NovelToon NovelToon
Jodoh Pilihan Abah

Jodoh Pilihan Abah

Status: tamat
Genre:Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Keluarga / Cinta Murni / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Tamat
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Siska Dewi Annisa

Nizma Aida Mahfud, gadis cantik putri sulung dari Ustad Yusuf Mahfud, pemimpin pondok pesantren Al Mumtaz. Berparas cantik dan lulusan Al-Azhar Kairo membuat dirinya begitu didamba oleh semua orang.
Namun dia harus menerima kenyataan ketika sang Abah menjodohkannya dengan seorang pria bernama Bagas Abimana. Pria menyeramkan penuh tatto di sekujur tubuhnya dan merupakan ketua geng preman penuh masalah dan jauh dari Tuhan.
Sebagai seorang putri yang berbakti akhirnya Nizma menerima perjodohan itu meski banyak pihak yang menentang.
Akankah Nizma mampu menaklukkan hati seorang Bagas yang sekeras batu? mungkinkah Bagas akan berubah menjadi sosok imam yang baik bagi Nizma? ikuti terus kisah rumah tangga dengan bumbu cinta didalamnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Dewi Annisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 saingan baru

Semua orang tampak terkejut melihat Bagas yang berjalan menuju mihrab. Bahkan banyak diantara mereka meragukan Bagas. Hanya ustad Yusuf saja yang tampak begitu santai.

Akbar yang hanya main-main dengan ucapannya pun tak menyangka bahwa Bagas akan menganggapnya serius.

"Waduh kalau sampai salah bacaan bisa berabe ini." gumam Akbar namun sedikit menyunggingkan senyum.

Jika saja Bagas terbukti salah maka akan sangat mencolok bahwa suami seorang Nizma sekaligus menantu pemilik pesantren ini tak bisa menjadi imam yang baik.

"Maaf ustad, apa sebaiknya tidak anda saja yang menjadi imam? Takutnya nanti ada kesalahan.." ucap salah satu jamaah.

Ustad Yusuf pun mengangkat tangannya memberi peringatan untuk tidak menghentikan Bagas.

"Jangan menilai seseorang sebelum mengetahui kemampuannya." ucap Ustad Yusuf diselingi senyuman.

Setelah semua siap kini Bagas pun memulai tugasnya. Pria itu berdiri tegap dan mengucapkan basmalah.

"Allahu Akbar.."

Dengan suara yang jelas dan lantang Bagas melantunkan ayat-ayat dengan begitu fasih dan merdu. Khusyuk dan hikmat. Itulah yang dirasakan semua orang saat menjadi makmum Bagas.

Orang-orang yang semula meragukannya kini pun berganti memuji dirinya. Sebenarnya Bagas tak mengharapkan hal ini. Dia hanya ingin menunjukkan kepada Akbar saja bahwa dia tak seburuk yang dia kira.

Ah, lagi-lagi Bagas harus menggubris ucapan pria itu. Bahkan gara-gara dia Bagas kini kembali menjamah yang namanya masjid.

Ada kerinduan teramat dalam saat Bagas merasakan atmosfer ini. Namun dia masih meninggikan egonya sebagai bentuk protes kepada Sang Pencipta?

Masa lalu yang kelam telah menggores luka dalam di hatinya. Panutan hidupnya yang setiap kali dia sembah dan dia dambakan seolah telah memberikan 'ketidakadilan' untuk dirinya.

"Baru kali ini kami merasa begitu teduh mendengar suara merdu menantu Pak Ustad. Benar-benar diluar dugaan. Benar kata Pak Ustad, kita tidak bisa menilai seseorang sebelum tahu kemampuannya." puji salah satu jamaah.

"Alhamdulillah, saya pun tak pernah meragukan menantu saya." ustad Yusuf tampak bangga terhadap Bagas.

Akbar yang melihat hal itu semakin kesal. Tak disangka niatnya menjelekkan Bagas justru malah jadi bumerang untuknya.

Kini Bagas justru mendapatkan nilai plus di hadapan banyak orang. Sedangkan dirinya yang sejak awal membanggakan diri sebagai anak seorang ustad sekaligus berpendidikan tinggi pun sama sekali tak dianggap menonjol.

