Balas Dendam Istri Yang Dikhianati
Sudah hampir 3 tahun Aira menjalani pernikahan dengan Irwan. Dan kesehariannya hanyalah mengurusi anaknya dan juga mengurus rumah. Hal yang membosankan, tapi tetap Aira lakukan.
Aira juga tidak memperkerjakan asisten rumah tangga, karena ia juga sangat jago dalam hal memasak. Namun, sesekali ia menyewa asisten rumah tangga untuk membersihkan rumahnya yang cukup besar. Anaknya yang kini berusia 3 tahun sangan lucu dan juga menggemaskan.
Brakk!
Terdengar suara pintu terbuka.
"Kamu sudah pulang, Mas?" tanya Aira dengan senyum manis. Namun, ia lupa kalau dirinya masih menggunakan daster rumahan, bahkan bau masakan masih menempel di bajunya.
"Aku lelah, jangan menggangguku!" sahut Irwan dengan ketus.
"Aku siapkan air hangat ya, Mas. Biar kamu bisa langsung mandi," ucap Aira dengan setengah memaksa.
"Nanti aja. Aku ingin istirahat sebentar, kamu urus aja diri kamu. Udah badan gendut, dekil, bau lagi," gerutu Irwan yang segera naik ke atas untuk ke kamar. Bahkan Irwan tak ada menyapa gadis kecil dan manis buah hatinya.
"Mas, aku begini karena sibuk di rumah!" teriak Aira, namun Irwan tidak mengindahkannya.
"Maafin Ayah ya sayang, Ayah sedang lelah hari ini, makannya Ayah nggak nyapa Syifa," ucap Aira sambil mengelus rambutnya.
Andai suaminya itu tau jika seharian ini ia juga lelah. Dan jika Syifa bisa ditinggal sendirian, pasti ia juga akan berdandan dan juga tampil wangi untuk menyambut suaminya pulang.
Helaan napas Aira begitu berat. Di pandanginya tubuhnya yang sangat gendut, sekarang aja berat badannya sudah 75kg.
Padahal dulu tubuh Aira sangat sexy, kurus, dan juga cantik. Namun, semuanya sirna seiring berjalannya waktu. Aira harus melahirkan dan juga mengurus rumah. Jadi, ia tidak memiliki kesempatan untuk bisa merawat tubuhnya lagi.
"Apa aku minta Mas Irwan buat sewa asisten rumah tangga aja ya? Daripada dia terus uring-uringan begitu tiap pulang. Biar aku juga bisa ngurus diri," ucap Aira pada dirinya sendiri.
Walaupun perusahaan yang Irwan kelola adalah milik Aira, tetap saja keuangan masuk pada Irwan karena cinta buta dan juga kebodohan Aira saat mereka baru menikah waktu itu.
Aira pun menggendong anaknya dan pergi ke atas. Sesampainya di atas, Aira ke kamar Syifa dulu. Ia meletakan Syifa diranjangnya dan segera memasang penutupnya. Baru akhirnya Aira mandi membersihkan dirinya agar wangi dan segera mengganti baju. Karena sebagian bajunya sudah ada di kamar itu.
Aira segera memoles sedikit makeup di wajahnya agar bisa meredam kemarahan suaminya.
"Semoga aja Mas Irwan nggak lagi komplen."
Dilihatnya ranjang Syifa, ternyata anaknya itu sudah terlelap dengan nyenyak padahal sebentar lagi adzan magrib berkumandang.
"Bunda tinggal sebentar untuk bicara sama Ayah ya, Sayang," ucap Aira sambil mengelus kepala anaknya.
Aira segera melangkahkan kakinya menuju kamarnya.
"Mas Irwan kayaknya lagi mandi," ucap Aira yang tidak melihat Irwan dan terdengar suara gemericik air dari kamar mandi.
Aira menunggu di sebelah ranjang, hingga akhirnya Irwan keluar juga dari kamar mandi.
"Ngapain kamu di sini?" tanya Irwan dengan nada ketus.
"Apa maksud kamu, Mas? Ini kan kamarku juga. Kamu makin nggak jelas deh sekarang, harusnya jangan marah-marah dulu. Aku seharian tadi sibuk," kata Aira mencoba menjelaskan.
"Aku lebih capek lagi Aira. Tapi, setelah sampai di rumah aku lebih capek lagi liat kamu yang semakin kayak pembantu," jawab Irwan. Ia berjalan ke walk in closet untuk segera memakai baju.
"Makannya aku kesini mau minta kamu cariin pembantu, Mas. Aku juga ingin merawat diri," kata Aira.
"Alah buang-buang uang aja. Kamu juga nggak ada kerjaan selain ngurusin Syifa kan? Dari pekerjaan rumah itu harusnya kamu bisa diet dengan cepat dong Aira."
"Mas, berapa sih emangnya sewa jasa pembantu? Nggak mungkin buat kita miskin kan?" tanya Aira.
"Aku capek debat sama kamu. Aku akan pergi sekarang, mungkin juga nggak pulang. Ada urusan mendadak pekerjaan kantor," kata Irwan yang sudah rapi. Ia menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya.
"Kamu jangan mengada-ngada deh, Mas. Mana ada pekerjaan yang sampai nginap segala, aku nggak percaya," jawab Aira dan segera berdiri di depan Irwan untuk menghadang suaminya pergi.
Namun, Irwan dengan cepat mendorong Aira, hingga akhirnya Aira jatuh tersungkur di atas ranjang.
"Nggak usah so ngatur, tugas kamu hanya menjaga Syifa."
