sudah saatnya makan siang, dirinya mengingat-ingat kapan terakhir kali makan siang tepat waktu, karena biasanya jadwal makan siangnya terlewat sampai malam, dan makan malam terlewat sampai pagi atau siang.

Stella mengambil ponselnya guna menelepon Jery untuk bertemu.

"Halo, Jer."

"Halo, Ste. Ada apa?"

"Bisa kita bertemu? Aku ingin menyerahkan beberapa desainku yang sudah jadi," ucapnya menatap beberapa lukisan di kertasnya.

"Kita bertemu di restoran A."

"Baiklah, aku akan segera berangkat."

Tut.

Setelah sambungan telepon terputus, Stella membereskan beberapa kertas dan memasukkan ke dalam tas.

***

"Apa yang terjadi denganmu, Ste?" cecar Jery menyambut kedatangan Stella, memperhatikan raut wajah Stella yang kelelahan.

"Apa? Aku kenapa?" tanya Stella bingung.

"Kau seperti mummy," sindir Jery. "Lihatlah kantong matamu sangat besar, bahkan kau terlihat lebih kurus sekarang," komentar Jery memperhatikan tubuh Stella.

"Aku bekerja untuk ini, Jer. Jangan berlebihan," sahutnya meletakkan beberapa lembar kertas di atas meja.

Jery menyernyit. "Hanya segini, Ste? Mana yang lain? Bukankah kemarin kau bilang sudah selesai?" tuturnya mengangkat kertas yang dibawa Stella. Dia masih ingat percakapannya dengan Stella, bahwa desain sudah selesai dikerjakan semuanya.

Stella menghela nafas lelah. "Ada masalah dengan desainku yang dulu, terpaksa aku buat ulang," jawabnya lesu.

"Whattt?" pekik Jery terkejut. "Apa maksudmu, Ste? Waktunya sangat mepet, kau yakin bisa menyelesaikannya?" tanyanya menuntut.

"Aku yakin, Jer. Sebelum acara di mulai aku pastikan semua sudah beres, kau mulailah mencari bahan dan kau awasi proses pengerjaanya. Karena aku tidak yakin bisa mengawasi semuanya," jawab Stella tegas, meneguk minuman yang sudah dipesankan oleh Jery.

"Apa yang terjadi, Ste?" tanya Jery penasaran. Dia benar-benar yakin kalau terjadi sesuatu dengan Stella.

Stella menghembuskan nafas lelah. "Desainku tersiram kopi, Jer," jawabnya lesu.

Jery terkesiap. "Itu sama sekali bukan kau, Ste?" tuduhnya tak percaya, dia jelas tahu bahwa Stella sangat teliti dan hati-hati dalam pekerjaannya. Kertas desain tersiram kopi? Itu sama sekali bukan Stella.

"Sudahlah, kau bisa membantuku 'kan?" tepis Stella tak ingin mengungkit masalah kertas desainnya yang hancur.

Jery memutar bola matanya saat Stella memilih bungkam mengalihkan percakapan.

"Aku pasti membantumu, Ste," jawabnya kemudian.

Stella tersenyum. "Terimakasih, Jery."

Jery hanya mengangguk, menatap Stella prihatin. Sudah hampir lima tahun mereka bekerja sama. Jery bahkan mengetahui saat-saat terpuruk Stella yang kehilangan suami serta anaknya.

"Jaga kesehatanmu, Ste," ucap Jery mengelus lengan Stella saat keduanya tengah keluar dari restoran.

Stella mengangguk. "Kau juga."

"Aku pergi dulu, dahh," pamit Stella meninggalkan Jery yang masih berdiri di tempatnya.

Jery mengembuskan nafas panjang, memperhatikan mobil Stella yang perlahan menghilang terhapus jarak.

"Andai kau menerimanya menjadi suamimu, pasti kau tidak akan seperti ini, Ste," gumamnya pelan.

***

"Daddy," panggil Aiden memasuki ruang kerja Ayahnya.

Sandy yang berkutat di depan laptop serta kacamata yang bertengger di hidungnya mendongak menatap kehadiran anaknya.

"Ada apa, Aiden?"

Aiden mengaitkan kedua jarinya gugup. "Daddy, Aiden boleh menelepon Bunda? Em.. Aiden kangen sama Bunda Stella," cicitnya menunduk.

Sandy melepas kacamatanya, berjalan menghampiri anaknya, menuntun agar duduk di sofa.

