•Sinopsis
Bagaimana jika dua insan yang tak saling kenal di satukan dalam sebuah ikatan pernikahan?
Keduanya hanya beberapa kali bertemu di acara-acara tertentu. Dan pada akhirnya mereka harus terbiasa bersama tanpa adanya sebuah rasa.
Tak terbersit di benak mereka, bahwa keduanya akan terikat oleh sebuah janji suci yang di ucapkan sang pria di depan para saksi.
Akankah keduanya bertahan hingga akhir? Atau malah berhenti di tengah jalan karena rasa cinta yang tak kunjung hadir?
Penasaran sama endingnya? Yuk ikutin ceritanya!..
Happy reading :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yp_22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Pertemuan
"Nanti malam kita akan melakukan dinner dengan keluarga Michael dan membahas tentang pertunangan kalian" beri tahu Amora lagi.
Seketika air susu yang belum mencapai tenggorokannya menyembur keluar dan membasahi wajah Amora yang tepat berada di depan Viona.
Amora memejamkan matanya erat tanpa mengubah posisinya.
Viona dengan panik menarik tisu yang ada di dekatnya dan membersihkan wajah Amora yang terkena semburan susu dari mulutnya.
"Duh.. maaf mah Vio gak sengaja" ucapnya panik.
"Kamu ini ! Sini biar mamah aja yang bersihin" ujar Amora kesal.
"Main sembur-sembur aja muka mamah, gak tau apa kalo mamah abis perawatan! Mana pake susu lagi.. kan lengket muka mamah Vio" gerutu Amora menahan kekesalan.
"Lagian mamah juga.. kenapa ngagetin Vio? Vio kan jadi keselek" Ujar Viona kembali menyalahkan Amora.
"Heh! Dimana-mana kalo keselek itu makanan atau minuman yang ada di mulut masuk ke tenggorokan secara tiba-tiba, bukannya malah nyembur keluar" kesal Amora.
"Hhee iya deh iya maaf, kan gak sengaja" ujar Viona.
Amora hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
"Lagian kenapa sih harus malam ini? Cepet banget bahas pertunangannya" keluh Viona.
"Kan biar cepet proses nikahnya, kalo kalian udah tunangan satu atau dua bulan lagi kalian bisa langsung akad, dan kamu punya suami" jawab Amora semangat.
"Ini sebenernya yang mau nikah aku atau mamah, kok mamah yang semangat si?" Tanya Viona heran.
"Ya kamu lah.. masa mamah nikah lagi? Mamah kan udah punya papah kamu yang cinta sama mamah, buat apa mamah nikah lagi? Mamah semangat karena mamah bakal punya menantu yang ganteng.. sopan.. seorang CEO lagi" jawab Amora enteng.
"Aku aja yang mau di jodohin sama dia ogah sebenernya, kalo gak inget sama kakek mana mau aku nikah sama om-om" Viona kembali mnegeluh.
"Hush.. gak boleh gitu, gimanapun juga orang yang kamu sebut om-om itu bakal jadi suami kamu" tegur Amora.
Viona hanya diam mendengar teguran dari ibunya itu.
"Sana ke atas, mandi" titah Amora.
"Oh iya, baju kamu udah mamah siapin. Nanti malam kamu tinggal dandan yang cantik gak perlu bingung mikirin baju yang mau kamu pakek" ujar Amora memberi tahu.
"Iya mah. Viona ke atas dulu, mau mandi terus nonton Drakor sampe sore" pamit Viona sambil berjalan menuju lantai atas.
"Nonton nya jangan sampe lupa makan dan solat Vi.." peringat Amora.
Viona hanya mengacungkan jari jempolnya ke atas tanpa membalikkan badannya.
\=°°°•°°°\=
Tak terasa waktu terus bergulir begitu cepat. Kini di depan meja rias, Viona tengah menata rambutnya dengan rapi dan mencocokan model rambutnya dengan baju yang ia kenakan.
Yah.. kini ia sedang bersiap untuk menghadiri pertemuan dua keluarga. Yaitu kelurganya dan keluarga Michael untuk membahas perihal pertunangan.
Setelah selesai dengan urusan rambutnya, ia memandang dirinya dengan tatapan kagumnya pada dirinya sendiri.