Bagas menghampiri Ustad Yusuf dan mereka berjalan menuju rumah. Ditepuknya pundak Bagas seolah mengungkapkan kebanggan kepada dirinya.

"Abang merdu banget ngajinya. Emang belajar dimana bang? Boleh dong aku minta ajarin." celetuk Iqbal yang ikut membuntuti mereka.

"Nggak belajar dimana-mana." ucap Bagas datar. Bagas hanya tak ingin membahas masa lalunya.

Iqbal mungkin belum terbiasa dengan sikap dingin Bagas. Namun sebagai adik iparnya Iqbal tau bahwa dibalik penampilan Bagas yang sangar sebenarnya tersimpan sebuah kebaikan.

"Abah, Bang Bagas sebenarnya baik tapi kok susah senyum ya?" bisik Iqbal kepada Ustad Yusuf.

"Belum Bal, nanti juga lama-lama murah senyum." balas Ustad Yusuf.

Ustad Yusuf hanya memandang Bagas dengan perasaan haru. Tak disangka amanatnya sudah dia lakukan. Sekarang tinggal menunggu Bagas kembali seperti sedia kala.

"Seandainya kamu disini Abi, kau pasti akan sangat bahagia. Permintaanmu untuk menjodohkan putramu dengan putriku akhirnya terwujud. Semoga ini adalah awal yang baik untuk kembali menghidupkan kebahagiaan dan cinta di hati Bagas." batin Ustad Yusuf dalam hati.

Sampai di rumah Nizma menyambut Bagas dengan senyum merekah. Wajahnya yang tampak berseri ketika Nizma masih memakai mukena.

Nizma langsung meraih tangan Bagas dan menciumnya. Tak luput dari pandangan Bagas bahwa gadis itu terlihat begitu cantik.

"Kenapa senyum-senyum? Baru menang lotre?" tanya Bagas menyelidik.

"Astaghfirulloh Abang siapa juga yang main lotre. Lagian judi itu nggak boleh, haram." senyuman itu luntur seketika berganti dengan bibir Nizma yang manyun.

"Aku cuma seneng aja denger Abang jadi imam di masjid. Pasti Abah makin bangga sama Abang." Nizma tak kuasa menahan rasa senangnya.

"Biasa aja." Seperti biasa, Bagas hanya menanggapinya dengan dingin.

Meski suaminya itu seperti kulkas empat pintu namun Nizma yakin suatu saat nanti dia akan memberikan perubahan besar untuknya.

"Sabar, ini baru awal Nizma. Nanti Abang Bagas pasti bakal berubah." gumam Nizma menyemangati dirinya sendiri.

...****************...

Malam ini pesantren ustad Yusuf mengadakan makan malam bersama para santri. Mereka berkumpul di bale. Sebuah pendopo berukuran besar.

Semua tampak sangat sibuk begitupun dengan Nizma. Dia begitu semangat mempersiapkan semuanya. Dibantu para santriwati.

"Niz, keknya ini gulainya udah siap. Tinggal ngangkat aja." ujar Aisyah yang kebetulan membantu.

"Iya yaudah ayo kita angkat." Nizma audah ancang-ancang untuk mengangkat panci besar tersebut namun tangannya langsung dihentikan oleh Bagas.

"Kamu mau ngangkat ini? Yang bener aja? Badan kerempeng gitu yang ada patah tulang ntar" omelan Bagas selalu julit seperti emak-emak. Namun Nizma tetap sabar dan tak mengambil hati.

Dia pun hendak mengangkatnya namun tiba-tiba Akbar datang. Dia pun langsung bersiap mengangkat panci juga.

Bagas tau Akbar sedang mencari perhatian Nizma. Seolah tak mau kalah akhirnya mereka berdua mengangkatnya secara bersamaan.

"Alhamdulillah makasih abang." ucap Nizma kepada Bagas.

"akan aku juga ikut bantuin Nizma." protes Akbar.

"Eh, iya makasih juga A." ucap Nizma singkat.

"Mau dibantuin apa lagi Nizma? Mumpung aku disini." ujar Akbar kemudian.

