Cinta Big Bos

Semua orang berkumpul di halaman yang telah di hias dengan bunga berwarna warni, di ujung depan tampak sebuah pelaminan dari bunga-bunga dan ornamen kayu. Sangat indah dan asri. Bertemakan garden party.

Dikursi depan telah duduk Tuan Regis dengan setelan tuxedo yang tidak kalah mewahnya. Membuat pria paruh baya itu semakin terlihat berwibawa dan tampan.

Disebelahnya berdiri seorang laki-laki berwajah imut dan hangat, mengenakan tuxedo juga namun kali ini sedikit lebih bersinar.

Diseberang kursi yang lain ada sekertaris Yuri yang terlihat rapi mengenakan setelan jas berwarna hitam.

Dan penyihir Vi yang mengenakan gaun berwarna hitam dengan pundak terbuka, baginya hari ini adalah hari berkabung yang harus dia hadiri, jadi dia memilih untuk mengenakan gaun hitam.

Pesta pernikahan itu hanya dihadiri segelintir orang. Terdiri dari kalangan elite dan pejabat pemerintahan. Bahkan para perdana menteri pun menghadiri acara ini.

Rai memasuki halaman di iringi dengan pak Handoko dibelakangnya. Matanya berkeliling mencari dimana Ruby, seperti paham siapa yang dimaksud, pak Handoko memberi tahu bahwa nona Ruby sedang bersiap-siap.

Rai berjalan menuju meja tempat ayahnya dan Ken berada. Tak lama pelayan memberikan pemberitahuan bahwa pengantin wanita akan memasuki halaman.

Semua mata memandang ke arah yang dituju menunggu pengantin wanita. Terlihat dua pelayan berjalan di depan dan disusul dengan pengantin wanita.

Gaun pernikahan yang sederhana, berwarna putih dengan potongan bahu miring, membuat salah satu bahu Ruby terlihat, gaun itu hanya sampai batas lutut dengan renda bersulamkan manik-manik indah. Rambut yang di sanggul rendah dan dihiasi mahkota itu membuatnya seperti ratu kerajaan. Ruby terlihat sangat cantik.

“ Ah dia persis ibu mu saat kita menikah dulu, bahkan gaun pengantin itu masih sama seperti belum pernah dipakai sebelumnya “ ucap Regis lirih kepada Rai.

Rai hanya terdiam melihat Ruby, wajahnya bersemu merah.

Ah aku gugup sekali, bagaimana kalau aku membuat kesalahan lalu Klan menjadi malu, pasti aku akan di habisi, pikir Ruby.

Dirinya teringat tentang telfon tadi pagi dari seorang dokter di rumah sakit yang menangani ayahnya.

“ Nona ayah anda dalam keadaan koma dan sekarang hanya mampu bertahan karena alat kesehatan yang ada dirumah sakit ini, kami telah memasukkan beliau kedalam urutan pertama daftar tunggu penerima transplantasi jantung, tapi untuk saat ini hidupnya bergantung pada alat kesehatan “ terang dokter di ujung telfon. Setelah penjelasan yang panjang dokter menutup telfon.

Ruby menyerahkan ponsel itu kepada sekertaris Yuri, dan sekertaris Yuri menjelaskan tugasnya sebagai seorang istri tuan muda, dan berharap kedepannya Ruby tidak melakukan kesalahan yang akan membuat tuan muda malu atau marah, karena nyawa ayahnya tergantung perilaku Ruby.

Ruby berjalan perlahan demi menghindari kesalahan, berjalan dengan dada tegap dan wajah penuh senyum.

Aku belum pernah pakai high heels sekalipun, bagaimana ini kalau aku terjatuh. Pikir Ruby, dia semakin mengeratkan cengkraman karangan bunga yang dibawanya.

Saat sampai di tempat Rai tangannya disambut oleh Tuan Regis, dan mereka duduk dikursi di ikuti semua orang yang juga duduk di kursi masing – masing.

Rai berjalan menuju altar pelaminan, kemudian sekertaris Yuri memberikan sebuah microfon kepadanya.

