NovelToon NovelToon
Balas Dendam Istri Yang Dikhianati

Balas Dendam Istri Yang Dikhianati

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas dendam pengganti
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Fazilla Shanum

Aira memergoki suaminya selingkuh dengan alasan yang membuat Aira sesak.
Irwan, suaminya selingkuh hanya karena bosan dan tidak mau mempunyai istri gendut sepertinya.

akankah Aira bertahan bersama Irwan atau bangkit dan membalas semuanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fazilla Shanum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malam yang Sama, Dua Takdir Berbeda

"Wah parah lo emang, awas aja kalau si Lisa malah hamil dan minta tanggung jawab. Kayak cewek-cewek di sinetron itu," ucap Bian lagi.

"Nggak bakalan lah, gue udah pastikan. Nanti kalau perusahaan udah resmi jadi milik gue, baru deh gue buang si Aira dan nikahi Lisa," sahut Irwan.

Bian dan juga Arfin hanya saling berpandangan.

"Ya semoga aja tujuan lo itu benar-benar tercapai ya, Wan," kata Bian.

"Pasti. Tinggal nunggu waktunya aja," jawab Irwan dengan percaya diri.

Irwan pun segera menepuk tangannya dan memanggil waiters. Tak lama waiters pun datang dengan membawa buku menu.

"Mau pesan apa, kak?" tanya waiters.

Irwan dan kedua temannya segera menyebutkan pesanan mereka.

"Baik kak, di tunggu sebentar ya, kak," ucap waiters itu sebelum akhirnya pergi meninggalkan Irwan dan juga kedua temannya.

"Wan, emang lo nggak pernah kasih Aira uang belanja? Sampai dia nggak bisa ngerawat diri begitu?" tanya Arfin yang kembali kepikiran pada Aira.

"Ya di kasihlah, tapi nggak banyak paling cuma cukup buat makan doang. Ngapain juga di kasih banyak-banyak, nanti dia boros lagi. Udahlah, gue bosen bahas si gendut itu. Nanti selera makan gue hilang kalau terus bahas tuh orang," kata Irwan.

Bian dan juga Arfin pun sama-sama terdiam. Hingga akhirnya pesanan mereka pun datang dan langsung makan malam bersama.

"Kasian si Aira malah harus dapat suami kayak si Irwan. Semoga nanti Aira bisa sadar dan bisa merebut segalanya lagi dari Irwan!" batin Arfin.

Dulu, ia pernah menyukai Aira karena Aira memang sangat cantik. Tapi semuanya langsung patah hati ketika Aira memutuskan untuk menikah dengan Irwan.

Setelah selesai makan, tiba-tiba ponsel Irwan berdering. Irwan s gera mengangkatnya, melihat nama Mamanya yang menelponnya.

"Ya, halo Ma?" tanya Irwan.

"Irwan, besok ada acara di rumah Mamah, kamu kirimin Mamah uang ya, sekalian ajakin sekretaris kamu yang cantik itu. Mamah malu kalau harus ngenalin si Aira yang gendut dan jelek itu sama teman-teman Mamah," ucap Bu Dewi.

"Jam berapa acaranya, Ma?" tanya Irwan.

"Sore sih, kayaknya sekitar jam 3an lah. Kalau bisa kamu izin pulang cepet aja, kalau agak telat sih nggak apa-apa juga. Mamah ngerti kalau kamu sibuk," jawab Bu Dewi.

"Baiklah, aku transfer sekarang juga Mah," sahut Irwan yang sama sekali tidak keberatan.

"Makasih ya Nak, kamu memang anak yang bisa di andalkan," kata Bu Dewi dengan senang.

"Iya, Mah. Aku tutup dulu teleponnya."

Klik. Panggilan pun berakhir.

"Nyokap lo, Wan?" tanya Bian.

"Iya. Biasalah ibu-ibu mau bikin arisan di rumah," kata Irwan.

Bian manggut-manggut saja mendengar ucapan Irwan.

"Sorry ya, gue pamit duluan," pamit Irwan.

"Thanks ya buat traktirannya," ucap Bian dan Arfin bersamaan.

"Iya santai aja. Gue juga seneng bisa traktir kalian." Irwan segera beranjak dari duduknya dan segera pergi meninggalkan restoran.

"Enak banget ya hidupnya si Irwan!" kata Bian.

"Apanya coba yang enak? Nanti kalau udah dapat karma tuh parah! Gue yakin kalau takdir nggak akan diem aja!" jawab Arfin.

"Wah parah lo, malah ngomong kayak gitu sama sahabat sendiri."

"Kalo adik lo yang ada di posisi si Aira gimana? Gue hanya kasian aja sama Aira. Kalau Irwan udah nggak mau, lebih baik kan cerai aja agar nggak nyiksa batinnya juga," ucap Arfin.

"Bener sih. Tapi, kalau cerai sekarang, Irwan yang rugi. Secara si Irwan kan numpang di perusahaan Aira. Ah, pusing juga gue mikirin masalah hidup mereka yang nggak ada ujungnya itu," kata Bian.

