Langit Neo-Kyoto malam itu selalu sama: kabut asam bercampur polusi elektronik yang membuat bulan tampak seperti koin usang. Hujan buatan yang beraroma logam membasahi jalanan, memantulkan cahaya neon raksasa dari papan reklame yang tak pernah padam. Di tengah kekacauan visual itu, sosoknya berdiri tegak di atap gedung tertinggi, siluetnya menentang badai.
Kaelen. Bukan nama asli, tapi nama yang ia pilih ketika meninggalkan masa lalunya. Kaelen mengenakan trench coat panjang yang terbuat dari serat karbon, menutupi armor tipis yang terpasang di tubuhnya. Rambut peraknya basah kuyup, menempel di dahi, dan matanya memancarkan kilatan biru neon yang aneh. Itu adalah mata buatan, hadiah dari seorang ahli bedah siber yang terlalu murah hati. Di punggungnya, terikat sebuah pedang besar. Bukan pedang biasa, melainkan Katana Jiwa, pedang legendaris yang konon bisa memotong apa saja, baik materi maupun energi.
WORLD OF CYBERPUNK: NEO-KYOTO
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2: Palu dan Pedang di Bawah Tanah
Sambil berayun, Kaelen melepaskan beberapa lemparan pisau siber kecil yang tersimpan di balik trench coat-nya. Pisau-pisau itu melesat cepat, mengenai beberapa lampu neon dan menyebabkan korsleting yang menghasilkan ledakan kecil dan hujan pecahan kaca. Kegelapan dan kekacauan yang tercipta memberikannya kesempatan untuk bergerak lebih bebas.
Ia mendarat dengan mulus di sebuah platform di atas, tempat sistem ventilasi utama gedung berada. Dari sini, ia bisa melihat peta jalur ventilasi yang tertera di dinding. Ini adalah jalur tikus yang sempurna untuk melarikan diri tanpa harus menghadapi lebih banyak musuh secara langsung.
Kaelen membuka paksa salah satu penutup ventilasi dan masuk ke dalamnya. Lorong-lorong sempit dan gelap, penuh dengan debu dan bau ozon. Namun, ini jauh lebih baik daripada bertarung melawan puluhan cyborg bersenjata. Sambil merangkak di dalam ventilasi, ia masih bisa mendengar suara gaduh dan teriakan para penjaga di bawah. Mereka pasti sedang berusaha mencari jejaknya.
Tiba-tiba, pendengarannya menangkap suara langkah kaki yang mendekat di dalam lorong ventilasi yang sama. Seseorang mengikutinya. Kaelen berhenti dan menyandarkan punggungnya ke dinding lorong. Ia menggenggam erat Katana Jiwa, bersiap untuk menghadapi penyergapan.
Sosok itu semakin dekat, dan Kaelen bisa merasakan hawa keberadaannya. Bukan cyborg, melainkan manusia. Detak jantungnya sedikit meningkat. Apakah itu Sora? Atau mungkin Ryu Hoshi sendiri yang turun tangan?
Saat sosok itu berbelok di sudut lorong, Kaelen terkejut. Itu adalah seorang wanita muda dengan rambut ungu panjang yang dikepang dan mata hijau cerah yang tampak ketakutan namun juga penuh tekad. Di tangannya, ia memegang sebuah palu perang kecil yang terlihat usang namun terawat. Ia bukan salah satu penjaga Ryu Hoshi.
"Siapa kau?" bisik wanita itu, suaranya bergetar.
Kaelen menurunkan pedangnya sedikit. "Aku bukan musuhmu. Siapa kau dan apa yang kau lakukan di sini?"
Wanita itu tampak ragu sejenak, lalu menjawab dengan suara pelan, "Namaku Anya. Aku... aku ditahan di sini."
Kaelen mengerutkan kening. "Ditahan? Oleh Ryu Hoshi?"
Anya mengangguk lemah. "Mereka menangkapku beberapa hari yang lalu. Aku... aku tahu sesuatu yang tidak seharusnya kuketahui."
Sebelum Kaelen sempat bertanya lebih lanjut, suara langkah kaki lain terdengar semakin dekat. Kali ini, lebih dari satu orang, dan suara mereka terdengar lebih mengancam.
"Kita tidak punya waktu untuk ini," kata Kaelen. "Kau ikut denganku."
Tanpa menunggu jawaban, ia meraih tangan Anya dan menariknya bersamanya menyusuri lorong ventilasi yang sempit. Palu perang di tangan Anya tampak seperti mainan di bandingkan dengan Katana Jiwa milik Kaelen, namun ada sesuatu dalam tatapan matanya yang menunjukkan bahwa ia bukanlah orang yang lemah. Mereka berdua sekarang dalam pelarian, terperangkap di dalam sarang Naga Elektronik.
Kaelen dan Anya merangkak di dalam labirin ventilasi, suara alarm yang samar-samar masih terdengar di bawah mereka. Anya mengikuti Kaelen dengan patuh, meskipun ketakutan tampak jelas di matanya. Palu perang yang ia pegang tampak janggal, seolah ia tidak pernah menggunakannya untuk bertarung.
"Tadi kau bilang kau ditahan," bisik Kaelen, saat mereka berhenti di sebuah persimpangan. "Kenapa? Apa yang mereka inginkan darimu?"
Anya menundukkan kepalanya, suaranya pelan dan bergetar. "Mereka... mereka mencari Kode Genesis. Mereka pikir aku tahu di mana letaknya."
Mata biru neon Kaelen melebar. Kode Genesis adalah legenda. Konon, itu adalah source code kuno yang bisa mengendalikan seluruh jaringan elektronik di Neo-Kyoto. Siapa pun yang memilikinya akan menjadi penguasa kota, bahkan bisa membangkitkan kembali Sihir Kuno yang hampir punah.
