NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Kedua Pria Beristri

Menjadi Istri Kedua Pria Beristri

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Ibu Pengganti / Menikah Karena Anak / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rere ernie

Aruna tahu hidupnya tidak lama lagi. Demi suami dan putri kecil mereka, ia memilih sesuatu yang paling menyakitkan... mencari wanita yang akan menggantikannya.

Alana hadir sebagai babysitter tanpa mengetahui rencana besar itu. Adrian salah paham dan menilai Lana sebagai perusak rumah tangga. Namun, pada akhirnya Aruna memaksa keduanya menikah sebelum ia pergi untuk selamanya.

Setelah Aruna tiada, Adrian larut dalam rasa bersalah dan menjauh dari istri keduanya. Lana tetap bertahan, menjalankan amanah Aruna meski hatinya terus terluka. Situasi semakin rumit saat Karina, adik Aruna berusaha merebut Adrian dan menyingkirkan Lana.

Akankah Adrian berani membuka hati untuk Alana, tanpa mengkhianati kenangan bersama Aruna? Atau justru semuanya berakhir dengan luka yang tak tersembuhkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter — 2.

Pagi berhembus pelan, membawa aroma roti panggang yang baru keluar dari oven. Aruna sudah bangun lebih dulu seperti biasa. Ia menyiapkan sarapan sederhana untuk Adrian dan Alima. Tangannya gemetar beberapa kali saat memotong buah, namun ia selalu berhenti sejenak. Ia menarik napas, lalu tersenyum lagi.

Ia ingin hari ini dimulai dengan baik.

“Bismillah,” pelan ia berdoa sambil mengusap dadanya yang kadang nyeri datang tanpa aba-aba.

Pagi ini, seorang tamu akan datang. Seorang perempuan yang nantinya bisa jadi sumber kebahagiaan keluarga ini begitu ia tiada.

Aruna menggigit bibirnya menahan rasa takut yang menghantui pikirannya. Tak ada jaminan rencananya berjalan mulus, ia hanya berharap Tuhan menguatkannya.

Ketika Adrian turun dari kamar, ia mendapati Aruna sedang membantu Alima memakai sepatu.

“Sayang, kamu bangun pagi sekali,” ucap Adrian, memandang istrinya dengan tatapan lembut.

“Aku ingin segera membuat sarapan untuk kalian berdua,” jawab Aruna lembut.

Adrian tidak membalas lagi, ia hanya mengeluvs kepala kecil putrinya lalu duduk untuk menyantap sarapan.

Suasana tenang itu berubah ketika suara bel terdengar.

Ting-tong.

Aruna berdiri perlahan. “Dia datang.”

Adrian mengernyit. “Siapa?”

“Seseorang untuk membantu menjaga Alima.” Aruna mencoba membuatnya terdengar wajar.

Adrian menatap Aruna cukup lama, tapi ia tidak curiga lebih jauh. “Baiklah, mari lihat.”

Aruna berjalan ke pintu. Jantungnya berdebar, entah karena gugup atau karena tubuhnya kembali protes dengan rasa sakit. Saat pintu dibuka, seorang gadis muda berdiri di sana menarik napas gugup sebelum tersenyum.

Wajah gadis itu manis dan polos, rambut hitam panjangnya diikat sederhana. Pakaian yang dikenakannya sangat rapi, meski terlihat murah. Ia jelas datang dari latar belakang sederhana.

“Halo, Nyonya… Saya Alana. Panggil saya, Lana.”

Aruna tersenyum lembut. “Selamat datang, Lana. Silakan masuk.”

Alana melangkah masuk sambil menunduk sopan pada Adrian yang berdiri sedikit jauh di ruang tamu. Adrian sekilas mengangguk sebagai bentuk sambutan tanpa banyak bicara.

“Papa galak ya, Mah?” Alima berbisik pada ibunya sambil memandangi Alana dengan rasa penasaran.

Aruna menahan tawa kecil. “Itu wajah seriusnya Papa, jangan dibilang galak.”

Adrian mengerling. “Aku bisa dengar itu.”

Mereka tertawa kecil, suasana mencair sejenak.