"Selebihnya ajalah kita komentar karena menghargai kita yang masih bersahabat baik, jangan lo ngomong yang macem-macem."

"Iya, Arfin," jawab Bian.

"Yaudah yuk cabut!" ajak Arfin.

Bian dan Arfin akhirnya beranjak dari duduknya dan segera melangkahkan kakinya ke arah parkiran.

*****

Lisa sudah berdandan dengan sangat cantik di apartemennya.

"Mas Irwan kemana ya kok belum sampai juga?" tanya Lisa bicara sendiri.

Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu

"Sepertinya itu Mas Irwan."

Lisa buru-buru berdiri, ia bercermin lebih dulu untuk memastikan jika penampilannya sangat cantik dan membuat Irwan tak berkedip.

"Oke Lisa, kamu sudah cantik," ucap Lisa dengan senyum merekah dan segera pergi ke arah pintu untuk membukanya.

Irwan langsung tersenyum, karena sekretarisnya itu memang sangat cantik sekali. Ia melangkahkan kakinya masuk dan Lisa menutup pintu apartemennya.

"Kamu cantik banget, Sayang!" ucap Irwan yang segera memeluk tubuh Lisa yang langsing dan juga wangi.

"Masa sih, Mas? Kamu juga sangat tampan malam ini," jawab Lisa dengan memberikan satu kecupan di pipi Irwan.

"Udah makan?" tanya Irwan perhatian.

"Udah, Mas. Kamu bilang tadi mau makan malam sama teman kamu, jadi aku juga cepetan makan malamnya deh," jawab Lisa dengan suara manja yang mendayu-dayu.

"Besok di undang mamah buat ke rumah, kamu mau kan? Katanya ada acara arisan," ucap Irwan mumpung ia ingat.

"Seriusan, Mas? Tentu aja aku mau. Itu artinya mamah kamu udah tau hubungan kita?" tanya Lisa langsung kegirangan, tidak sabar rasanya ia akan menjadi istri seorang bos karena Lisa taunya perusahaan itu adalah milik Irwan.

"Iya dong, Sayang. Mana mungkin aku menyembunyikan hubungan kita dari mamah. Dan aku jamin, kalau besok teman-teman mamah akan memuji kecantikan kamu," ucap Irwan sambil menoel dagu Lisa.

"Kamu bisa aja Mas mujinya. Terus istri kamu itu gimana dong? Dia nggak bakalan tau emangnya? Aku takut nanti malah dia langsung cakar aku lagi kalau tau kamu bawa aku ke rumah mamah kamu," ucap Lisa.

"Dia itu bodoh sayang dan hanya sibuk untuk mengurus rumah aja. Jadi, nggak akan mungkinlah ganggu kita," jawab Irwan dengan yakin. Toh Aira juga tidak memiliki siapapun lagi di hidupnya, pasti dia hanya bisa menangis.

"Baguslah kalau begitu. Aku ingin segera kamu nikahi tau Mas. Nggak mau ah begini terus, emangnya kamu nanti nggak bangga kalau ngenalin istri kamu ke publik itu aku, bukannya yang gendut seperti yang di rumah kamu itu!" ucap Lisa.

"Sabar, Sayang. Bukan saatnya tapi aku usahakan secepatnya. Apa yang kamu katakan tadi ada benarnya juga," jawab Irwan.

"Iya kan, Mas? Aku nggak apa-apa deh kalau harus tinggal serumah sama maduku yang jelek dan gendut itu!"

"Aku atur dulu, tapi nanti setelah kamu memberikan servis terbaik," sahut Irwan dengan mengedipkan sebelah matanya.

"Ah, kamu bisa aja."

Lisa dan Irwan pun akhirnya berjalan ke kamar.

*****

Tengah malam, Aira tetap memegang hpnya. Ia sudah menghubungi suaminya itu berulang kali, namun sampai jam 12 malam belum ada satupun panggilannya yang di angkat.

"Kemana kamu, Mas? Kenapa kamu sangat tega meninggalkan aku malam-malam begini?" sedih Aira. "Dulu kamu bilang akan selalu mencintaiku, tapi apa sekarang balasan kamu, Mas? Kamu cuma mau uangku aja dan kamu sangat berani selingkuh sekarang! Nggak mungkin kalau kamu ada pekerjaan di jam segini."

Aira menarik napasnya yang menyesakkan dada. "Kenapa aku harus memiliki hidup sesulit ini. Tidak memiliki orang tua dan juga teman. Hanya Syifa aja sekarang yang menjadi penguatku, semoga Syifa bisa bertahan!"

Namun, tiba-tiba saja anaknya itu menangis sangat kencang. Aira buru-buru bangun dan menggendong putrinya, ternyata badannya panas sekali.

"Sayang, panas ya Nak? Anak Bunda demam ya, Sayang! Sabar ya Nak, Bunda akan telepon dokter dulu," ucap Aira yang segera mencari hpnya.

Namun, tiba-tiba ia ingat kalau uang yang ia miliki juga pas-pasan.

"Ya Allah, kenapa hamba di coba sesulit ini."