"Kau serius? Kode itu hanyalah mitos," gumam Kaelen, tidak percaya.
"Tidak, ini nyata," jawab Anya, menatap Kaelen dengan mata penuh kepastian. "Aku... aku keturunan dari Klan Serigala, salah satu klan kuno yang menjaga rahasia ini. Kode itu ada di dalam darahku."
Kaelen terdiam. Ia pernah mendengar tentang klan-klan kuno, tapi ia menganggapnya sebagai dongeng. Jika yang dikatakan Anya benar, maka ia baru saja menolong orang yang paling dicari di Neo-Kyoto. Ia tidak hanya melawan Ryu Hoshi, ia juga membawa beban yang sangat besar.
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar semakin dekat. Kali ini, suara itu bukan datang dari bawah, melainkan dari lorong ventilasi yang sama. Kaelen menodongkan Katana Jiwa-nya, bersiap. Namun, yang muncul bukanlah penjaga biasa. Itu adalah Zarek, seorang pemburu bayaran yang memiliki reputasi kejam. Ia mengenakan baju besi stealth berwarna hitam legam dan membawa sebuah tombak plasma yang memancarkan cahaya ungu redup.
"Kaelen," sapa Zarek, suaranya seperti gerungan mesin. "Ryu Hoshi menawarkan hadiah besar untuk kepalamu."
Kaelen mendengus. "Ia selalu murah hati."
"Dan ada bonus untuk gadis kecil di sampingmu," tambah Zarek, matanya menyipit ke arah Anya. "Serahkan dia, dan aku akan membiarkanmu pergi."
Anya mengepalkan palunya erat, gemetar ketakutan. Kaelen menempatkan dirinya di depan Anya, melindungi gadis itu. "Aku rasa tidak."
Zarek menghela napas. "Pilihan yang buruk."
Pertarungan dimulai. Zarek adalah musuh yang jauh lebih kuat daripada penjaga biasa. Ia cepat, gesit, dan tombak plasma-nya bisa melepaskan ledakan energi yang berbahaya. Kaelen memblokir serangan pertama dengan pedangnya. Percikan api dan energi menyembur dari pertemuan kedua senjata. Kaelen merasa lengannya bergetar. Tombak Zarek memiliki kekuatan yang luar biasa.
Kaelen mengayunkan Katana Jiwa-nya, tapi Zarek menghindar dengan gerakan yang tidak terduga. Ia melompat ke atas, menendang dinding, lalu menyerang Kaelen dari belakang. Kaelen berhasil memblokir serangan itu lagi, tapi dorongannya membuat ia terhuyung.
Anya melihat Kaelen kesulitan. Tanpa pikir panjang, ia mengambil langkah maju. Dengan palu kecilnya, ia memukul dinding logam di sampingnya dengan sekuat tenaga. Palu itu, yang terbuat dari bahan aneh, mengeluarkan gelombang kejut yang merusak sirkuit dan menyebabkan lampu-lampu di lorong ventilasi berkedip-kedip. Zarek kehilangan keseimbangan sesaat.
Itu sudah cukup bagi Kaelen. Dengan kecepatan kilat, ia mengayunkan Katana Jiwa-nya. Bilah pedang yang bersinar hijau menebas tombak plasma Zarek. Kali ini, tombak itu tidak hancur, tapi retak dan meledak, mengirimkan gelombang energi yang melemparkan Zarek ke dinding. Zarek terbatuk, darah mengalir dari mulutnya. Ia menatap Kaelen dengan mata penuh kebencian.
"Ini belum berakhir," geram Zarek, lalu ia menggunakan perlengkapan jetpack kecil di punggungnya untuk terbang menjauh, menghilang dalam kegelapan.
Kaelen menoleh ke arah Anya. Gadis itu terengah-engah, masih memegang palunya. "Bagaimana... bagaimana kau bisa melakukan itu?" tanyanya. "Palu itu...?"
Anya menatap palunya, seolah ia sendiri tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lakukan. "Palu ini... ini adalah Palu Perusak. Itu terbuat dari bahan yang sama dengan Katana Jiwa milikmu. Ini juga adalah pusaka klan."
Kaelen terdiam, menatap palu di tangan Anya. Ia tahu, pedang dan palu itu adalah dua sisi dari koin yang sama. Pedang untuk memotong, palu untuk merusak.
Tiba-tiba, suara dari sistem komunikasi Kaelen berbunyi. Itu adalah suara seorang wanita, suaranya familier dan membuat Kaelen merasa tidak nyaman.
"Kau pikir kau bisa kabur?" suara itu adalah suara Sora. "Aku tahu kau bersamanya. Aku bisa merasakannya. Dia milikku."
Kaelen mematikan komunikasi itu, wajahnya tegang. Anya menatapnya, bingung.
"Siapa itu?" tanyanya.
"Sora," jawab Kaelen, suaranya dingin. "Sepertinya ia bukan hanya sekadar kaki tangan Ryu Hoshi. Ia juga salah satu dari Klan Serigala. Dan entah kenapa, ia menginginkanmu."
Kaelen sekarang berada dalam posisi yang sulit. Ia harus melindungi Anya dari Ryu Hoshi, Zarek, dan sekarang Sora, yang tampaknya memiliki hubungan pribadi dengan gadis itu. Misi untuk membunuh Ryu Hoshi kini menjadi lebih rumit dan jauh lebih pribadi. Ia harus membawa Anya ke tempat yang aman, namun di dunia cyberpunk yang berbahaya ini, tidak ada tempat yang benar-benar aman.
Keren Thor Aku ikutin novelnya😉😉😉