NovelToon NovelToon
Candu Istri Klienku

Candu Istri Klienku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Cinta Terlarang
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: N_dafa

"Jangan, Mas! aku sudah bersuami."
"Suami macam apa yang kamu pertahankan itu? suami yang selalu menyakitimu, hem?"
"Itu bukan urusanmu, Mas."
"Akan menjadi urusanku, karena kamu milikku."
"akh!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N_dafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Kembali ke masa sekarang.

Ajeng menatap jam di dinding kamarnya yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

Tidak masalah waktu berlalu cepat. Tapi, ada yang ditunggu oleh wanita itu.

Sekuat apapun Ajeng berusaha mengacuhkan suaminya yang sedang lupa, nyatanya hati kecilnya tetap menunggu Rendy di hari yang seharusnya menjadi miliknya.

“Bohong lagi.” Gumamnya pelan.

Ajeng tak berusaha mencari Rendy—karena dia tahu ada dimana lelakinya itu, saat dia tak sengaja mendengar obrolan dua orang karyawannya, yang tadi sempat mencari Rendy di rumah sebelah—rumah yang Rendy beli untuk Sabrina.

Karena tak ada tanda-tanda Rendy akan datang, Ajeng memilih meletakkan tabletnya, mulai berbaring dan menaikkan selimutnya.

Ya, dibandingkan merengek meminta Rendy pulang, Ajeng memutuskan untuk tidur saja karena wanita itu sedang berusaha memperbaiki pikirannya yang menjadi racun untuk dirinya sendiri akhir-akhir ini.

Masa bodoh kalau tiba-tiba Rendy datang dan menanyakan kenapa dia sudah tidur. Ada dan tidak ada suaminya pun rasanya sama saja.

Paling-paling, kalau Rendy datang, lelaki itu juga hanya tidur saja di ranjang mereka, tanpa romantisme layaknya suami istri seperti dulu. Tak mau munafik, Ajeng juga wanita normal yang ingin dimanja suaminya.

Ceklek.

Rupanya, dugaan Ajeng jika Rendy tak akan pulang, salah besar. Baru saja Ajeng menutup matanya, lelaki itu sudah membuka pintu kamar mereka, tanpa ketukan lebih dulu.

Karena sudah terlanjur malas, Ajeng memilih pura-pura tidur saja, daripada dia terpancing amarah lagi.

“Dek.” Panggil lekaki itu.

Ajeng bisa merasakan kasurnya bergerak, tanda jika ada seseorang sedang mendekatinya.

“Kamu udah tidur, hem?” tanya Rendi.

Dia mencium pipi Ajeng dari arah belakang, karena posisi Ajeng memang membelakangi sisi ranjang yang semula kosong.

“Bangun dulu, Dek. Ada sesuatu yang mau Mas bicarain.”

Awalnya, Ajeng pura-pura tak bereaksi. Tapi, karena Rendy mengguncang lengannya, dia terpaksa berhenti berpura-pura.

“Ada apa?” Suaranya datar. Hanya saja, reaksinya malas seolah-olah baru saja bangun tidur.

Wanita itu memutar tubuhnya dan menaikkan sedikit bantalnya, hingga setengah duduk.

“Tumben jam segini tidur?”

Ajeng tak bereaksi berlebihan. “Aku emang biasa tidur cepat akhir-akhir ini.”

“Oh ya? Biasanya, kamu masih asyik nonton drama kalau Mas masuk.”

“Biasanya kapan? Dulu sebelum kamu sibuk sama Sabrina kan?”

Rendy terlihat gugup, tapi langsung bisa menormalkan ekspresinya.

“Ayolah, Dek. Jangan cemburu gitu. Mas kan di rumah Brina karena dia sedang hamil.”

“Ya. Aku tidak masalah.”

Melihat sikap istrinya yang dingin, Rendy tersenyum kecil.

“Cie… yang cemburu.”

Entah apa maksudnya dia meledek seperti itu. Bahkan, Rendy juga mencolek dagu Ajeng.

Namun, secepat kilat, Ajeng berkelit dengan cara memalingkan wajah.

“Udahlah, Mas. Kamu mau ngomong apa? Buruan! Aku udah ngantuk.” Ajeng hanya menghindari kekesalan.

“Aku punya obatnya biar nggak ngantuk lagi.” Tiba-tiba saja, Rendy mendekatkan wajahnya, mengisyaratkan sesuatu.

“Aku sedang datang bulan.”

Rendy menghentikan niatnya. Dia menatap lekat istrinya yang sudah dia peluk.

“Kamu datang bulan dua minggu yang lalu, Dek. Nggak mungkin sekarang lagi.”

“Ya emangnya kenapa kalau datang bulan lagi? Mungkin, aku lagi stres.”

“Coba lihat kalau gitu.”