Tubuhnya yang molek bak model internasional, kini memakai dres tanpa lengan berwarna hitam yang sangat kontras dengan kulit putihnya. Wajahnya yang memang sudah cantik alami di polesi sedikit makeup tipis-tipis agar terlihat lebih fresh. Rambutnya di cepol dengan rapi dengan beberapa helai rambut yang menjuntai di bagian kiri dan kanan sehingga menambah kesan imut namun elegan secara bersamaan. Jangan lupakan sepatu hak tingginya dengan warna senada dengan dres yang di kenakan nya.
Untuk menyempurnakan penampilan nya, Viona memasangkan sebuah liontin indah dengan sebuah berlian murni berwarna merah yang sangat indah terpasang pada leher jenjangnya. Jangan lupakan anting yang senada dengan liontin yang di kenakan nya, menambah kesan elegan menguar kuat dalam dirinya.
Tok.. Tok.. Tok..
"Viona sayang.. udah siap belum? Papah udah nungguin di bawah" ucap Amora dari balik pintu.
"Bentar mah, Vio ngambil tas dulu!" Teriak Viona membalas.
"Ya udah, mamah kebawah duluan ya" pamit Amora.
Amora kembali ke bawah menghampiri suaminya di ruang tamu yang menghadap langsung ke pintu monsion.
Viona segera berjalan ke arah rak tas nya, dan mengambil satu koleksi tas jinjing berwarna hitam berkilau.
Ia memasukkan handphone nya ke dalam tas kecil tersebut lalu berlalu keluar dari kamar menuju lantai satu di mana orang tuanya menunggu dirinya.
"Waduh.. anak papah kok cantik banget sih? Gimana gaya kita pas bikin nya ya mah? Kok bisa hasilnya jadi secantik ini?" Goda sang papah saat melihat anaknya berjalan elegan melewati tangga hendak menghampiri nya.
"Iya yah pah, kalo cantik begini sih.. bisa-bisa Michael gak bisa ngedip liat anak kita pah" Amora ikut menggoda sang putri semata wayangnya.
"Apaan sih.. Viona gak secantik itu kali, gak usah berlebihan" elak Viona dengan wajahnya yang merona malu dengan senyuman yang ia tahan.
"Kita gak berlebihan sayang, emang pesona kamu aja yang bisa nyaingin model profesional. Iya gak pah?" Ucap Amora sambil menyenggol lengan Alexander yang berdiri di sampingnya.
"Bener banget mah" balas Alexander meladeni.
"Udah ah.. jangan godain aku terus." Rengek Viona yang merasa sudah tak tahan dengan godaan orangtuanya.
Alexander dan Amora terkekeh mendengar rengekan putrinya.
"Ya udah, kita berangkat aja yuk. Keburu telat entar kasian keluarga Michael kalo harus nunggu lama" ajak Alexander sembari menggandeng lengan Amora dan Viona sehingga ia berjalan di himpit oleh dua bidadari cantik yang berperan penting dalam kehidupan nya.
Ketiganya memasuki mobil mewah yang sudah terparkir tepat di depan pintu masuk. Mereka sengaja tidak membawa sopir karena ingin menikmati kebersamaan mereka.
Alexander duduk di kursi kemudi dengan Amora yang duduk di kursi penumpang di sebelahnya. Dan Viona duduk sendiri di belakang.
Mobil yang di kendarai keluarga Alexander melesat membelah jalanan yang padat. Hingga akhirnya mobil tersebut berhenti tepat di depan restoran terkenal di pusat kota.
Jantung Viona rasanya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya saat mobil berhenti.
Rasanya ia enggan melangkahkan kakinya memasuki restoran dan membahas soal pertunangannya.
"Viona ayo, kok malah bengong. Keluarga Michael udah nungguin kita loh" ucap Amora menegur Viona yang malah melamun di dalam mobil.
Dengan langkah yang berat, Viona keluar dari mobil menghampiri orang tuanya lalu berjalan beriringan menuju sebuah ruangan VVIP yang sudah di pesan oleh keluarga Schumacher untuk acara makan malam bersama keluarga Alexander.
"Dengan Tuan Alexander dan keluarga?".
Begitu ketiganya melewati pintu masuk, ternyata mereka sudah di sambut oleh seorang pelayan.
Alexander hanya mengangguk untuk membalas pertanyaan dari pelayanan tersebut.
Pelayan tersebut tersenyum ramah. "Mari Tuan.. Nyonya.. saya antar ke ruangan yang sudah di pesan oleh Tuan Schumacher"
Pelayan tersebut berjalan paling depan untuk memimpin jalan menuju lantai empat dimana keluarga Schumacher berada.
