Yongjin, Sang Raja Naga. Adalah seorang pemimpin yang jenius dan kuat yang tiada tandingan dan sudah terbiasa hidup dengan bau darah, suara jeritan dan tangisan. Suatu hari, dia diundang oleh sahabat yang sangat dipercayainya untuk berpesta—
Namun dia malah dikhianati oleh sahabat yang sudah seperti saudaranya sendiri?! Padahal mereka sudah bersama dan saling memercayai sesama sendiri selama bertahun-tahun!
Ternyata sahabatnya sudah lama iri dengan dirinya yang selalu hidup dengan kenikmatan dan kehangatan, sementara sang sahabat tidak mendapatkan apa-apa dari ortunya sendiri! Namun ternyata hidupnya tidak berhenti sampai disitu, bagaimanakah lanjutan dari kisah seorang raja yang dikhianati oleh sahabatnya sendiri?—
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕱𝖑𝖔𝖜𝖊𝖗𝖅𝖞𝖗𝖊𝖓𝖊, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penculikan
Ternyata pengintip itu adalah seorang mata-mata dari Sekte Buui Gyodan yang ditugaskan untuk mencari nenek dari pangeran dan Minryu Hwan-jae.
"Apa yang kau lakukan disini?!"
"S-senior Hwan-jae... Pemimpin mencari anda dan nenek! S-saya ditugaskan untuk mencari k-kalian..."
Aku, Baekchuk dan Kkochi menatap satu sama lain dengan kebingungan, tidak tahu harus berbuat apa. Kkochi pun kembali menoleh ke arah mata-mata itu.
"...Tapi kau mengintaiku?"
"B-benar... Saya dipinta untuk mengintai anda dan senior-senior serta nenek untuk memastikan kalian sudah mendapatkan si botak—"
"–BOTAK?!"
"Pfft— ehem... Sayang sekali, tapi senior-seniormu itu sudah dibunuh..."
"Apa?!"
"Benar... A-aku bukan!... Aku bukan lagi berkhianat! A-aku..."
Minryu Hwan-jae terdiam sejenak, tidak tahu harus mengatakan apa-apa lagi karena telah melakukan dosa karena sudah berkhianat. Padahal dia sudah tinggal di sana dengan waktu yang lama dan mempunyai banyak kenangan di sana bersama para junior dan seniornya. Aku tahu perasaan itu.
"Senior... Saya terdengar kalian lagi membicarakan kematian nenek, apa itu benar?"
Melihat Hwan-jae yang terdiam karena rasa bersalah, aku pun maju dengan topik yang berbeda.
"Kenapa kau menyerang seniormu sendiri?"
"I-itu karena... Dia berkhianat...?"
"Bagaimana kau bisa mengetahuinya tanpa memastikannya?"
"...Karena aku mendengar perbincangan kalian?"
"Hey sialan, aku tanya jadi jangan ditanya balik."
"Ukh...! KAU YANG SIALAN— khok?!"
Aku mencekik lehernya dengan kuat sebelum membiarkannya menyerangku. Lalu berbicara dengan nada yang mengerikan dan dingin, tidak lupa juga dengan senyuman diwajahku.
"Sayang sekali kau sudah mengetahuinya... Apa boleh buat? Mati saja."
Crrk!
"AARGH—"
GEDEBUG!
Aku menghancurkan tenggorokannya lalu melepaskannya dan membiarkannya terjatuh. Aku menoleh ke arah Hwan-jae yang mau menangis tapi ia menahan air matanya, sementara Seok-jin yang mencoba untuk menenangkannya. Aku bisa merasakan perasaan yang dirasakannya. Lalu aku kembali mencoba menghidupkan suasana.
"Ayo makan, biar aku saja yang traktir."
Kami pun pergi dari tempat itu bersama untuk mencari makan. Beberapa menit kemudian, kami akhirnya sampai di suatu desa yang tidak jauh dari gunung-gunung itu. Kami mampir ke restoran yang berdekatan dan mulai memesan makanan dan minuman. Setelah makan, kami berbelanja dan jalan-jalan mengelilingin desa itu sehingga lupa bahwa hari sudah mulai gelap.
"Uh... Apa disini ada penginapan?"
"Tidak ada."
"Namanya juga desa..."
"Jadi kita tidurnya dimana?..."
"Di pinggir jalan."
"Kalian saja, nanti pakaianku kotor."