"Kayaknya udah deh A. nanti kalau butuh aku panggil deh." sudah kebiasaan Nizma selalu tersenyum setelah mengucapkan sesuatu. Hal itu membuat Bagas sebal saja.

Meski niatan Nizma hanya berusaha ramah namun bisa saja Akbar menafsirkan dengan hal lain.

Bagas hanya mendengus kesal melihat kelakuan Akbar yang masih saja berusaha menggoda istrinya. Meski dia belum memiliki perasaan apapun terhadap Nizma namun dia tak suka saja kepemilikannya dilirik orang lain.

Sementara di tempat itu juga tampak Arya, pengurus pondok yang juga menyukai Nizma. Meski pria itu sudah pernah diperingati oleh Bagas namun tampaknya dia masih saja mencuri-curi perhatian kepada Nizma.

Buktinya dia masih saja berusaha mendekati Nizma dengan memberikan sebotol air mineral.

"Nizma minum dulu. Sejak tadi sibuk terus." ujar Arya.

"Eh, iya Arya. Makasih ya." Baru saja Nizma hendak meraih botol itu tiba-tiba Bagas sudah lebih dulu meraihnya.

"Makasih Arya. Nggak perlu repot-repot. Nanti kalau haus aku bisa memberikan minum untuk istriku." terdengar posesif memang. Apalagi dengan wajah ketusnya Bagas menatap Arya.

Sementara Nizma hanya bisa menahan tawa melihat tingkah Bagas. Ternyata suaminya itu bisa cemburu juga saat ada pria mendekatinya.

Dengan cepat Bagas membuka tutup botol tersebut dan memberikannya kepada Nizma.

"Nih, haus kan?" ucapnya ketus.

"Makasih Abang." Nizma tersenyum manis kemudian langsung menenggak minuman tersebut karena haus.

Sementara Bagas masih berdiri di samping Nizma. Ingin membantu yang pain tapi dia begitu enggan meninggalkan Nizma karena rupanya banyak sekali para pria yang memperhatikan istrinya.

Seperti ini resikonya jika menikahi primadona pesantren. Ingin rasanya Bagas mencongkel mata para pria yang menatapi istrinya itu.

...****************...

Visual Nizma

1
Andariati Afrida
ceritanya bagus, lanjutkan thor
Mangatur Sialagan
baru mampir disini,ternyata menarik jg.
Nur Atika
hahahahahh
Nur Atika
keren
Winnie 💛
salah Bagas gak bisa tegas sm uler keket..
Lini
Gnteng ny oiiiiiii
Sama cntik
Lini
Hahahahahaha
Rita Mahyuni
alhamdulillah
Esther Lestari
nikmati hasil dari niat jahatmu Ayu
Esther Lestari
dasar bibit pelakor. jangan dibiarkan pelakor merajalela dirumahmu Nizma
Esther Lestari
pasti itu musuhnya abang Bagas
Nur Lizza
lah kok jd Qila nikah SM yg lain
artsiska: dibaca dulu kak ceritanya..
total 1 replies
Istrinya Minyoongi 💜
lahh kenapa dirubah author padahal seru lohh yang kemaren juga ceritanya 💪💪 fighting lanjutkan author 🤗😍
artsiska: baca ceritanya ya kak
total 1 replies
Winarti Winarti
judul novel terbaru author mengejar cinta sahabat di rak buku saya tdk ada
Kamisah 75: mengejar cinta sahabat
artsiska: maaf kak.. untuk buku itu saya revisi dan ganti judul. dengan versi cerita yang berbeda. Namun tetap dengan tokoh yang sama. Karena novel yang sebelumnya cerita kurang sesuai
total 2 replies
Monah
di tunggu thor
Wahyu Widyasari
Lumayan
Wahyu Widyasari
Biasa
Shxxbi
Pinter bgt thorr milih visual nya, sesuai kriteria ku sebagai pembaca 😆😆
tsuraya kenko
yg sok alim mlh sombong yaaa....
tsuraya kenko
abah sm bagas pny rhs masing2.

ahhh.. pinisirin.
lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!