Angkasa Lu merupakan seorang ceo yang kaya raya, dan juga Arogan. Karena traumanya dia membenci wanita. Namun, karena permintaan sang kakek terpaksa dia melakukan kawin kontrak dengan seorang perempuan yang bernama Hana. Dan begitu warisan sudah ia dapatkan, maka pernikahan dia dengan Hana pun selesai. Akan tetapi belum sempat Angkasa mendapatkan warisan itu, Hana sudah pergi meninggalkan pria itu.
Lima tahun kemudian, secara tidak sengaja Angkasa di pertemukan dengan Hana, dan juga kedua anak kembarnya. Pria itu tidak tahu kalau selama ini sang istri telah melahirkan anak kembar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
"Tuan nona Gya nekat datang kemari, dia di antar oleh orang suruhan tuan besar Lu," ucap Victor setelah mendapatkan panggilan dari orangnya yang ada di hotel tempat mereka menginap.
Angkasa menghembuskan nafas kasar, wanita itu selalu membuatnya kesal. Ekspresi wajahnya berubah menjadi serius saat mendengar nama Gya.
Gya merupakan tunangan Angkasa, mereka berdua di jodohkan oleh kakek Lu, cucu sahabatnya sendiri. Karena sampai empat tahun berlalu Hana tidak di temukan, dan kakek Lu memaksakan perjodohan.
Sampai sekarang perusahaan Lu masih atas nama kakek Lu, karena Angkasa belum menikah dan memiliki keturunan.
"Dimana dia sekarang?" tanya Angkasa dengan nada suara yang dingin.
"Di hotel tuan" jawab Victor.
Mendengar jawaban tersebut, Angkasa berjalan menuju mobilnya, "Kita temui dia sekarang"
Victor mengangguk, kemudian menyusul Angkasa masuk kedalam mobil. Perlahan pria itu melajukan mobilnya meninggalkan rumah Hana, dan menuju ke hotel.
Setelah melewati perjalanan selama dua puluh menit, mobil yang mereka tumpangi tiba di lobi hotel.
Angkasa segera keluar dari mobil, lalu melangkahkan kakinya masuk kedalam hotel. ia melihat Gya tengah duduk anggun di sofa lobi hotel. Rambutnya sengaja di gerai untuk menarik perhatian Angkasa. Namun, sayangnya sampai sekarang Angkasa tidak pernah tertarik sedikitpun dengan wanita tunangannya itu.
"Siapa yang menyuruh mu datang kemari, Gya?" tanya Angkasa dingin, dia muak melihat wajah wanita itu.
Gya tersenyum manis,"Tidak ada yang menyuruhku sayang, aku datang kesini karena merindukan mu, aku ingin menghabiskan waktu berdua dengan mu sebelum kita menikah" jawab Gya dengan suara yang mendayu-dayu
Angkasa rasanya mau muntah mendengar jawaban Gya. Wajahnya memerah berusaha menahan emosi yang mulai memuncak. Dia tidak ingin menikah dengan Gya, tetapi dia tidak memiliki pilihan lain selain menerima perjodohan itu.
"Kau sudah melihatku. Sekarang, pulanglah, Gya! Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan di kampung ini, dan tolong jangan menggangguku" kata Angkasa dengan nada dingin, berusaha sebisa mungkin untuk menjaga emosi yang sudah memuncak.
Wajah Gya memucat seketika, tatapan kecewanya terpancar jelas dari sorot matanya yang sayu. Ia tak menyangka bahwa perjalanan jauh yang ia tempuh hanya untuk bertemu Angkasa akan berakhir dengan penolakan yang begitu menyakitkan.
Bibirnya bergetar, menahan isak tangis yang hendak pecah. "Kau tahu betapa sulitnya aku datang ke sini, sayang," kata Gya dengan suara parau, berusaha meyakinkan tunangannya bahwa niatnya tulus. "Tapi kau malah mengusirku seperti ini?"
Angkasa menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri. Namun, rasa tidak sukanya terhadap Gya terlalu besar untuk ia kendalikan.
"Aku tidak ingin berbicara banyak, Gya. Aku punya banyak hal yang harus diselesaikan," ucapnya dengan suara yang semakin dingin.
Gya merasa hatinya hancur berkeping-keping, ia tak sanggup menahan air mata yang kini membasahi pipinya yang pucat. Ia menundukkan kepalanya, menutupi rasa malu dan kekecewaan yang menggelayuti hatinya, sementara Angkasa berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Gya yang terguncang dalam kesedihan.