"Aiden kangen sama Bunda Stella?" tanya Sandy memastikan.

Aiden mengangguk antusias.

Sandy merogoh saku celananya, mengambil benda kotak berotak dengan merk apel di gigit. "Mau menelepon atau video call sama Bunda?" tawarnya.

"Video call, Daddy," jawab Aiden girang.

"Oke," sahut Sandy tersenyum.

*

Stella yang masih berkutat dengan kertas serta tinta menghentikan aktivitasnya saat ponselnya berdering.

Tertera nama Sandy di layar ponselnya, keningnya menyernyit bingung.

'Ada apa Sandy mengajaknya video call?' bathinnya heran.

"Hallo, Bunda," teriak Aiden senang.

"Oh, hai, sayang," balas Stella ikut tertular senyum bahagia Aiden.

Sandy sedikit melirik ke arah layar ponsel, memperlihatkan wajah Stella dengan kacamata bertengger di hidung mancungnya.

Cantik, hanya itu kata yang terlintas di kepalanya saat melihat wajah wanita yang perlahan mulai mengusik ketenangannya.

"Bunda apa kabar? Aiden kangen sama Bunda," ujar Aiden menekuk wajahnya.

"Bunda baik, sayang. Aiden sendiri bagaimana? Sudah mulai sekolah belum?"

"Aiden baik, Bunda. Aiden juga sudah masuk sekolah, teman-teman Aiden bilang mereka kangen sama Aiden."

"Oh ya? Berarti teman-teman Aiden sayang sama Aiden."

"Iya, Bunda."

"Bunda, kenapa Bunda jarang ke rumah Aiden?"

Terlihat Stella melepas kacamatanya. "Bunda lagi sibuk, sayang. Maafkan Bunda ya?" jawabnya merasa bersalah.

Sandy terkesiap melihat raut wajah Stella yang nampak kelelahan dan sayu. Bahkan garis hitam di bawah matanya terlihat jelas.

Setelah bercerita cukup lama, Sandy berinisiatif mengakhiri sambungan telepon antara Stella dan Aiden. Sebenarnya dia tidak tega melihat wajah Stella yang terlihat sangat letih, dan beberapa kali menguap menahan kantuk.

"Aiden, sudah teleponnya, biar Bunda istirahat, Bunda kelihatan capek," ujar Sandy mengelus kepala Aiden.

Stella tersentak mendengar suara Sandy, itu berarti, sedari tadi Sandy melihatnya.

Tentu saja Sandy bersama Aiden, kenapa dirinya bisa bodoh, sudah jelas yang menelepon tadi adalah Sandy, gumam Stella merutuk.

"Bunda, Aiden tutup ya teleponnya, dah, Bunda.." Aiden melambaikan tangannya.

"Jaga kesehatan, Ste?" Sandy menimpali, menampakkan diri di layar ponsel.

Stella mengangguk. "Iya, terimakasih."

~••~

1
PANCAWATI PRIHATININGSIH
katanya Sandy CEO
kok milih perempuan kasar bgt nganggep cocok to dia

aneh sich

tp bnyak kok orang yg ga paham dng pilihannya
PANCAWATI PRIHATININGSIH
wong sugih tapi kok
Ervina T
Luar biasa
Nuriati Mulian Ani26
semoga ..rumahnya dibeli sandi
Nuriati Mulian Ani26
wanita hebat dan mandiri..stela
Nuriati Mulian Ani26
keren ceritanya ringan .aku suka alurnya
Kasih Bonda
semangat
iis sahidah
Luar biasa/Good//Good//Good//Good//Good/
iis sahidah
rega laki2 banget
iis sahidah
bunda Stella keren
Tea and Cookies
Luar biasa
Dewa Dewi
😂😂😂😂😂
Dewa Dewi
😂😂😂😂😂😂😂😂
Modish Line
♥️♥️♥️♥️♥️
Modish Line
😂😂😂😂😂😂
Modish Line
bodoh banget
Modish Line
good job Rega👍👍👍👍👏👏👏👏
Modish Line
blm jadi mamanya Aiden udh kaya ema tiri gini kelakuannya ....kalo jadi nikah bakalan abis nih Aiden disiksa sama si Fara gila
Al.Ro
Luar biasa
Ida Haedar
"ini sederhana sesuai porsi ku.. " (sandy) shommboong!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!