Rendy hampir menyentuh tubuh istrinya, tapi Ajeng mencegahnya.

“Apa sih, Mas? Konyol banget.” Ajeng mengerling malas.

Rendy menghela nafas berat, seolah paham istrinya sedang merajuk.

“Baiklah, nggak apa-apa kamu marah. Tapi, jangan lama-lama ya. Aku tahu kamu lagi cemburu. Mas cuma minta pengertian kamu, Dek. Sabrina sedang hamil, jadi dia butuh perhatian ekstra. Apalagi, cuma aku yang dia punya disini.”

“Kalau kamu cuma mau ngomong itu, aku tidur lagi.”

Ajeng sudah siap menaikkan selimutnya lagi, tapi Rendy mencegah cepat.

“Jangan, Dek. Nanti dulu!”

Ajeng tak bersuara, tapi dia kembali dengan sikap memperhatikan.

“Aku tadi kontekan sama Mas Biantara.”

“Biantara?” Ajeng mengenyit. “Biantara maklon parfum kita bukan?” ekspresi Ajeng lebih serius.

“Iya.” Rendy tersenyum lebar. “Dia mau bicara sesuatu tentang kelangsungan bisnis kita. Katanya, tahun ini kita menjadi customer dengan order terbanyak di perusahaannya dibandingkan reseller lainnya.”

“Terus?” Ajeng mengangkat satu alisnya.

“Dia ingin mengapresiasi kita. Mau ketemu sebentar, sekalian bikin konten, biar lebih menarik minat penjual.”

“Apa reward nya?” Tanya Ajeng.

“Mereka minta kita ketemuan dulu. Tapi, yang dulu-dulu, biasanya reseller atau private label seperti kita mendapatkan logam mulia.”

“Berapa gram?”

Rendy tersenyum kecil melihat reaksi istrinya.

“Mana Mas tahu, Dek. Tapi, yang penting kan bukan itunya. Kamu tahu kan dia itu juga influencer dan motivator terkenal? Kita bisa kolaborasi sama dia biar kita semakin dipandang.”

“Terus, kapan ketemunya? Dimana?”

“Lusa, dia ada perjalanan bisnis ke kota sebelah. Kita bisa kesana sekalian bikin vlog atau short content. Tadi, Mas udah janjian. Katanya, dia mau mampir sebentar di glamping yang udah Mas usulin.”

“Oh, jadi besok kita akan kesana?” Mimik wajah Ajeng berubah. Jujur saja, ada getaran bahagia yang datang tiba-tiba, menyusup di hatinya.

Rasa iri karena suaminya habis jalan-jalan dengan madunya beberapa hari lalu, sepertinya akan terbayar lunas, meskipun hanya perjalanan bisnis saja.

“Iya dong. Kamu siap-siap ya. Kita disana dua atau tiga hari sambil shooting konten."

Ajeng mengangguk. Ekspresinya semakin melunak. Tak bisa dibohongi, wanita bodoh itu bahagia karena akan punya quality time bersama suami yang sudah lama dia rindukan.

“Oh ya, Dek. Karena waktunya mepet dan kamu udah ngantuk juga, kamu nggak usah siapin barang-barangku. Aku udah minta Brina buat nyiapin semuanya sekalian baju-bajunya.” Rendy berbicara lagi sambil beranjak dari kasur.

“Baju-bajunya? Memangnya, Brina ikut?” belum apa-apa, Ajeng sudah spaneng.

“Ya iyalah, Dek. Kalau nggak ikut, dia bisa merengek sama Mas.”

“Oh…”

Sialnya, bukannya memahami perasaan Ajeng, Rendy justru terkikik membayangkan istri keduanya yang akan ngambek karena tak diajak.

Menelan kecewa untuk yang kesekian kalinya, Ajeng memilih kembali menaikkan selimutnya, tanpa memperdulikan Rendy—yang baru masuk kamar mandi.

Sekuat apapun Ajeng menganggap semua baik-baik saja, nyatanya air mata sialannya tetap keluar tak bisa dicegah.

1
Yunita aristya
ren2 nanti Ajeng sudah pergi baru tau rasa kamu. mau liat kamu nyesal dan jatuh miskin gara2 istri muda mu yg suka foya2😁😂
Nana Colen
luar biasa aku suka sekali karyamu 😍😍😍😍😍
Yunita aristya
lanjut kak
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍
Nana Colen
benar benar ya rumput tetangga lebih hijau 🤣🤣🤣🤣
Nana Colen
dasar laki tak tau diri 😡😡😡😡
Yunita aristya
lanjut
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤❤
Fitri Handriayani: lanjut
total 1 replies
Nana Colen
iiiih kesel bacanya dongkol sama si ajeng.... cerai jeng cerai banyak laki yang kaya gitu mh 😡😡😡😡
Keisya Oxcel
penasaran
Yunita aristya
lnjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!