George Zionathan. Pria muda yang berusia 27 tahun itu, di kenal sebagai pemuda lemah, cacat dan tidak berguna.
Namun siapa sangka jika orang yang mereka anggap tidak berguna itu adalah ketua salah satu organisasi terbesar di New York. Black wolf adalah nama klan George, dia menjalani dua peran sekaligus, menjadi ketua klan dan CEO di perusahaan Ayahnya.
George menutup diri dan tidak ingin melakukan kencan buta yang sering kali Arsen siapkan. Alasannya George sudah memiliki gadis yang di cintai.
Hidup dalam penyesalan memanglah tidak mudah, George pernah membuat seseorang gadis masuk ke Rumah Sakit Jiwa hanya untuk memenuhi permintaan Nayara, gadis yang dia cintai.
Nafla Alexandria, 20 tahun. Putri Sah dari keluarga Alexandria. Setelah keluar dari Rumah Sakit Jiwa di paksa menjadi pengganti kakaknya menikah dengan putra sulung Arsen Zionathan.
George tetap menikahi Nafla meskipun tahu wanita itu gila, dia hanya ingin menebus kesalahannya di masalalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 IGTG
Brakkk
“Aku tidak mau di jodohkan dengan pria lumpuh Dad, Apa Daddy ingin aku hidup menderita seumur hidup karena menikahi pria lumpuh?" Teriak Naraya, wanita muda berusia 21 Tahun. Yang kini tengah berada di ruang makan bersama keluarganya, dengan geram mengebrak meja kala mendengar sang Ayah mengatakan dirinya akan dijodohkan dengan putra sulung Arsen Zionathan.
Sementara pria tua yang tak lain adalah Jaco Alexandria, Ayah Naraya. Menarik nafas dalam-dalam dan menjawab dengan tenang.
“Bukannya kau sangat menyukai Tuan George? kalian sudah lama dekat, bahkan dia rela melakukan apapun untukmu, meskipun lumpuh tetapi dia berasal dari keluarga kaya dan hidupmu akan terjamin, Naraya." Ucapnya.
“Aku tetap tidak mau!! Apa kata orang-orang nanti, aku menikah dengan pria lumpuh dan cacat di wajahnya, dia juga tidak bisa memberikan keturunan." Tolak Naraya.
Rumor yang beredar juga mengatakan jika putra sulung Arsen itu tidak memiliki kemampuan di ranjang, lumpuh segalanya. meskipun memiliki kekayaan, itu tidak akan membuat wanita puas.
“Tetapi Tuan Arsen sendiri yang datang melamarmu, Daddy tidak... "
“Aku tetap tidak mau, kenapa harus aku yang Daddy korbankan, kenapa tidak si Gila itu saja!" Selanya wajahnya merah padam, dia memang dekat dengan George sejak remaja, tetapi tidak ada niat untuk menikah dengannya.
Apapun yang di inginkan selalu di turuti oleh pria itu, termasuk membuat salah satu putri Alexandria masuk rumah sakit jiwa.
Tuan Jaco menghela nafas panjang, dia juga tidak tega membiarkan putri kesayangannya menderita bersama pria lumpuh.
“Aku akan menemui George."
“Naraya!! mau atau tidak mau kau harus menerimanya, kau jangan melupakan sesuatu jika keluarga kita tidak bisa menyinggung Tuan Arsen, atau kau ingin mati sia-sia!!" Naraya menghentikan langkahnya.
“Aku tetap tidak mau, ganti saja dengan Nafla, dia juga putrimu."
Tuan Jaco hanya menggelengkan kepalanya, dia terlalu memanjakan Naraya sehingga membuat anak itu semena-mena.
Sedangkan di sisi lain, George baru saja membuka matanya. Tetapi dia sudah berada di tempat lain.
“Tuan, Anda sudah bangun?" Max mendekati Tuannya dan memberikan satu gelas air.
George menerimanya dan meminumnya sampai tandas. “Di mana gadis itu?" Tanyanya.
Max meletakan kembali gelas kosong di atas meja.
“Maaf Tuan, kami kehilangan tidak bisa menangkapnya, tetapi Anda tidak perlu khawatir, salah satu anak buah kita sudah menemukan keberadaannya." Jawab Max, ketika dia ingin menangkapnya, gadis itu bak belut yang begitu licin.
“Di mana dan siapa dia?" Tanya nya.
Max tidak langsung menjawab, wajahnya tampak ragu untuk mengatakan, sampai akhirnya George menatapnya tajam.
“Max, telingamu masih berfungsi?"
Max mengangguk pelan. “Gadis itu putri bungsu Tuan Jaco, Nafla Alexandria, yang beberapa tahun lalu Anda masukkan ke Rumah Sakit Jiwa atas permintaan Nona Naraya." Hanya dengan satu kali tarikan nafas Max menyelesaikan kalimatnya.
Mata George semakin melebar sempurna. “Nafla Alexandria?" Gumamnya, pantas saja dia tidak asing dengan nama itu, tetapi untuk wajahnya memang sejak dulu dia belum pernah melihatnya, wajar saja jika tidak mengenalinya.
