NovelToon NovelToon
Giziania

Giziania

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem
Popularitas:549
Nilai: 5
Nama Author: Juhidin

Ada satu komunitas muda-mudi di mana mereka dapat bersosialisasi selama tidurnya, dapat berinteraksi di alam mimpi. Mereka bercerita tentang alam bawah sadarnya itu pada orangtua, saudara, pasangan, juga ada beberapa yang bercerita pada teman dekat atau orang kepercayaannya.

Namun, hal yang menakjubkan justeru ada pada benda yang mereka tunjukkan, lencana keanggotaan tersebut persis perbekalan milik penjelajah waktu, bukan material ataupun teknologi dari peradaban Bumi. Selain xmatter, ada butir-cahaya di mana objek satu ini begitu penting.

Mereka tidak mempertanyakan tentang mimpi yang didengar, melainkan kesulitan mempercayai dan memahami mekanisme di balik alam bawah sadar mereka semua, kebingungan dengan sistem yang melatari sel dan barang canggih yang ada.

Dan di sini pun, Giziania tak begitu tertarik dengan konflik yang sedang viral di Komunitaz selain menemani ratunya melatih defender.

note: suka dengan bacaan yang berbau konflik? langsung temukan di chapter 20

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juhidin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 11 Melan dan Gas Melon

"Hoamm.. Thanks Hen."

"Besok gue mungkin belom bisa latihan, Han. Sampe gue punya.. Ahh. Oke deh. Besok mau gue usahain biar bisa hadir."

"Ya bales aja we-a gue. Besok jangan besoknya lagi. Pokoknya lo harus bisa ngimej di temlen orang. Lo gak ada masalah khan sama Melani?"

Hen Hen senyum sambil menggeleng. "Bukan itu. Mau cerita lo-nya dah ngantuk gini sih. Kita istirahat dulu deh ya?"

"Hhh.. Ya udah. Makasih ya Hen." Jihan.

"Makasih ya Kak." Ira.

"Iya, Ir. Sekali lagi jangan salah paham. Gue nyulik lu emang lagi kepo sama keringetnya. Nih aromanya para ratu. Enak wanginya, gak ngerusak bau masakan. Sejuk. Cuma zat feromon ini yang bisa beradaftasi sama asep makanan."

"Iya, Kak. Ira kaget. Kirain tangan cowok yang megang aku."

Zwiit!!

Jihan dan Ira yang hendak pergi, duduk kembali, batal berdiri demi melihat objek yang berbunyi, yang terdengar di permukaan dinding, di tempat yang tadi Jihan lewati sewaktu datang ke ruang makan ini.

Nana berjalan memasuki lawang yang dibukanya lebar-lebar dan Jihan yang baru duduk menoleh padanya, ikut yang lain melirik sang bineries.

"Pengamanan gagal. Sori. April mencuri start. Gue baca, suar dan siarnya April dalam mode siluman, Hen. Tapi tetap pintu keluar mereka ini masih di tangan gue."

"Fail tapi gak total khan ya? Santai aja. Surat temlen aman. Ayo kita balikin para tamu rumah ke tempat asalnya. Ira gak bisa path. Jihan gak mungkin pergi duluan. Jadi tanya sendiri. Silahkan."

"Kalian mau muncul di mana, Hani, Irawati? Khusus penerobos lingkaran, gue bersedia ngisi kulkas manapun asalkan dia gak di sini, " ucap Nana. Tegas tapi.. duh.. tega betul.

"Ngng.. Di kamarku aja, kak Nana," pinta Ira dengan warna pipi sudah kemerahan.

Zrrthh! Segaris sinar vertikal merah bergeser keluar dari warna putihnya.

Lawang dimensi yang tadinya berada di jalan tol pindah otomatis ke satu tempat di mana menampakkan seunit meja untuk live dan siaran, kamar Irawati.

"Beruntung. Irawati sukses ngeluarin lo dari tempat bahaya, Han. Lain kali lu ati-ati kalo udah ada di sini. Gue bisa ngurung sampe lu jadi jin lampu."

