Sudah Bagus-bagus menjadi seorang Dokter di rumah sakit. Tavisha gadis cantik berhijab harus berhadapan dengan pria dingin yang sangat galak bernama Kastara. Bermula dari kedatangan pria itu yang membawa salah satu temannya yang terluka parah yang membuat kekacauan di rumah sakit.
Hari itu menjadi hari yang sangat sial bagi Tavisha, bagaimana tidak saat dirinya yang kebetulan ada di sana dan mendapatkan ancaman dengan pria tersebut menodongkan pistol kepadanya untuk menangani temannya terlebih dahulu.
Tavisha berhasil melakukan pertolongan pertama dan dia pikir dia sudah lolos dari pria agresif itu dan ternyata tidak. Tavisha justru terjebak dan selalu mendapatkan tekanan dari Kastara.
Alih-alih melarikan diri dari Kastara yang ternyata Kastara malah melamarnya. Tavisha yang tidak punya pilihan lain yang akhirnya menikah dengan Kastara.
Bagaimana Tavisha menghadapi pernikahannya dengan pria yang sangat agresif dan belum lagi banyak rahasia.
Follow Ig
ainunharahap12
ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2 Menegangkan
Pria tersebut semakin panik yang sudah mendekati Tavisha. Bagaimana dia tidak panik ketika melihat temannya itu sudah mulai kejang-kejang.
"Kau sengaja membunuhnya?" tanya pria itu.
"Kondisi pasien memang memburuk. Pasien banyak kehilangan darah!" tegas Tavisha.
"Aku tidak mau tahu bagaimanapun dia tidak boleh mati kau harus berusaha!" tegas pria itu.
"Suster tolong cek stok darah rumah sakit!" ucap Tavisha memberi perintah.
Suster langsung buru-buru keluar dari ruang perawatan. Tavisha berusaha untuk menyelamatkan pasien, hari ini Tavisha benar-benar sangat kacau menangani pasien sembari diawasi seperti itu yang membuat konsentrasinya justru terbagi-bagi.
"Awas saja jika sampai dia mati. Kau akan berurusan denganku dan aku akan mengirim mu ke neraka!" lagi-lagi pria itu hanya bisa memberikan ancaman saja.
Tavisha berusaha untuk tidak mempedulikan yang tetap menangani pasien semampunya, mereka juga sudah melakukan penjahitan pada luka operasi tersebut. Kondisi pasien memang tidak stabil terkadang menurun dan terkadang juga ada peningkatan.
Pintu ruangan UGD kembali terbuka yang mana Suster telah kembali.
"Dokter kita kehabisan stok darah AB," ucap Suster tampak takut takut mengatakan hal itu yang pasti dia sudah mendapatkan tatapan tajam dari pria tersebut.
"Apa rumah sakit ini tidak bisa bekerja dengan baik? bagaimana mungkin rumah sakit sebesar ini dan tidak ada darah yang di butuhkan," pria itu kembali protes.
"Kami akan melakukan yang terbaik, tolong beri saya waktu dan jangan terus menekan saya yang adanya pasien akan semakin parah!" tegas Tavisha.
"Kau sejak tadi terlalu banyak bicara. Apa dengan kau bicara seperti ini, pasien akan sembuh?" tanya pria itu.
"Lalu apa Anda sejak tadi tidak berhenti memberikan ancaman menodongkan pistol dan membuat kekacauan di rumah sakit pasien juga akan sembuh!" Tavisha kembali membalikkan pertanyaan itu.
"Jika Anda sejak tadi meragukan saya kenapa bukan Anda saja yang mengobati pasien dan tidak perlu membawa ke rumah sakit ini!" lanjut Tavisha pasti sudah semakin kesal melihat pria itu sehingga terjadi perdebatan diantara mereka.
Pria itu baru terdiam.
Tavisha yang kembali fokus pada pasiennya yang mengabaikan pria itu yang sekarang sudah tidak bicara lagi.
"Jika ada keluarga dengan golongan darah yang sama, sebaiknya langsung donorkan saja tanpa menunggu donor dari rumah sakit," ucap Tavisha memberikan saran tanpa melihat ke arah pria itu.
"Darahku, AB," jawabnya dengan datar.
"Suster bawa dia untuk melakukan transfusi darah!" titah Tavisha.
"Baik Dokter," sahut Suster yang menghampiri pria itu.
"Siapa nama tuan, saya harus daftarkan untuk memenuhi prosedur transfusi darah," ucap Suster yang terlihat takut-takut saat berbicara.
"Tuan!" Suster yang kembali menegur.
"Kastara!" jawabnya yang akhirnya menyebutkan nama itu.
"Kalau begitu! Mari tuan ikut saya!" ucap Suster.
"Aku hanya pergi sebentar dan jika kau sampai macam-macam kepadanya, aku tidak akan melepaskanmu!" tegas Kastara yang membuat Tavisha sejak tadi hanya diam saja dan terserah saja apapun yang dikatakan pria itu.
Akhirnya pria itu pergi juga yang membuat Tavisha menghela nafas.
"Terus marah-marah dan bukannya membantu malah membuat suasana semakin kacau. Huhhhhh," gumam Tavisha yang kembali melanjutkan pekerjaannya.