"Kenapa kau membawa kami bersenang-senang sampai malam jika sudah tahu bahwa disini tiada penginapan?"
"Siapa yang minta dihibur?"
"Aku tidak pernah memintanya."
Haruskah aku ke rumah kak Sera? Tapi aku tidak bisa mengganggu kemesraan dan keharmonisan keluarganya... Tapi sekarang kami benar-benar dalam situasi darurat, kamar yang tinggal pun cuma ada 2... Mungkin kamar satunya untuk anaknya...
Aku pun berjalan ke rumah kak Sera dan mengetuk pintunya.
"Hey, sialan. Kau ngapain?"
"Jangan bilang... Kau mau mengancam warga yang tak bersalah?"
Tanpa membalas pertanyaan mereka, aku hanya terus mengetuk pintunya. Lalu aku melirik ke jendela yang terbuka, sebelum berjalan ke sana, seornag warga desa berjalan ke kami.
"Apa kalian keluarga mereka?... Mereka sudah menghilang beberapa hari ini, dan kami masih dalam masa pencarian..."
"A-apa?"
"Benar, kami sebagai tetangga mereka menyadari mereka sudah menghilang beberapa hari yang lalu.... Kami hanya menemukan beberapa senjata yang berlumuran darah didalam, maafkan kami ya karena—"
Tetangga itu langsung terdiam begitu melihatku, dia adalah jiran dan ibu dari suami kakak.
"R-Raon-jun?... Kamu sudah pulang, nak?"
"Nak?..."
Baekchuk dan Kkochi menoleh ke arahku yang lagi berdiri didepan pintu.
"...Apa tante sudah melaporkan pada ketua desa?"
"Maafkan tante, nak Raon-jun. Kami sudah mencari mereka beberapa hari ini namun semuanya tidak membuahkan hasil..."
"...Kuncinya?"
"Ini..."
Aku terdiam sebentar sebelum meminta kuncinya dan tante itu memberikanku kunci rumah itu padaku, aku membuka pintu dan melihat keadaan di dalam rumah yang sudah disusun rapi. Namun ada sebuah kotak dengan surat yang bertuliskan "barang buktinya". Kkochi mengambil surat itu lalu membuka kotaknya, di situ ada beberapa barang bukti seperti yang dinyatakan.
"Katanya sudah beberapa hari, apa kita akan mencari mereka?"
"Tidak usah ikut jika tidak mau... Toh, ini urusan keluargaku..."
"Uh... Aku akan ikut..."
"Aku juga."
"Kalian tidur dulu, di situ ada 2 kamar."
"Bagaimana dengan dirimu sendiri?"
"Ini, kan, rumahku."
Mereka berdua pun tidur di kamar sementara aku hanya bergadang semalaman untuk mencari tahu kebenaran. Kakek sudah menjagaku dengan waktu yang cukup lama, sekarang waktunya bagiku untuk membayar separuh dari waktu itu. Aku dan kakek pernah berjanji untuk mengabulkan permintaan satu sama lain, dan permintaan kakek yaitu menjaga kak Sera beserta keluarganya suatu hari nanti selepas kematian kakek.
Aku tidak akan mengecewakan kakek...
...----------------...
...Keesokan harinya kemudian......
...----------------...
Setelah selesai bersiap-siap, aku mengambil kotak barang bukti itu unuk memastikannya sendiri.
"Yakin mau ikut?"
"Tentu saja, kita, kan, teman sekarang."
"Aku juga."
Aku tersenyum sebelum keluar dan berpamitan dengan tetangga, kami pun pergi mencari kak Sera. Dalam perjalanan, kami mengobrol sebentar.
"Apa mereka keluarga kandungmu?"
"Tidak."
"Apa kami bisa mengetahui nama mereka?"
"Kang Sera, Min Seunghoon dan anak-anak mereka."
"Jadi kau adalah anak angkat ya..."
"Oh ya, apa kau yakin jalannya kesini?"
"Tentu saja, aku sudah melekatkan tanda di bahu kirinya sebelum berpisah beberapa bulan lalu."
Kami melanjutkan perjalanan kami sambil mengobrol agar tidak terlalu canggung dan tegang. Lalu kami berhenti di suatu tempat.
"Istana Heukcheon-gung dari Sekte Mugyeongdan?.... Kau yakin?"
Aku dengan percaya diri menoleh ke arah Kkochi yang terlihat ragu-ragu dan gugup, seringai lalu terbentuk di bibirku.
