Ditipu tidak membuat kadar cintanya berkurang malah semakin bertambah, apalagi setelah tau kejadian yang sebenarnya semakin menggunung rasa cintanya untuk Nathan, satu-satunya lelaki yang pernah memilikinya secara utuh.
Berharap cintanya terbalas? mengangankan saja Joana Sharoon tidak pernah, walaupun telah hadir buah cinta.. yang merupakan kelemahan mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Base Fams, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
◉ 11
Setelah melewati waktu selama 20 jam dalam penerbangan, Nathan, Joana dan Victor telah sampai di bandara Internasional Sultan Syarif Kasim ll, Riau. Tuan Ardi memerintah dua anak buahnya untuk menjemput mereka, menggunakan dua mobil. Joana ikut dengan mobil yang di tumpangi Nathan, sedangkan Victor menaiki mobil berisi barang bawaan mereka.
Sepanjang perjalanan dari airport ke lokasi hotel yang di persiapkan Tuan Ardi, baik Nathan dan Joana sama-sama diam. Insiden makan siang bersama kala itu, memberikan dampak yang berkepanjangan.
Nathan bisa merasakan jika Joana sedang menjauhinya. Apalagi ketika mereka sedang membahas pekerjaan, Joana seperti menghindari kontak mata di antara mereka. Ia tidak ingin memikirkan gadis itu, akan tetapi sikap Joana yang lebih banyak diam, membuat Nathan dihantui rasa bersalah. Dalam hidupnya ia tidak pernah merasakan hal demikian. Biasanya dirinya lah yang bersikap acuh, tidak memperdulikan perasaan orang lain. Tapi dengan Joana, berbeda.
Nathan berdeham seraya menoleh ke arah Joana, "Apa kau sudah memberi kabar Ibumu jika kau sudah sampai?" Nathan memejamkan mata sesaat kemudian ia membuka matanya lagi. Pertanyaan bodoh, gumam Nathan mengerutuki dirinya sendiri. Terlihat sekali jika ia sedang berbasa-basi.
"Sudah, Tuan."
"Aku sedang bertanya, kenapa kau tidak menatapku?Apa kau marah?"
Joana dengan engan menoleh ke arah Nathan. "Aku lelah, dan mengantuk, Tuan. Aku ingin tidur sebentar."
"Tidurlah."
Joana memejamkan mata, berpura-pura tidur untuk menghindari perbincangan dengan Nathan. Diamnya, bukan karena marah pada Nathan. Ia ingin memberi teguran, dan sedikit pelajaran untuk pria itu.
Mobil yang membawa Nathan dan Joana telah tiba di lobi hotel. Diluar, Victor masih setia menunggu mereka. Pria itu bergerak cepat, membukakan pintu untuk Nathan. Joana menyematkan tasnya, ia keluar setelah Nathan.
"Terimakasih Victor." Joana melemparkan senyuman yang di balas pria itu. Sementara Nathan yang melihat itu terdiam dengan perasaan campur aduk.
"Mari Tuan, Nona.. ikuti saya. Saya akan mengantar kalian ke kamar." Kata Pak Leo, anak buahnya Tuan Ardi.
Kini mereka sudah berada di lantai tiga, dua anak buah Tuan Ardi membantu memasukkan koper ke dalam kamar masing-masing.
"Semua sudah selesai, Tuan. Jika, anda perlu bantuan, anda bisa menghubungi saya."
"Terimakasih."
"Sama-sama, Tuan." Anak buah Tuan Ardi meninggalkan mereka.
"Kalian beristirahatlah. Nanti malam pukul 7 datanglah ke restoran seafood yang berada di hotel. Kita akan makan malam bersama." Ucap Nathan. Ketiganya pun berpisah, masuk ke kamar masing-masing.
Joana melepaskan tasnya diatas tempat tidur. Ia membuka tirai, tak ayal, cahaya pun masuk ke dalam kamar. Dipandanginya laut yang nampak tenang membuat Joana berkeinginan kesana.
Ia mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, ingin mengirim pesan kepada Victor, mengajak pria itu namun segera di urungkannya. Ia teringat ketika di bandara, Victor mengatakan ingin beristirahat setelah sampai.
Joana melempar ponselnya diatas tempat tidur, ia mengganti pakaiannya dengan T-shirt putih dan celana jeans pendek. Dan tak lupa ia memoles wajah, tangan serta kakinya dengan sunscreen.
.
.
.
Lagoi bay, salah satu wisata yang terletak di pulau Bintan, Provinsi Kepri. Namanya sudah lama tersohor di dunia internasional karena keindahan pantainya yang berpasir putih, air laut jernih serta beberapa aktivitas air membuat wisatawan tertarik berkunjung ke pantai tersebut.
Joana melangkah dengan riang, melintasi jalan setapak yang terdapat pohon kelapa di sisi kanan kiri jalan. Ia tersenyum, menikmati pemandangan serta angin laut yang menerpa wajahnya.