******
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, akhirnya Hana, buah hatinya, serta Zaka tiba di Jakarta. Mereka menurunkan koper-koper mereka di depan terminal bis, kemudian melangkah keluar. Liora dan Xander menatap takjub gedung-gedung tinggi yang menjulang di kota tersebut. Mata mereka terbuka lebar, takjub dengan arsitektur yang modern dan megah. Hana tersenyum melihat antusiasme anak-anaknya.
"Kalian belum pernah melihat gedung sebesar ini, ya?" tanya Hana.
"Belum pelnah, mom.!" jawab Liora dengan penuh semangat.
"Ini keren sekali! Apa di atas gedung itu ada helikopter, mom?" tanya Xander yang masih terpesona. "Ini seperti di dunia lain, mom. Aku tak pernah membayangkan bisa melihat gedung setinggi ini," ucapnya.
Hana mengelus kepala anak-anaknya dengan lembut. "Kalian akan melihat lebih banyak lagi keajaiban di kota ini. Tapi ingat, jangan sampai kalian terlena dan melupakan kampung kelahiran kalian, ya." Liora dan Xander mengangguk penuh semangat, tak sabar untuk menjelajahi kota besar yang baru saja mereka datangi.
Zaka, yang sejak tadi diam, juga tersenyum melihat kebahagiaan kedua ponakannya itu tersebut. Mereka pun naik taksi, dan melanjutkan perjalananya menuju ke rumah peninggalan orang tua Hana.
Liora dan Xander duduk bersebelahan di dalam taksi online, mata mereka terpaku pada pemandangan di luar jendela. Kota Jakarta dengan segala gedung pencakar langitnya tampak begitu megah dan menakjubkan di mata mereka.
Tak pernah sekalipun Hana, mengajak mereka pergi jalan-jalan atau sekadar keluar kota. Kini, mereka merasa seperti mengeksplorasi dunia baru yang penuh keajaiban. Bukan hanya gedung-gedung yang mengundang decak kagum dari Liora dan Xander, melainkan juga deretan mobil mewah yang melintas di jalan raya.
Xander, terlihat takjub dengan mobil-mobil yang baginya terlihat seperti mainan raksasa. Matanya berbinar, tak henti mengikuti setiap mobil yang melintas di depan mereka.
"Liora, lihat itu! Mobilnya sangat keren. Seperti mainanku di rumah" seru Xander, seraya menunjuk pada sebuah mobil sport berwarna merah yang sedang melaju kencang.
"Iya, mobilnya cangat bagus, kalau cudah becal beli lah kau mobil itu, bial kelen cepelti pembalap" sahut Liora yang di angguki oleh Xander.
Hana tersenyum sambil mengusap kepala buah hatinya secara bergantian, ia merasa bersalah karena tidak pernah mengajak putra putrinya jalan-jalan melihat dunia luar.
"Besok kita jalan-jalan, mommy akan mengajak kalian pergi ke Seaworld melihat ikan-ikan," ucap Hana dengan penuh semangat.
Xander dan Liora menoleh secara bersamaan mendengar ucapan mommy mereka. Mata mereka berbinar, penuh antusiasme.
"Benalkah, Mom?" tanya Liora dengan wajah berbinar.
"Iya," jawab Hana sambil menganggukkan kepalanya, mengonfirmasi rencana besok.
Seketika Xander dan Liora bersorak, membuat suasana di dalam taksi begitu heboh. Kedua anak itu melompat-lompat di tempat duduk mereka, tak sabar untuk segera melihat ikan-ikan besar di Seaworld.
Sesekali sopir taksi tersenyum melihat tingkah kedua anak itu, merasa terhibur dengan keceriaan mereka.
"Hole... kita jalan-jalan! Liola mau lihat ikan Paus yang cangat becal," ucap Liora sambil merentangkan kedua tangannya seolah menunjukkan betapa besarnya ikan Paus yang ingin dilihatnya.
Xander pun ikut menimpali, "Aku juga mau lihat hiu, Mom.!"
Hana menatap kedua anaknya dengan penuh kasih sayang, merasa bahagia bisa memberikan kebahagiaan untuk mereka.
"Kalian, tidak ada yang ingin melihat buaya? Buaya suaranya bagus lho" ucap Zaka.
Xander mengerutkan keningnya, dia tidak tahu suara Buaya seperti apa.
"Memangnya suara Buaya bagaimana om" tanya Xander ingin tahu.
"Kalau aku chat, ada yang malah tidak" cletuk Liora.
Membuat Hana, Zaka, dan sopir tertawa terbahak-bahak. Kecuali Xander yang tidak mengerti dengan jawaban sang adik.
Ngakak aku dari tadi... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