George menggelengkan kepalanya, terkekeh pelan, dunia terasa sempit, dia meniduri wanita gila yang begitu di benci oleh Naraya, gadis yang di cintainya.
George memejamkan matanya, bayangan kenikmatan itu kembali berputar, bagaimana bisa orang gila membuatnya terbuai dalam gairah, sebenarnya siapa yang gila? dirinya atau gadis itu?
Malam harinya Arsen datang menemui putra sulungnya, duduk bersama di ruang keluarga, seperti biasanya George tidak lepas dari buku tebal yang selalu berada di pangkuannya.
“Daddy sudah menemui Tuan Jaco, melamar putrinya untukmu, bagaimana apa kau senang?"
Beberapa kali Arsen membuat kencan buta untuk putranya, namun selalu saja George menghindar.
George menoleh, dia tidak langsung menjawab, seharusnya dia senang karena akan menikahi gadis yang selama ini di cintainya.
Namun, bayangan gadis gila itu terus berputar di kepalanya. “Dad, bukannya Tuan Jaco memiliki putri lain dari pernikahan pertamanya?"
Istri pertama yang di akui oleh keluarga besar Alexandria.
Arsen mengangguk pelan. “Hmm, gadis yang kau masukkan ke Rumah Sakit Jiwa." Celetuknya, membuat George melebarkan matanya.
Arsen terkekeh pelan. “Kau bisa menyembunyikan apapun dari orang lain, tetapi tidak pada Daddy mu." Lanjut Arsen.
Apa yang tidak Arsen ketahui tentang putra kesayangannya, hanya saja Arsen tidak banyak bicara, selama itu masih di batas kewajaran.
“Aku ingin menikahinya."
Hening, bahkan pergerakan tangan Arsen mengambang di udara, seakan dunia memang berhenti. Sampai beberapa detik kemudian.
“Max, kemarilah, kamu mendengar apa yang dia katakan barusan?" Arsen melambaikan tangannya meminta Max untuk mendekat.
Pria itu tetap berdiri di tempatnya, hanya sedikit membungkuk, menunjukkan rasa hormatnya pada Arsen. “Saya mendengarnya, Tuan."
Arsen menggeleng. “George, jangan bercanda, kau mau menikahi gadis gila? Lalu bagaimana dengan Naraya? bukannya kamu mencintainya?"
“Aku memang mencintainya, lalu apakah dia juga mencintaiku? aku rasa tidak." Ujar George santai.
“Astaga!! George, apa yang harus Daddy katakan pada Tuan Jaco, dia pasti akan.. "
“Aku serahkan semuanya pada Daddy."
“Kau!!"
“Max, antar Daddy ku pulang, jangan sampai Felix kerepotan karena darah tingginya semakin naik."
Max mendekat, “Mari Tuan, saya antar Anda pulang." Terpaksa Arsen bangkit dari duduknya, usianya sudah tidak muda lagi. Rencana hanya tinggal rencana, kenyataannya kedua putranya memiliki jalannya masing-masing. Tidak bisa di atur seperti dulu lagi.
Setelah Max pergi mengantarkan Arsen, sosok hitam keluar dari balik tembok.
“Tuan, Anda memanggil saya?" Tanya seseorang dengan wajah yang tertutup topeng.
George menggoyangkan gelasnya yang bersisi minuman, lalu menyesapnya perlahan.
“Sepertinya, aku melewatkan sesuatu, kau cari tau tanpa ada yang terlewatkan." Titahnya sembari menyodorkan satu lembar kertas, yang bertuliskan nama.
Naraya Alexandria dan Nafla Alexandria.
***
Di dalam kamar yang gelap dan berantakan, gadis cantik dengan dress lusuh itu duduk di ranjang. Rambut berantakan, dengan beberapa luka memar di tubuhnya.
Selayaknya orang gila pada umumnya, dia tertawa, menangis dan bicara sendiri. Enam tahun lamanya dia berada di Rumah Sakit Jiwa, tentu saja membuat mentalnya benar-benar terganggu.
Baru dua hari yang lalu Tuan Jaco sengaja membawanya pulang dan kemarin pagi kabur sampai membuat semua keluarga kesusahan mencarinya.
Brakkk
Pintu kamar terbuka dengan kasar, membuatnya tersentak, Nafla menoleh dengan wajah yang ketakutan.
“Nafla, kau mau ini?" Naraya, wanita muda itu menawarkan lolipop. Mata indah Nafla berbinar dan mengangguk pelan.
“Kalau begitu kau harus mendengarkan apa yang aku katakan, kemarilah." Nafla turun dari ranjang dan mendekati Naraya.
Entah apa yang di bisikan oleh Naraya, Nafla mengangguk senang. lalu mengambil lolipop yang sengaja Naraya jatuhkan dan menginjaknya.
gk pnts jd ank
puas kau... kau tendag perut ny brkali"... laki kau...
tlg psh kn merk
kalau aku jadi nafia aku si ogah balik lagi ke orang yg plin plan
ud aq tebak dy gk gila cp" kau nara