Ketika hidupnya akan berakhir tragis dari pria yang ia cintai.Ia seketika terbangun dan bereinkarnasi ke 10 tahun yang lalu.Dimana ia bisa mengulang kembali ke kehidupannya yang dulu.
Disaat itu,ia memiliki kesempatan yang ingin merubah nasibnya dan membalaskan semua perbuatan busuk dari pria yang selama ini ia cintai.Karena pria itu telah mengkhianati ketulusannya dengan berselingkuh dan merebut seluruh aset kekayaannya.
Apa yang akan dilakukan seorang nona muda bernama Alena,untuk membalaskan dendamnya pada pria itu??Dan juga kedua orangnya tuanya yang hidup menjadi parasit dalam kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mitha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
"Yo..Lihat siapa yang baru saja diusir??Alena si pelayan kampung tuan muda kita.Bagaimana rasanya,Alena?" ujar Gea langsung menyindir Alena dengan santainya.
Alena pun sesaat melirik tajam ke arah Gea dan langsung menatapnya.
"Sepertinya karakter penjilat mu kuat sekali.Dan selalu saja mencampuri urusan orang lain." jawab Alena membalas sindiran Gea dengan sengit.
"Apa kau bilang.!" pekik Gea seketika emosi dan langsung ingin memukul Alena.
Namun,Tisa berusaha menghalangi Gea agar tidak memukul Alena.
"Sudah,Gea.Untuk apa kau mengotori tangan mu.Bukan kelas mu meladeni pembantu seperti dia." ujar Tisa yang memihak Gea dan menyindir Alena secara halus.
Alena yang mendengar hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Benar-benar 2 orang penjilat.Dan begitu percaya kata-kata tuan muda bodoh mu itu bahwa aku pelayan dia?" tanya Alena dengan nada santainya.
"Kau memang seorang pembantu,pembantu yang harus melayani tuan muda Toni.Apa kau masih tidak sadar selama ini kau selalu menuruti perintah dia." ujar Gea mengungkit dan percaya jika Alena memang seorang pelayan pribadi Toni.
"Heuh..Bagaimana jika ternyata kebalikannya?Kalau ternyata aku yang sebenarnya nona muda dan Toni adalah pelayan keluarga ku?Pelayan keluarga Pratama." jawab Alena mempertegasnya.
"Hahaha..Apa yang sedang kau bicarakan,Alena?Apa otak mu sudah tidak waras?Kau memang seorang pelayan dan Toni adalah majikan mu?Sekarang kau mengaku sebagai nona muda Pratama?Kalau kau nona muda Pratama,aku saudara nona muda Pratama..Hahaha." ujar Gea langsung tertawa lepas saat Alena mengungkapkan siapa dirinya.
"Haha..Kau benar,Gea.Sudah lah Alena,berhenti bicara omong kosong.Kau tidak sadar kau begitu konyol.Bahkan kau seperti orang yang tidak tahu diri.Sudah jelas Toni mengusir mu seperti gelandangan,kenapa sekarang kau mengaku sebagai nona muda Pratama??Otak mu memang sudah tidak waras,Alena..Haha." sahut Tisa yang ikut menyindir dan menghina Alena.
"Baik,kita lihat saja siapa yang akan diusir sebenarnya.Dan lihat baik-baik siapa yang sebenarnya seorang majikan." ucap Alena sesaat mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Ayah,aku diusir oleh mereka bertiga.Bagaimana kau akan membereskannya?" ujar Alena saat menghubungi ayahnya yang saat ini berada diluar negeri.
Mendengar Alena menghubungi ayahnya,membuat Gea dan Tisa kembali tertawa lepas.
"Haha..Sekarang kau menghubungi ayah mu??Apa kau pikir ayah mu orang yang hebat??Aku bisa tebak kalau ayah mu pasti juga seorang pelayan atau sopir.Haha.." ujar Gea yang kembali tertawa lepas karena menertawai Alena,yang ia anggap sangat lucu.
"Benar,Haha..Alena kau sungguh membuat ku ingin tertawa.Masih ada saja orang berpura-pura kaya.Haha." sambung Tisa yang ikut menertawai Alena.
Alena pun hanya tersenyum tipis dengan tenang.
"Tertawa saja sepuas kalian,dalam hitungan detik mereka semua yang ada di dalam akan keluar dan akan memasang wajah yang memelas." ujar Alena dengan santainya.
"Ck..Kau semakin membuat ku muak,Alena." ujar Gea dengan nada sinis.
"1,2,.." ucap Alena saat menghitung beberapa angka.
Dan belum sampai hitungan ke 3,pintu pun langsung terbuka.Andi dan Santi bergegas menghampiri Alena dengan reaksi yang begitu panik.Begitu juga Toni dan Jena yang mengikuti kedua orang tuanya dari belakang.Tapi memasang wajah yang cemberut.
"A..Alena silahkan masuk.Maaf atas tindakan kami." ujar Andi dengan kepala menunduk dan takut.
