Sienna Blair, seorang wanita mandiri dan kuat, dikhianati oleh kekasihnya Landon Pierce dan adik tirinya, Sabrina Horison. Setelah insiden tragis di Hotel Savoy yang mengguncang hidupnya, ia melarikan diri ke luar negeri dalam keadaan hamil. Lima tahun kemudian, ia kembali ke London bersama kedua anak kembarnya, Hunter dan Hazel, dengan tekad untuk membalas dendam dan membangun kembali kehidupannya.
Tanpa disadari, jalan hidup membawanya bertemu dengan Sebastian Cole, CEO dingin Cole Group, yang ternyata ayah kandung anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
Sebastian membuka laporan tes DNA terlebih dahulu dan membaca kedua dokumen itu dengan saksama.
Saat melihat hasil tes yang menunjukkan hubungan ayah-anak mencapai 99%, menyatakan bahwa kedua anak itu memang anaknya, dia tidak bisa menyembunyikan kerutan di dahinya.
“Benar-benar anakku?” gumam Sebastian.
Ethan mengangguk, tak mampu menahan diri untuk mengatupkan bibirnya.
Awalnya ia ragu, apakah ia harus memberitahu Tuan Sebastian kabar baik ini atau tidak.
Kerutan di dahi Sebastian semakin dalam. Dia bukan tipe pria yang suka main-main dengan wanita, apalagi membiarkan wanita dengan sengaja mendekatinya, apalagi berhubungan seks dengannya. Bagaimana bisa dia punya anak?
Kedua anak itu berusia empat tahun berarti kejadiannya lima tahun lalu.
Apa yang sebenarnya terjadi lima tahun lalu? Bagaimana mungkin dia sempat bersama seorang wanita?
Lagipula, dia memiliki ingatan fotografis dan daya ingat yang luar biasa. Jika dia memang pernah tidur dengan seorang wanita, pasti dia akan mengingatnya!
Namun sekarang, dia benar-benar tidak mengingat apa pun.
Kalau bukan karena kemiripan Hunter dengannya yang begitu jelas, serta bukti dari hasil tes DNA ini, dia mungkin tidak akan pernah tahu bahwa dirinya sudah memiliki dua anak seusia itu.
Terlepas dari bagaimana anak-anak itu bisa lahir, suasana hatinya perlahan membaik ketika menyadari bahwa dia memiliki dua anak yang begitu menggemaskan.
Melihat Sebastian mengernyit sekaligus tersenyum, Ethan sempat bingung. Emosi Tuan Sebastian bisa berubah begitu drastis.
Lalu Sebastian bertanya, “Ethan, di mana kedua anak itu sekarang? Aku ingin bertemu mereka. Dan berikan padaku semua informasi tentang ibu mereka”
Sekarang dia tak sabar ingin bertemu kedua anak itu. Memikirkan mereka membuat hatinya hangat, entah mengapa.
“Baik.” Ethan sempat ragu, lalu berkata pelan, “Eh, Tuan Cole informasi tentang ibu mereka ada di map yang satu lagi, di sebelah Anda. Wanita yang di bar itu dialah ibu kandung anak-anak itu.”
Sebastian terdiam sejenak. Wajahnya tiba-tiba menjadi gelap, dan suasana hatinya anjlok.
Wanita yang di bar itu ternyata ibu kandung dari anak-anaknya.
“Rahasiakan ini dulu. Jangan biarkan Kakek tahu” perintah Sebastian. Kemudian dia teringat sesuatu. “Di mana anak-anak itu sekarang?”
Ethan mengangguk. “Saya sudah periksa sebelumnya. Hari ini mereka pergi ke taman hiburan.”
Sebastian langsung mengambil jas dari rak di sampingnya. “Kita ke taman hiburan sekarang!”
Ethan mengangguk cepat. Sebagai tangan kanan Sebastian, dia selalu sigap menangani urusan. Dia sudah menduga Sebastian akan bertindak seperti ini, dan semua sudah diatur.
Saat Sebastian turun, mobil sudah disiapkan. Ethan memimpin sekelompok pengawal menuju taman hiburan.
***
Di taman hiburan.
“Kakak, menurutmu Papa benar-benar akan melakukan tes DNA?” Hazel menengadah, bertanya kepada kakaknya sambil membicarakan Sebastian.
Sudah dua hari berlalu, dan Papa belum juga menemui mereka. Hazel mulai khawatir.
Hunter menggaruk rambutnya. “Aku ga tahu. Kita tunggu saja. Kalau dia nggak datang juga--”
Sebelum Hunter menyelesaikan kalimatnya, Hazel melihat Sebastian dari kejauhan. Wajahnya langsung menunjukkan ekspresi kaget dan senang. “Kakak Lihat, siapa itu!”
Setelah berkata begitu, dia langsung berlari ke arah Sebastian. “Papa Kamu juga ke taman bermain?”
Sebastian datang bersama Ethan dengan wajah datar dan penuh wibawa, diikuti beberapa pengawal. Hazel melompat ke hadapannya dengan mata berbinar penuh semangat.
Hunter pun melihat Sebastian dan segera berdiri. Ia berjalan mendekat dengan tenang, seperti orang dewasa kecil. “Paman, kita bertemu lagi”
Mendengar panggilan itu, Sebastian mengerutkan dahi, lalu berkata, “Kamu tidak seharusnya memanggilku Paman. Kamu harus memanggilku Papa.”
Selesai berkata, Sebastian menunduk menatap kedua bocah kecil yang tingginya baru setinggi pahanya. Hatinya langsung luluh, dan wajah dinginnya tampak melunak.
“What, Kamu benar-benar Papa kami?” Hazel berseru kegirangan. Matanya membesar, dan ia berjinjit untuk mencium pipi Sebastian.
Hunter pun tersenyum. “Papa, kamu sudah tes DNA ya?”
Sebastian mengangguk. “Kalian berdua memang anak kandungku”
makasih Thor dah up buanykkk semoga besok up lagi
pls Sienna jangan ada rasa deh untuk sekarang ,,be strong woman ok jangan lembek