Aira segera turun dengan cepat. Dengan menggendong Syifa, Aira segera berjalan ke bagasi.

"Mau kemana, Nyonya?" tanya satpam yang terbangun mendengar suara deru mobil.

"Tolong bukakan pintu gerbangnya sebentar, Pak. Syifa demam tinggi," ucap Aira dengan panik.

"Baik, Nyonya. Apa perlu saya temani ke rumah sakit?" Tawar pak satpam yang merasa khawatir dengan Aira yang harus menyetir mobil sendiri.

"Nggak usah, Pak. Bapak jaga rumah aja, saya akan segera kembali," ucap Aira yang buru-buru melajukan mobilnya untuk pergi ke rumah sakit.

"Nak, tolonglah bertahan demi Bunda. Hanya kamu aja yang Bunda punya saat ini Syifa. Bunda akan ngerasa sangat bersalah jika terjadi sesuatu yang buruk pada kamu, Nak," ucap Aira.

Aira segera mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, hingga akhirnya ia sampai juga di rumah sakit. Aira segera membawa anaknya ke UGD.

Saat sedang di tangani oleh dokter, dengan cepat Aira menghubungi Irwan lagi. Namun, tetap saja tidak ada satupun panggilan yang diangkat oleh Irwan.

"Apa aku minta tolong paman Dani aja ya? Hanya dia satu-satunya orang yang aku kenal dan bisa membantu," ucap Aira. Ia buru-buru mencari nomor hp paman Dani dan segera meneleponnya.

Cukup lama menunggu, hingga akhirnya terhubung juga.

"Halo, assalamualaikum paman. Aku ingin minta maaf karena aku harus mengganggu waktu paman malam-malam begini. Tapi paman, aku benar-benar butuh bantuan paman saat ini. Tolong pinjamkan aku uang, paman. Syifa masuk rumah sakit karena tiba-tiba aja demam tinggi. Aku nggak punya cukup uang untuk membayarnya," kata Aira dengan Isak tangisnya.

Selain panik, ia juga merasa jadi ibu yang buruk karena tidak pernah membahagiakan anaknya. Bahkan mereka hanya bisa main di taman yang gratisan saja karena pelitnya Irwan.

"Apa kamu bilang Aira? Paman akan transfer sekarang juga. Jaga Syifa disana, paman dan juga bibi akan segera kesana sekarang juga! Kamu kirimkan alamat rumah sakitnya," ucap pak Dani dengan cepat.

Ia tentu saja merasa sedih mendengar ucapan Aira. Karena perusahaan Alexander sangat besar dan pastinya memiliki laba tinggi.

"Terimakasih banyak paman. Bantuan paman benar-benar sangat berarti," jawab Aira. Ia akhirnya lega karena ada orang yang akan membantunya.

"Iya Nak," sahut Pak Dani.

*****

Aira terus aja mondar mandir di depan ruang UGD untuk menunggu dokter selesai memeriksa keadaan anaknya.

"Ma, ayo bangun!" ucap Pak Dani sambil menepuk tangan istrinya.

"Hem, ada apa pa? Ini masih tengah malam, mama ngantuk. Besok aja deh, ya! sahut Bu Melati yang berpikir jika suaminya akan mengajaknya ibadah.

"Ma, keadaannya genting. Aira, anak Pak Jordan yang udah bantu papa jadi pengacara begini lagi dalam keadaan darurat. Anaknya masuk rumah sakit," ucap Pak Dani dengan jelas agar istrinya bisa lebih cepat bangun.

Bu Melati langsung bangun dari tidurnya bahkan langsung terduduk.

"Aira? Yang papa bilang sangat bodoh karena cinta itu?" tanya Bu melati yang masih ingat gerutuan suaminya tentang Aira itu.

"Iya, Ma. Nggak perlu diperjelas juga kali. Sekarang nasibnya sangat buruk. Nanti aja deh papa ceritanya, lebih baik kita segera pergi aja kerumah sakit. Kasihan ma, nggak ada keluarga, suami selingkuh," ucap Pak Dani.

"Mama udah duga sih tipe cowok macam itu pasti bakalan banyak tingkah," jawab Bu Melati yang ikut kesal pada Irwan.

Keduanya pun segera bersiap dengan secepat kilat untuk langsung pergi ke rumah sakit.

1
🍌 ᷢ ͩ 👏Mojito🏚️²²¹º
Luar biasa
🍌 ᷢ ͩ 👏Mojito🏚️²²¹º
semangat aiiraaaa🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
🍌 ᷢ ͩ 👏Mojito🏚️²²¹º
setaaannn 😤😤😤
🍌 ᷢ ͩ 👏Mojito🏚️²²¹º
garasi thor.. bukan bagasi🤦🏻‍♀️
🍌 ᷢ ͩ 👏Mojito🏚️²²¹º
laki2 gila, ga tau diri.. bajiguurrr😒
DARU YOGA PRADANA
Karakternya juara banget. 🏆
[mini share] Andrea Duarte ouo
Bravo thor, teruslah berkarya sampai sukses!
Raptor gamer
Aku suka banget sama cerita ini, jangan berhenti menulis author!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!