Sesampainya di tepi pantai, Joana semakin melebarkan senyumannya. Banyak pohon kelapa menjulang tinggi menambah keindahan pantai. Joana melepas sendalnya, sepasang kaki telanjangnya menyentuh pasir putih yang berkilau. Ia berjalan beberapa langkah ombak datang, menyapa kakinya.
Joana tidak memudarkan senyumannya. Ia menyentuh air, mengayunkan tangannya. Memercikkan ke sebarang arah. "Seandainya Mom dan Nichole berada disini, pasti suasana semakin menyenangkan. Pemandangannya benar-benar indah."
Joana jadi membayangkan kebersamaan mereka, ia bermain pasir, membuat istana bersama Adiknya. Sedangkan Ibunya, akan melihat ke arah mereka sambil menikmati jus jeruk di bawah sinar matahari. Joana menghembuskan napasnya. Hanya membayangkan dua wanita yang dicintainya, Joana tersenyum lebar.
"Aku akan mengambil beberapa gambar, dan menunjukkan pada Nichole. Aku yakin gadis nakal itu akan iri," Joana tersenyum devil. Ia merogoh sakunya, tak menemukan benda pintanya itu. "Astaga.. " Joana menepuk pelan keningnya.. "Ponselku tertinggal di kamar."
"Joana.“
"Tuan Nathan." Gumam Joana mengenali suara atasannya. Ia pun memutar tubuhnya, menghadap pria itu yang kali ini menggunakan pakaian casual. "Maaf, aku tidak meminta izin, jika ingin kesini."
"Tidak masalah. Lagipula, hari ini hari libur. Kau bebas melakukan apapun. Apa kau tidak merasa lelah?"
"Hanya sedikit. Anda?"
"Aku juga. Bagaimana jika kita berjalan-jalan sebentar?" Usul Nathan mencari kesempatan untuk bisa berbincang dengan Joana, dan tujuannya ingin meminta maaf pada gadis itu.
"Bukan ide yang buruk. Ayo... " Beruntung Joana menyanggupi usulannya. Joana dan Nathan mengayunkan langkah bersama-sama. Keduanya berjalan bersisian di bibir pantai, membiarkan air laut menyentuh kaki mereka.
"Ada hal yang ingin aku tanyakan," Keduanya pun sama-sama menoleh. Joana diam, menunggu pertanyaan yang akan di pertanyakan Nathan. "Apa perkataanku waktu itu, membuatmu tidak nyaman?"
Saat Nathan berbicara, Joana meneliti wajah Nathan dan Joana bisa melihat keseriusan yang ditujukan oleh pria itu, Joana tersenyum samar sebelum akhirnya ia memutuskan kontak mata mereka. "Aku khawatir anda akan marah."
"Itu tergantung jawabanmu" Jawab Nathan asal.
Nathan menoleh lagi, begitu juga dengan Joana. "Baiklah, aku tidak akan menjawab pertanyaan anda, Tuan dan aku akan melupakannya."
Nathan tergelak mendengar jawaban Joana, sampai disini Nathan mengerti jika memang benar, wanita itu merasa tidak nyaman dengan ucapannya, "aku hanya bergurau. Jawablah pertanyaanku. Aku berjanji tidak akan marah."
"Ya anda sangat menyebalkan, Tuan." Joana menjawab dengan menggebu-gebu. "Di hari pertama bertemu, anda juga bertingkah demikian. Anda mengusirku dan itu insiden terburuk yang pernah aku alami." Dia tidak bermaksud mengungkit kejadian memalukan itu, tapi bukankah ini kesempatan untuk mengeluarkan uneg-unegnya. Mumpung pria itu bertanya.
Nathan tidak bisa menyembunyikan senyumannya, mengingat pertemuan pertama dengan Joana. "Tapi bagiku itu sangat mengesankan. Kau nyaman duduk diatas pangkuanku, Nona." Kelakar Nathan dengan seringai jahilnya, sengaja ia lakukan agar tercipta suasana hangat di antara mereka.
Joana berdecak pelan. "Itu kecelakaan, jika anda lupa." Bantah Joana. Tanpa mereka sadari, percakapan mereka mengalir begitu saja. Layaknya teman.
"Aku tidak melupakannya. Kau marah lalu menghentakkan kakimu, lalu yang terjadi kau terpeleset dan jatuh di atas pangkuanku. Bukan begitu, Joana? Aku masih mengingatnya." Nathan menaik turunkan alisnya, berulang-ulang.
Rona merah menjalar ke wajah cantiknya. Entah ia merasa marah karena ucapan Nathan, atau malu karena nyatanya Nathan mengingat insiden memalukan itu. "Kenapa semuanya harus di bahas sedetail itu? Stop membahas hari memalukan itu!"
"Kau yang memulai, bukan aku."
"Benar aku yang mulai membahasnya. Tapi tidak perlu juga anda menceritakan ulang kejadian tersebut. Aku sungguh malu."
"I'm sorry... "
ehh
joana yaa ... bukan aku /Facepalm/
dia bisa melihat kamu hanya pkaai handuk
tapi
gpp jo.... kan biar gampang ehemnya/Facepalm/
beb pulang beb...🚶♀️🚶♀️🚶♀️