“ Selamat datang para tamu, baiklah saya tidak akan berbasa basi lagi. Hari ini saya Rai J Loyard telah memutuskan untuk menikahi seorang gadis bernama Ruby Kertia. Dan kepada semua yang hadir disini saya harap bisa menjaga kerahasiaan pernikahan hari ini, kalian akan tau sendiri bagaimana kalau sampai berita ini bocor. Terima kasih “ ucapnya dengan penekanan dibagian akhir kalimat.

Ini bukan pernikahan, ini pemakaman ku, lihat semua berpakaian hitam seperti sedang menghadiri pemakaman. Tinggal menyiapkan peti dan aku tertidur di dalamnya, pikir Ruby.

Acara selanjutnya mereka semua saling mengobrol santai dan terlihat mengelilingi Rai.

Ruby tidak mengenal satupun dari orang-orang tersebut, jadi dia memutuskan untuk pergi ke sisi lain dari halaman.

Terlihat di tengah halaman ada sebuah kolam dengan air mancur yang indah, dia berjalan mendekati kolam itu dan duduk di sebuah bangku kayu yang panjang.

Dia menarik nafas dalam, seperti melepaskan beban yang sedari tadi di tanggungnya. Dia memandang kakinya yang lecet karena sepatu berhak tinggi itu, sepatu itu kekecilan dan membuat kakinya lecet. Tapi bagaimana lagi Rai memaksa dia harus memakai sepatu itu meskipun kakinya harus berdarah.

Ruby melepaskan sepatu itu dan menaruhnya disebelah tempatnya duduk. Kakinya yang putih sekarang sudah melepuh karena tergores sepatu itu, nyeri dan perih.

“ Hei “ sapa suara dibelakang Ruby. Mengejutkannya dari lamunannya.

Dia menoleh memeriksa asal suara, ternyata Ken.

“ Ada apa kakak ipar ? Apa kau kecewa pestanya kurang meriah ? “ tanya nya karena melihat Ruby murung.

“ Cih “ balas Ruby.

“ Kau pikir aku sebodoh itu sampai tidak bisa membedakan mana pesta pernikahan dan pengarahan untuk karyawan “ lanjut Ruby.

“ Hmm ? “ Ken tidak mengerti maksud Ruby, alisnya berkerut.

“ Kau tidak dengar dia mengancam seluruh tamu undangan yang hadir agar menutup mulut mereka, seperti memberitahukan peraturan perusahaan kepada para pekerjanya “

“ Ei ayolah, kakak ku tidak seburuk itu, dia hanya... “ Ken memikirkan apa kata yang tepat untuk menggambarkan kakaknya.

“ Buruk sedikit hehehe “ lanjutnya karena tidak menemukan kata yang tepat.

“ Tapi percayalah ini semua kami lakukan demi melindungi mu, kau tau media sosial bisa menjadi sangat kejam. Kakak ku bukan hanya seseorang yang berpengaruh, tapi juga menjadi pria idaman setiap wanita, bayangkan saja kalau wanita-wanita itu tau kakak ku menikah denganmu, kira-kira apa yang akan terjadi padamu ? “ jelas Ken.

“ Kau benar juga, media bisa jadi sangat mengerikan bagi sebagian orang “. Ruby bergidik ngeri membayangkan para wanita itu akan mulai mencari tau tentangnya untuk menjatuhkannya, dia benci menjadi pusat perhatian. Karena sekecil apapun kesalahannya dia tidak akan lepas dari bullying.

“ Haaah setidaknya masih ada kau disini “ jawab Ruby sambil menghela nafas.

“ Apakah kau butuh pelukan ? “ Ken mulai menggodanya yang sedang sedih dengan melebarkan dua tanganya.

“ Hei kau pikir aku perempuan murahan ! “ kata Ruby dengan berkacak pinggang dan ekspresi marah.

“ Tepukan bahu saja hehehe “ lanjutnya dengan tertawa kecil.

Dan mereka pun tertawa bersama, Ken tau Ruby hanya bercanda. Di kejauhan Rai melihat adegan dimana Ken menepuk bahu Ruby dan mereka tertawa bersama, membuat emosinya naik. Dia mengepalkan tangannya menahan marah.