Kemudian Aruna mengajak Alana duduk di ruang keluarga. Gadis itu tampak canggung, tangannya menggenggam tas kecilnya erat-erat.

“Sebelumnya, terima kasih sudah datang.” Aruna memulai dengan suara selembut kapas. “Aku ingin mencari seseorang yang bisa menemani Alima saat aku atau suamiku sibuk.”

Alana mengangguk dengan sopan. “Saya akan melakukan yang terbaik, Nyonya.”

Aruna mengamati sorot mata Lana, mata yang tulus. Ia berharap ketulusan itu tetap ada sampai akhir nanti, apa pun yang terjadi.

Adrian memperhatikan dua wanita itu dari samping meja makan, ia merasa ada yang janggal dari ini. Aruna tidak pernah membahas soal babysitter sebelumnya, seolah keputusan ini terlalu tiba-tiba.

“Sebenarnya, aku masih bisa mengurus Alima meskipun sibuk.” Gumam Adrian pelan, namun cukup keras terdengar Aruna.

Aruna menatap suaminya dengan senyum tenang. “Aku tahu, tapi aku pikir kita butuh bantuan tambahan.”

Adrian tidak ingin membantah istrinya di depan orang lain. Ia memilih diam, meskipun dalam hati ia tidak sepenuhnya setuju.

Alana memandang keduanya bergantian, lalu ia menunduk lagi karena takut salah bicara.

Aruna melanjutkan, “Lana, maukah kamu menemani Alima hari ini untuk bermain sebentar? Aku ingin melihat bagaimana kalian cocok satu sama lain.”

“Tentu, Nyonya.”

“Alima, panggil Mbak Lana ya.“

Alima segera menarik tangan Alana. “Main boneka ya, Mbak Lana!”

Alana tersenyum sungguh-sungguh. “Baik, ayo.”

Keduanya berlari kecil ke ruang tengah dan mulai bermain. Tawa Alima mengisi ruangan, membuat suasana yang sempat tegang meluruh.

Aruna menatap Adrian yang kini berdiri bersedekap.

“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Aruna pelan, mencoba mengukur respon suaminya.

Adrian menghela napas. “Aku hanya merasa semuanya terjadi tiba-tiba, kamu bahkan tidak membahas ini dengan aku.”

Aruna menunduk, mengusap pergelangan tangannya yang terasa pegal. “Aku hanya ingin meringankan bebanmu.”

Adrian terpaku. Hatinya langsung melembut, meski ia masih tidak sepenuhnya paham.

Aruna tersenyum kecil lagi. “Cobalah percaya padaku.”

Adrian mengangguk pelan. “Aku selalu percaya padamu.”

Kalimat itu seperti tamparan lembut bagi Aruna, karena ia sedang merencanakan sesuatu yang akan menghancurkan perasaan pria itu.

Siang hari, Alana membantu menyiapkan makan siang. Aruna sengaja memberi beberapa pekerjaan ringan untuk melihat ketelitian gadis itu.

Alana gesit dan sangat berhati-hati. Ia selalu bertanya sebelum melakukan sesuatu, menunjukkan hormat dan tata krama.

Malam hari, Alana pamit pergi setelah seharian membantu. Alima memeluknya sebelum ia keluar rumah.

“Besok datang lagi ya, Mbak Lana.” Pinta anak itu.

Alana tersenyum. “Kalau Mama dan Papa Alima izinkan.”

Aruna mengangguk. “Kamu sudah diterima, tentu saja kamu harus datang lagi.“

Adrian tidak memberikan komentar apa pun selain anggukan singkat. Ia masih ragu, meski tidak menyukai cara dirinya menilai gadis itu terlalu cepat.

Saat Alana melangkah pergi, angin malam menggerakkan ujung bajunya seolah mengantar perubahan besar pergi dari halaman rumah itu.

Setelah menidurkan putri mereka, keduanya kembali ke kamar utama.

Ketika pintu kamar tertutup, Aruna berdiri memandangi Adrian yang tengah membuka kancing manset bajunya.

“Kamu tidak suka Lana?” tanya Aruna pelan.