Setelah mengatakan hal itu, Irwan pun pergi meninggalkan Aira di kamarnya. Aira hanya bisa menangis melihat kepergian Irwan.
"Tidak mungkin kalau Mas Irwan selingkuh!" ucap Aira. Karena selama ini Irwan sangat mencintainya.
"Tapi, kelakuan Mas Irwan akhir-akhir ini memang sangat berbeda."
Aira menghapus air matanya, ia pergi ke kamar Syifa untuk melihat anaknya.
"Syukurlah Syifa masih tidur. Sebaiknya aku hubungi paman Dani, semoga aja dia masih bisa membantu. Aku benar-benar sangat bodoh dulu tidak mendengarkan nasihatnya," ucap Aira.
Tut ... tut ... tut ...
Aira masih menunggu panggilannya di angkat oleh paman Dani, yang merupakan pengacara keluarga Alexander.
"Halo, siapa ini?" tanya paman Dani.
"Paman, ini aku Aira. Apa kita bisa bertemu? Ada hal yang ingin aku bicarakan dengan paman," jawab Aira.
"Aira anak Pak Jordan?" tanya Dani memastikan.
"Iya, Paman. Apa Paman ada waktu?" tanya Aira.
"Sudah sangat lama paman menunggumu. Apa sekarang pikiranmu sudah terbuka?" sindir Dani.
Tangis Aira langsung pecah seketika. "Aku nggak punya siapa-siapa lagi paman. Hanya paman satu-satunya orang yang bisa bantu aku."
"Kita bertemu besok aja. sekarang udah malam, Aira. Apa kamu udah punya anak?" tanya Dani.
"Udah, Paman. Namanya Syifa Humairah, usianya baru 3 tahun. Tapi, makin kesini aku ngerasa kelakuan Mas Irwan beda. Aku curiga kalau dia selingkuh, paman."
"Hal ini yang paman takutkan, makannya dulu kekeh untuk menyadarkan kamu."
"Aku benar-benar nggak menyangka jika hal seperti ini akan terjadi padaku. Aku bahkan hanya diberikan sedikit uang belanja olehnya. Entah dikemanakan uang perusahaan, tolong paman segera bantu aku!" mohon Aira.
"Karena almarhum Pak Jordan udah sangat baik, paman nggak akan mungkin membiarkan kamu terpuruk seperti ini, Aira. Kita harus secepatnya bergerak sebelum Irwan menguasai semuanya," kata Dani dengan nada serius.
"Terimakasih banyak paman, aku masih bersyukur karena ada orang sebaik paman yang masih mau menolongku, padahal aku udah mengecewakan paman," jawab Aira dengan mata berkaca-kaca.
"Sekarang kamu istirahatlah dulu, Aira. Jangan pikirkan apapun, fokus aja menjaga anakmu," ucap Dani.
"Iya Paman, sekali lagi terimakasih. Aku tutup dulu teleponnya, assalamualaikum."
"walaikumsalam."
Aira memilih merebahkan tubuhnya di atas ranjang, diingatnya kembali kenangan bersama Irwan. Namun, tiba-tiba hatinya terasa nyeri, setelah ia sadar sudah sejak satu tahun suaminya telah berubah.
*****
Irwan akhirnya tiba di restoran ternama. Ia segera berjalan menghampiri kedua sahabatnya yang telah menunggu.
"Woy Irwan, masam banget muka lo," ucap Bian, salah satu teman dekat Irwan.
"Males banget gue sama si Aira, dia bawel banget. Kalau bukan karena dia kaya, gue juga udah ceraikan dia sejak awal kali. Badan udah kayak karung beras, mana nggak ada cantik-cantiknya lagi sekarang," gerutu Irwan yang langsung menceritakan kejelekan Aira pada teman-temannya.
"Bener juga sih, Irwan. Selagi bisa di manfaatin, ya jangan di lepasin lah. Lo juga tinggal nikmati aja kekayaan dia," sahut Bian.
"Tapi gue liat lo lagi deket kan sama sekretaris lo?" tanya Arfin yang pernah tak sengaja melihat Irwan jalan berdua dengan sekretarisnya.
"Lisa maksud lo?" tanya Irwan.
"Yoi, emangnya lo punya berapa banyak sekretaris?"
"Ya nggak terlalu banyak sih. Gue emang deket sama Lisa. Dia cantik men, bisa memuaskan," sahut Irwan dengan tidak tahu malu nya.
"Wah, parah lo. Bagaimana respon Aira kalo tau lo selingkuh? Bodoh banget emang si Aira, mana perusahaan dia percayakan sama lo, dan sekarang malah lo senang-senang sama wanita lain," ucap Bian.
Dalam hatinya ada rasa tidak tega dengan istri dari sahabatnya itu. Apalagi dulu Aira adalah salah satu primadona saat mereka masih satu kampus, hanya saja Irwan yang beruntung.
"Ya gimana, paling cuma bisa nangis. Jangan cuma nyalahin suami aja, kalau istrinya aja nggak becus nyenengin suami. Udah capek-capek kerja, pas pulang malah suguhannya membosankan!" sahut Irwan dengan menggebu.
"Ya sudahlah, jangan bahas si Aira. Kalian pesan aja makanan sepuasnya, nanti gue yang traktir. Gue mau buru-buru ketemu sama Lisa, mau ke hotel lagi kayaknya mereka malam ini," ucap Irwan dengan senyum sombongnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
🍌 ᷢ ͩ 👏Mojito🏚️²²¹º
laki2 gila, ga tau diri.. bajiguurrr😒
2025-11-04
0