Akhirnya Setelah beberapa jam melakukan operasi pada pasien yang mengalami luka di bagian dada dan kepalanya itu akhirnya pasien berhasil melewati masa kritisnya dan juga sangat cepat mendapatkan donor darah yang tak lain dari Kastara.
Tavisha yang sekarang berada di ruangan pembersih setelah melakukan operasi yang terlihat mencuci tangannya dengan beberapa suster yang juga ikut bersamanya tadi.
"Baru kali ini mengoperasi pasien dengan jantung berdebar bukan karena pasien takut kenapa-napa tapi justru takut kita yang menjadi pasien," ucap salah satu Suster memang baru bisa bernafas lega ketika mereka sudah keluar dari ruang operasi dan pasien tersebut juga sudah dipindahkan ke ruang perawatan.
"Dokter Tavisha, bagaimana dengan pria itu apa masalah ini tidak akan diselesaikan dengan hukum. Karena bagaimanapun mereka sudah mengganggu ketentraman di rumah sakit ini dan terlebih lagi mengancam nyawa kita?" tanya Suster.
"Untuk masalah itu saya tidak tahu. Kita sekarang sudah berada di tempat yang aman, sudah tidak mendapatkan ancaman lagi dan pasien juga alhamdulillah sudah membaik, serahkan saja semua kepada tim rumah sakit tindakan apa yang akan mereka lakukan. Saya tidak ingin ikut campur terlalu jauh," ucap Tavisha yang memang hanya seorang Dokter pasti kekacauan yang terjadi di rumah sakit adalah urusan rumah sakit.
"Suster apa kamu sudah memberikan vitamin kepada pasien yang baru saja mendonorkan darahnya?" tanya Tavisha.
Suster tersebut menggelengkan kepala dengan samar yang membuat Tavisha mengerutkan dahi seolah bertanya kenapa.
"Saya sudah cukup Dokter menangani pasien itu, saya takut kembali untuk bertemu dengannya," jawabnya.
"Tetapi apapun itu Suster memiliki kewajiban untuk memastikan pasien dalam keadaan baik-baik saja dan apalagi baru saja selesai bukan transfusi darah yang artinya suster harus bertanggung jawab untuk memberikan vitamin agar kondisinya jauh lebih membaik," ucap Tavisha menyarankan.
"Tetapi yang saya lihat mau sebanyak apa darahnya didonorkan, kondisinya juga terlihat baik-baik saja dan tidak perlu diberikan vitamin," ucap Suster.
"Kamu tidak boleh mengatakan seperti itu. Apapun itu pasien harus tetap diberikan vitamin," sahut Tavisha.
"Dokter, Please jangan saya yang melakukannya," ucap Suster terlihat memang memiliki ketakutan untuk bertemu kembali dengan pasien yang Arogan itu.
"Baiklah, biar saya yang mengecek pasien tersebut," ucap Tavisha.
Suster mengangguk dengan menghela nafas, dia seakan kembali diberikan kehidupan.
Setelah Tavisha sudah kembali mengganti pakaiannya dengan pakaian Dokter yang akhirnya Tavisha memasuki ruangan perawatan pasien yang baru saja mendonorkan darahnya.
"Anda mau kemana?" tanya Tavisha begitu membuka ruangan tersebut dan lihatlah bagaimana Kastara yang ingin mencopot infus di punggung tangannya.
"Untuk apa juga aku berada di sini!" pria itu kembali bertanya.
"Untuk pemulihan, kamu baru saja mendonorkan darah kamu yang artinya banyak tenaga yang terkuras, kenapa tidak memakan makanannya?" mata Tavisha melihat makanan yang berada di atas nakas yang memang disediakan untuk pasien.
"Aku tidak bisa makan secara sembarangan," jawabnya.
"Ini rumah sakit dan tidak mungkin meracuni kamu. Kamu harus memakan makanan itu agar mendapatkan pemulihan dan baru bisa meminum vitamin," ucap Tavisha.
"Siapa kau yang berani mengaturku," sahut Kastara.
"Jika sudah berada di rumah sakit dan juga berada di ruangan pasien. Maka mengikuti peraturan yang ada," jawab Tavisha.
Kastara mendengus kasar dan kemudian dengan sangat cepat dia benar-benar mencopot infus di punggung tangannya itu yang membuat Tavisha kaget.
"Hey..." Tavisha bahkan tidak punya kesempatan untuk mencegah.
"Jangan pernah samakan aku dengan pasien di rumah sakit ini dan dalam kamusku tidak pernah bisa diatur oleh orang lain," ucapnya yang berdiri.
"Kamu mau kemana?"
"Kamu makan dan minum vitamin agar kondisi kamu membaik,"
"Tanpa melakukan semua itu aku jauh lebih baik," jawab Kastara yang langsung berlalu dari hadapan Tavisha.
"Hey kamu mau kemana?"
"Kamu belum sepenuhnya pulih!"
Apapun yang di katakan Tavisha tidak didengarkan Kastara yang tetap pergi.
"Ya Allah baru pertama kali aku bertemu dengan orang seperti itu, kenapa dia begitu keras kepala," ucap Tavisha dengan geleng-geleng kepala yang harus banyak-banyak menghela nafas.
Bersambung....
siapa ini sih Thor kasih penjelasan dong biar ga gelap gulita seperti ini