"Kau takut? Hey, disini ada Kang Raon-jun loh, Raon-jun~"
"Tentu saja dia takut, namanya juga Kkochi..."
"Pfft— Ehem! Hehe... Iya~ iya~ aku tau, kok~"
"Ck! Diamlah, nanti ada yang mendengar...!"
"Dasar kalian ini... Ayo langsung masuk saja."
Kami pun memasuki istana yang megah dan mewah itu, tapi kedua penjaga pintu dengan tegas menghalangi kami.
"Siapa kalian?"
Kami bertiga terdiam sejenak, lalu menatap satu sama lain seperti orang bodoh. Karena takut akan dipandang seperti orang gila, Kkochi pun dengan terpaksa maju.
"Kami adalah pengikut dari Sekte Buui Gyodan yang diundang untuk bertemu dengan Kepala Klan Gyeongheon-ssi, harap kalian membukakan pintu ini untuk tetamu yang ingin bertemu dengan Kepala Klan kalian."
"Hm... Benar-benar seperti pengikut Sekte Buui Gyodan yang dikenal sangat sopan... Baiklah, kami akan membenarkan kalian masuk."
Kedua penjaga pintu depan itu pun membuka pintu, tapi disaat bersamaan Baekchuk dan aku sedikit terkesan karena ternyata dia bisa berbohong berkat ilmu yang dipelajarinya di sekte asalnya. Setelah masuk ke dalam, kami bertemu dengan penjaga pintu lainnya didepan pintu Istana.
Aduh~! kenapa pertahanan mereka ketat sekali~? Apa para pengikut Sekte Mugyeongdan pengecut ya??? Sialan! Tanda yang kuberikan memberi petunjuk di dalam!!! Apa yang dia lakukan bersama kak Sera dan keluarganya?!
Lalu sekali lagi Kkochi dengan terpaksa harus maju dan melakukan hal yang sama, namun penjaga itu terlihat ragu-ragu dan lalu pergi untuk memberitahu Kepala Klan bahwa ada tetamu yang datang. Untung saja dia membenarkan kami masuk. Cih, dasar pengecut. Begitu kami masuk ke dalam, kami disambut dengan para pelayan yang berbaris membentuk 2 jalur agar kami bisa berjalan ditengah.
Ah... Semua pelayannya jelek sekali....
Kami pun masuk ke dalam dan bertemu dengan pemimpinnya yang berbaring di kursi malasnya dengan santai sambil meminum arak.
Pantas saja pelayannya jelek... Ternyata pemimpinnya juga...
Perhatianku lalu ditarik oleh sesuatu yang disembunyikan di ruang belakangnya. Itu dia, aku menemukanmu. Sementara Kkochi dan pemimpin itu lagi mengobrol, aku izin pamit buang air kecil dulu. Alih-alih pergi buang air kecil, aku pergi ke belakang Istana itu dan mendapati bahwa belakangnya ternyata ada pintu tersembunyi. Aku memasuki tempat itu dan bertemu dengan kak Sera dan keluarganya, serta beberapa orang-orang asing yang juga diculik dan kebanyakan dari mereka adalah perempuan.
Semuanya terlihat seperti sudah menikah, apa mau dijadikan mainan karena sudah seperti berpengalaman?
Aku pun membangunkan suami kak Sera, untung saja dia sudah terbangun.
"Raon-jun... Apa kau kesini untuk menyelamatkan kami?..."
"Terus? Tentu saja aku kesini untuk menyelamatkan kalian."
Lalu aku pun membangunkan beberapa pria dewasa yang di situ dan untung saja mereka bisa. Tetapi giliran perempuan, mereka tidak bangun-bangun. Sepertinya mereka diberikan sesuatu. Jadi aku pun meminta bantuan para pria dewasa itu untuk menggendong mereka yang tidak sadarkan diri. Semuanya berjalan dengan lancar tapi aku menemukan sesuatu yang bersinar, aku menyuruh mereka bersembunyi di hutan-hutan yang tidak jauh dan pastikan tidak ketahuan. Mereka pun melakukan itu dengan baik. Baguslah. Aku kembali ke dalam dan lalu melihat Baekchuk dan Kkochi yang ditahan dengan senjata tajam. Ketahuan deh.
"Jangan hanya melihat! Tangkap pria muda itu!!!"
"Baik!"
Mereka berniat untuk menyerangku, sayang sekali. Tapi aku punya senjata mematikan.