Sesampainya di depan sebuah pintu, pelayan tersebut membukakan pintu tersebut dan mempersilahkan keluarga Alexander untuk masuk, dan kembali menutup pintu setelah keluarga Alexander masuk ke dalam ruangan VVIP yang di dalamnya sudah ada keluarga Schumacher yang menunggu mereka.
"Selamat malam, maaf membuat kalian menunggu lama" ucap Alexander menyapa.
Michael mengangkat pandangannya saat mendengar suara Alexander, seketika pandangan nya terkunci pada sosok gadis yang berdiri tepat dihadapannya. Ia sempat tertegun melihat penampilan Viona pada malam ini yang tampak simple namun elegan.
"Selamat malam kembali Alex, ouh.. tak apa, kita juga belum lama disini" jawab Schumacher sembari menyalimi Alexander ala-ala pria.
Michael tersadar dan ikut bangkit seperti yang lain untuk menyalami keluarga Alexander.
"Syukurlah jika begitu" ujar Alexander.
Viona ikut menyalami keluarga Schumacher.
"Wah ini pasti Viona ya" tebak Klara yang tak lain dan tak bukan adalah ibu dari Michael.
"Iya Tante" Viona tersenyum dan mengangguk menanggapi Klara.
"Kamu cantik banget sih sayang.." puji Klara.
Viona hanya tersenyum canggung mendengar pujian dari Klara.
"Oh ya.. mari duduk semuanya" ajak Schumacher.
Semua yang ada di ruangan duduk di kursi yang telah di sediakan. Tak lama datang pelayan yang menghidangkan segala jenis makanan dan minuman di meja mereka.
"Sepertinya ada yang kurang, dimana Marcel dan istrinya?" Tanya Amora saat menyadari anak sulung dan menantunya tidak ada dalam ruangan.
"Marcel dan istrinya sedang perjalanan bisnis di luar kota, jadi mereka tak bisa menghadiri acara adiknya." Jawab Schumacher.
"Oh pantas saja" ujar Amora.
"Sebelum kita membahas tujuan kita melakukan dinner, sebaiknya kita makan malam terlebih dulu, apalagi perut saya sudah berbunyi sedari tadi" ujar Schumacher di iringi senyuman lebar.
"Baiklah ayo,saya juga sudah lapar" balas Alexander menyetujui.
Acara makan pun terjadi dengan lancar tanpa adanya obrolan yang berlangsung.
Schumacher menarik napas sebelum kembali memulai obrolan.
"Jadi bagaimana, Viona dan Michael sama-sama sudah menerima perjodohan ini, kapan acara pertunangan nya di selenggarakan?" Tanya Schumacher.
"Lebih cepat lebih baik" ujar Alexander.
"Bagaimana kalau minggu depan saja" usul Klara.
"Emm.. maaf menyela sebelumnya, saya ijin berbicara berdua dengan om Mic sebentar boleh?" Ujar Viona menyela.
"Oh tentu saja sayang" jawab Klara.
Viona melirik ke arah Michael dan dibalas anggukan oleh Michael.
Viona bangkit dari duduknya dan berjalan mendahului Michael menuju taman yang di sediakan pihak resto. Michael bangkit dan berpamitan untuk menyusul Viona.
Sesampainya di taman, Michael melihat Viona yang duduk melamun di kursi taman. Michael berjalan mendekati Viona dan duduk tepat di sebelah Viona.
Keduanya terdiam dalam kurun waktu beberapa menit, hingga akhirnya Michael mencoba untuk memulai obrolan.
"Ada apa? Kenapa mengajak saya bicara?" Tanya Michael tanpa melihat ke arah Viona.
Viona menoleh ke arah Michael yang duduk di sebelahnya. Ia terdiam sesaat sebelum akhirnya kembali memalingkan wajahnya menatap lurus ke depan.
"Gue cuma mau ngajuin perjanjian pernikahan sama Om" ujar Viona lirih.
Michael mengangkat sebelah alisnya tanda tak mengerti.
"Perjanjian apa maksud kamu?, kita bukan menikah kontrak seperti yang di film-film, jadi untuk apa ada sebuah perjanjian pernikahan?" Tanya Michael sedikit protes.
Viona menyunggingkan senyum tipis tanpa melirik Michael yang kini menatapnya
dengan tatapan protes.
Bodo amat dengan protesan pria di sampingnya, yang pasti ia akan tetap mengajukan perjanjian tersebut untuk menjamin kehidupannya kedepannya nanti.