Adrian menatap istrinya. “Aku hanya belum mengenalnya, dan aku... tidak ingin orang asing terlalu dekat dengan keluarga kita.”

Aruna tersenyum lembut. “Aku mengerti.”

Ia berjalan mendekat, lalu menyentuh pipi Adrian dengan jemarinya yang dingin. "Lana hanya akan membantu.”

Adrian menatap wajah istrinya yang kini terlihat pucat di bawah cahaya lampu. Aruna seperti menyimpan beban sangat besar, namun menutupi semuanya dengan ketenangan.

“Aku janji akan selalu menjaga kalian,” ucap Adrian pelan.

Aruna menatap suaminya lama, wajahnya teduh namun sepasang matanya mengandung duka yang dalam.

“Aku tahu, Mas. Kamu selalu menjaga kami. Hanya saja, suatu hari nanti… kamu mungkin butuh seseorang yang bisa menjaga kamu juga.”

Adrian menyentuh tangan Aruna yang masih berada di pipinya. “Aku tidak butuh siapa pun selain kamu.”

Kalimat itu seindah doa, namun bagi Aruna itu adalah pisau yang menusuk pelan ke hatinya. Ia tersenyum, senyuman yang dipenuhi rasa syukur dan rasa sakit di saat yang sama.

“Kita lihat takdir nanti bagaimana,” bisik Aruna lirih.

Adrian tidak mengerti maksud kalimat istrinya. Saat ia ingin bertanya, Aruna justru menyandarkan kepala ke dadanya dan merangkulnya erat seperti seseorang yang tidak ingin kehilangan pelukan terakhirnya.

Malam itu setelah suaminya tidur, Aruna menatap langit-langit kamar dalam gelap. Tubuhnya mulai berdenyut sakit lagi, ia menggigit bibir hingga terasa asin karena darah.

Sambil memejamkan mata, ia berkata dalam hatinya.

Ya Tuhan… kuatkan aku. Biarkan aku menyelesaikan semua ini sebelum waktuku habis.

Tekad Aruna mantap, namun waktu tidak pernah bisa diajak berdamai.

Besok, Alana akan kembali. Dan perlahan, rumah ini akan berubah menjadi tempat ujian bagi semua orang. Tanpa disadari, konflik itu sudah mulai berjalan. Dan tidak ada... jalan untuk kembali.

1
Ariany Sudjana
bagus Adrian harus tegas, pelakor harus dibinasakan
Tiara Bella
mantap Adrian belain Alana bngt.....pelakor hempaskan aja
Yuliana Tunru
ya ampun ada z wanita2 yg tak tsu malu dgn alasan masa kecil tp terselubung niat jd pelakor cantikndan kaya tp tak.punya malu..💪💪 adrian basmi pelakor
Dian Rahmawati
suka sikap adrian
Dian Rahmawati
mantap adrian
Rohmi Yatun
cerita yang luar biasa 🌹🌹🌹🌹👍
Dian Rahmawati
rasain Rama
Yuliana Tunru
rupa x rama malah krrja sama dgn perusshasn adrian di cabut ..rasain laki2 jahst gitu
Tiara Bella
mw ngapain lg tuh tuan Rama....sukurin udh dibales perbuatan dia sm Adrian....
Yuliana Tunru
akhir x adrian buka puasa dg yg manis2
Dian Rahmawati
cie cie udh unboxing ya
Dian Rahmawati
wah adrian bertindak
Tiara Bella
Alhamdulillah udh JD suami istri yg utuh....
Tiara Bella
wow Adrian langsung bertindak ......
Jengendah Aja Dech
❤️
Dian Rahmawati
siap2 Rama dihancurkan oleh adrian
Tiara Bella
mana lg gerogi dtng kepesta orng kaya malah ada Rama yg dl maksa nikah sm dia....tenang ada Adrian Alana
Tiara Bella
kapok gk tuh skrng udh dilarang deketin keluarganya bahkan dipecat ....
Tiara Bella
Karina blm kapok udh ditegor sm Adrian jg tunggu aja Adrian bertindak....
Tiara Bella
ketinggalan aku sampe 5 bab Thor 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!