---
📖 Deskripsi: “Di Ujung Ikhlas Ada Bahagia”
Widuri, perempuan lembut yang hidupnya tampak sempurna bersama Raka dan putra kecil mereka, Arkana. Namun di balik senyumnya yang tenang, tersimpan luka yang perlahan mengikis keteguhan hatinya.
Semuanya berubah ketika hadir seorang wanita kaya bernama Rianty — manja, cantik, dan tak tahu malu. Ia terang-terangan mengejar cinta Raka, suami orang, tanpa peduli siapa yang akan terluka.
Raka terjebak di antara dua dunia: cinta tulus yang telah ia bangun bersama Widuri, dan godaan mewah yang datang dari Rianty.
Sementara itu, keluarga besar ikut memperkeruh suasana — ibu yang memaksa, ayah yang diam, dan sahabat yang mencoba menasihati di tengah dilema moral yang makin menyesakkan.
Di antara air mata, pengkhianatan, dan keikhlasan yang diuji, Widuri belajar bahwa bahagia tidak selalu datang dari memiliki… kadang, bahagia justru lahir dari melepaskan dengan ikhlas.
“Karena di ujung ikhlas… selalu ada bahagia.”
---
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zanita nuraini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2 RAKA TERKEJUT
Malam itu, setelah makan malam, keluarga Pak Adi berkumpul di ruang tengah. Suasana awalnya hangat—tawa kecil Arka yang baru berusia tiga tahun memenuhi ruangan, sementara Raka dan Widuri duduk bersebelahan di sofa.
Ibu Ratna memberi kode halus pada suaminya, berharap Pak Adi memulai pembicaraan tentang kejadian pagi tadi. Namun, Pak Adi hanya menggeleng pelan. Siska pun ikut menunduk, ia bisa merasakan luka di hati Widuri yang masih hangat.
Namun Ibu Ratna tetap bersikeras.
> “Tidak bisa terus begini,” gumamnya dalam hati. “Masalah ini harus dibicarakan, Raka harus tahu.”
“Bu…” Siska menahan lembut, “lihat mereka sekarang. Keluarga Mas Raka sedang bahagia. Arka bahkan belum berhenti tertawa dari tadi.”
Arka berlari kecil ke arah ayahnya sambil menunjukkan mainan di tangannya.
> “Papa, lihat! Mainan Arka bagus, kan?”
“Iya, sayang,” jawab Raka sambil tersenyum. “Mainan Arka paling keren!”
Tawa kecil itu seketika mencairkan suasana. Tapi di balik senyum hangatnya, Raka sempat melirik istrinya. Widuri tampak melamun, pandangannya kosong ke arah televisi yang menyala tanpa suara.
> “Sayang, kamu kenapa?” tanya Raka lembut. “Dari tadi kelihatan melamun terus.”
“Ah… iya, Mas…” Widuri tersentak, buru-buru tersenyum. “Tadi cuma kepikiran sesuatu.”
“Kepikiran apa? Cerita aja, jangan dipendam.”
Widuri baru hendak membuka suara.
> “Anu, Mas, A…”
Namun tiba-tiba suara tegas Ibu Ratna memecah keheningan.
> “Raka!”
Semua menoleh.
“Tadi pagi, Widuri kedatangan seorang perempuan… yang meminta kamu menjadi suaminya.”
Hening.
Waktu seakan berhenti.
Raka menatap ibunya tak percaya.
"Apa...?"katanya dengan nada pelan tapi penuh tekanan
"APA IBU BILANG?!"
Widuri menunduk. Siska menatapnya cemas, sementara Pak Adi menarik napas panjang, mencoba menenangkan suasana yang mulai memanas.
---
Raka berdiri mendadak, napasnya berat.
> “Bu… maksud Ibu apa?”
Nada suaranya bergetar, antara tidak percaya dan takut mendengar kelanjutannya.
Ibu Ratna menatap menantunya sekilas, lalu kembali fokus pada Raka.
> “Perempuan itu datang dengan pakaian mewah, dengan percaya diri—mengaku mencintaimu dan tak peduli kau sudah beristri!”
Raka membeku. Ia mencoba mencerna setiap kata yang keluar dari bibir ibunya.
> “Perempuan itu…” suaranya hampir tak terdengar, “siapa, Bu?”
Widuri yang sejak tadi hanya diam, menahan napas dalam, akhirnya menjawab lirih.
> “Namanya… Rianty.”
Nama itu menggema di ruang tengah yang sunyi.
Raka memejamkan mata sejenak—ia tahu nama itu, dan itu cukup untuk membuat lututnya lemas.
> “Tidak mungkin…” bisiknya. “Dia—dia nggak mungkin sampai datang ke rumah…”
Pak Adi menatap menantunya lekat.
> “Tapi kenyataannya dia datang, Nak,” katanya tenang namun tegas. “Dan dia bilang semua itu atas kemauannya sendiri.”
Raka mengusap wajahnya kasar, perasaan malu dan marah berbaur jadi satu.
> “Saya… saya nggak pernah minta dia datang! Saya nggak tahu kalau dia sampai seberani itu!”
Widuri menunduk makin dalam, menahan perih yang mulai menyesakkan dada.
Ibu Ratna melangkah mendekat, nada suaranya lembut tapi tajam.
> “Nak, kami tahu kamu pria yang baik. Tapi hal seperti ini, kalau dibiarkan, bisa merusak rumah tangga kalian. Widuri sudah cukup sabar.”pak adi
Raka menatap istrinya, pandangan mereka bertemu untuk sesaat—cukup lama untuk membuat hatinya terasa hancur.
> “Aku… aku janji akan jelaskan semuanya, Wid," ucapnya terbata.
Namun Widuri hanya tersenyum tipis, senyum yang lebih mirip luka yang disembunyikan.
“Nggak usah, Mas… aku udah tahu batasnya di mana.”
Siska yang sedari tadi diam, menggenggam tangan kakaknya kuat-kuat.
> “Kak Raka, tolong jangan biarkan Kak Widuri berjuang sendirian.”
Raka menatap mereka satu per satu, lalu menunduk.
Widuri hanya menatap punggung Raka yang kini berjalan keluar rumah.
Dalam hati kecilnya, ia tahu, langkah itu bukan untuk dirinya—melainkan untuk sesuatu yang ia belum siap kehilangan.
Dan malam itu, pintu rumah keluarga Pak Adi menutup dengan suara yang berat—seolah menandai awal dari badai yang baru akan dimulai.
---
#tbc
Assalamualaikum readers!
Like,komen and vote