"Iya. Iya.. Gue nyerah, Nan. Oke gue pergi. Yuk Ra. Kita pulang. Kena omel mulu kalo gue di sini."

"Hu-um.. Ayo Kak," sahut Ira buru-buru menyambut tangan dan ajakan Jihan.

Jihan menggandeng si fresh memasuki warp dimensi garis merah yang Nana dibukakan untuk mereka.

Nana menatap Jihan di sepanjang langkah musuhnya yang telah meninggalkan kursi. "Jangan lupa tawaran kami Han. Melan belum bisa telekinetis. Melan akan belajar di sini kalo elu mau ampunan gue. Masalah kami tuh elu, bukan Melani yang periang itu."

"Bacot.."

Melan dan Gas Melon

Jam dinding kamar telah menunjuk ke pukul 06:10. Sebelumnya, waktu menunjuk ke angka 10:01, arah jarum jam ini, informasi ini didapat ketika Nana membukakan pintu pintasan ke kamar Ira. Terpasang menghias lokasi meja siaran, mungkin memang untuk keperluan live.

Selama tujuh jam Jihan dan Ira masih bersama. Bahkan keduanya berada di satu ranjang.

Ira saat ini sudah bangun, memperhatikan seorang karyawati bar tanpa berani masuk melewati lawang yang ada. Dia menyukai pemandangan sekalipun ruang yang diintipnya tersebut sederhana tak banyak perabot.

Entah kapan dua kamar ini disambungkan. Jihan dan Ira sudah pergi dari planet Hen Hen, tak mungkin Nana yang membuka lawang sebab tepian garis warp yang satu ini berwarna ungu, bukan portal merah ataupun putih.

Ira mungkin penasaran bagaimana fenomena onmind seorang lusid berlangsung. Jadi memeriksa kondisi si karyawati, mengamat bergantian kedua Jihan yang ada di masing-masing kamar.

Setelah puas mencari tahu, Ira kembali ke ranjang. Ada senyum yang terus menghiasi wajahnya, paras yang kurang lebih persis wajah penanganan AI, alami iya teknis pun iya, yang jelas Jihan langsung menginginkannya.

Ira menyenangi wajah Jihan, berlama-lama mengelap kening yang ada, di mana pemiliknya masih betah tidur.

Setelah mandi Ira kembali mengompres kening sang pacar. Ira mengoles dengan perlahan dan hati-hati sebagaimana perlakuan perawat pada orang yang penuh luka.

Jihan tidak sedang demam atau dalam perawatan kulit, dia hanya sedang tidur biasa. Namun Ira terus menjaga Jihan dari debu yang mungkin menempel kembali, mengelap-mengelap alis Jihan.

Usai mengelap, Ira tidur menaruh kepala di dada Jihan. Ira pun membiarkan punggungnya dirangkul, lalu Jihan tidur lagi dalam senyum yang masih mengembang.

Keduanya sudah 11-12. Saling menyukai.

Di mana April? Pergelangan tangan Ira sudah polos terbebas dari karet gelang yang bisa mode siluman itu. Bahkan di kamar pun tak terlihat ponsel tergeletak, tidak di temukan benda yang sedang bergerak mengencerkan diri di ruang ini.

Blitz! Suatu cahaya potret mengkontrasi tabung kompresor, berpendar mencahayai sebuah lapak tambal ban.

Melan yang muncul ala sinar penangkap gambar, segera menghampiri tabung angin yang sedang April sandar.

"Di sini ya, kerjaan rutin yang punya planet?"

"Fani udah pergi," beritahu April yang masih sibuk menggeser-geser layar HP. "Gue stay jagain akte tanah plus Ira."

"Atasanmu salah arena. Harusnya dia pake sarung tinju, bukan pake baju balap, Pril. Gue juga salah tempat, malah nyasar ke sini. Gue nginget banget harus pintu yang mana, tapi taunya ke sini alamat Terompet. Lha terus mana kembang apinya? Ikon taon baru apa sangkakala kiamat, Pril?"

April tak menanggapi karena perutnya masih tersambung kabel yang terhubung ke kompresor. Bukan ulahnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!