"Hey~ apa Sekte Mugyeongdan memang lamban ya? Kenapa kalian lama sekali untuk mencapaiku yang tidak jauh ini?"
"Apa?! Ayo cepat tangkap pemuda sialan itu—"
"–Jangan bergerak jika kalian masih ingin hidup."
Semua penjaga yang disuruh itu terdiam mengikuti perintahku.
"Apa yang kalian lakukan?! Serang saja dia!! Aku adalah pemimpin dari klan ini, bukan dia—"
"–Ayo~ ayo sini maju kalau sudah bosan hidup~"
Semuanya terlihat sangat ragu-ragu, itu karena aku mengancam seperti orang gila sambil mengeluarkan aura yang kuat. Aku hanya mengeluarkan sedikit, tapi mereka bahkan sampai gemetaran.
"Hm~? Baiklah, kalau gitu biar aku saja yang maju~"
Aku melangkah perlahan ke depan, tapi mereka malah mundur mengikuti langkah yang kuambil. Seru juga.
"T-tebas saja mereka! Kau, kan, Gwanggwi!"
Karena Kkochi dan Baekchuk menyuruhku melakukan itu, tentu saja aku kulakukan.
^^^Telepati:^^^
Tutup mata kalian.
Baik.
Baiklah.
"G-Gwanggwi?"
Set~ Puff!
"AAAARGH!" "MATAKU!!!" "AAAAAAAARGH!" "KYAAAA!" "AIR! AKU BUTUH AIR!" "MATAKU TERASA PEDIH!" "KYAAAA!" "AAAAAAAAARGH!!!"
"Dasar bodoh, itu racun yang kalian buat sendiri."
Tep—
^^^Telepati:^^^
Tunduk!
Lakukanlah dengan cepat!!
B-baiklah.
Sing— SLASSHHHHH! Duak... Gedebuk... Gedebuk...
Hanya bermodalkan Teknik Sekali Tebasan dengan pedang milik Kkochi, semua kepala mereka jatuh ke tanah dengan darah yang muncrat ke mana-mana. Dan sekarang hanya tersisa Sang Pemimpin Pemalas Yang Jelek.
"T-tidak... Hanya sekali tebasan?... Itu mustahil..."
"Sekarang giliranmu, pemimpin~"
Jlebb!
"Uh... Hanya mendengarkan semuanya saja sudah mengerikan... Apalagi.."
Begitu Baekchuk dan Kkochi membuka mata, mereka sudah ditengah Istana yang dipenuhi cairan merah darah dengan kepala-kepala yang terpisah dari tubuh yang tergeletak.
"K-kau... Kejam sekali..."
"Aku baru tahu bahwa kau masih bisa tersenyum disituasi yang mengerikan ini..."
"Hey kalian, di dunia bela diri ini tidak ada namanya orang baik loh~ yang baik itu cuma para pengemis dan warga desa yang lugu dan polos. Jadi kalian usahakan untuk jangan takut jika dikelilingi mayat-mayat yang baru dengan darah disekitar ya~"
"Ugh.... Huekk!"
"B-bau sekali... Huekk!"
Aku hanya melihat mereka dengan senyuman dan kebingungan.
Baru segitu perut sudah terasa mual? Apa manusia tidak sekejam ini ya? Padahal dulu kakek bilang manusia itu lebih kejam dari makhluk apapun... Manusia memang membingungkan... Ah, benar! Usiaku di manusia itu masih dikatakan remaja, bukan dewasa! Bisa-bisanya aku melupakan hal yang penting di kehidupan manusia...
"Dasar psikopat... Hueekkk! Jangan hanya melihat, bantu kami keluar dari tempat ini! Huekkk!"
"Cih, kalian itu lebih tua dariku. Lakukan saja sendiri."
"HEY SIALAN! APA KAU TIDAK LIHAT KAMI LAGI MERASA MUAL?! Huekkk!"
"Tapi kalian masih bicara dengan baik tuh~?"
"Huekkk! Uh... Perutku sakit sekali..."
Karena kasihan, aku pun menggendong mereka keluar dari tempat itu. Tapi karena banyak halangan, aku dengan terpaksa membunuh para penjaga itu sebelum merehatkan mereka di hutan tempat pria-pria dewasa itu istirahat.
^^^The Reincarnation Of King Dragon^^^
^^^Bersambung...^^^
...Ekstra: Maap ya karena telat update, Author lagi banyak kerjaan nih...🤦♀️...