kehilangan bukan lah kesalahan ku, tetapi alasan kehilangan aku membutuhkan itu, apa alasan mu membunuh ayah ku? kenapa begitu banyak konspirasi dan rahasia di dalam dirimu?, hidup ku hampa karena semua masalah yang datang pada ku, sampai aku memutuskan untuk balas dendam atas kematian ayah ku, tetapi semua rahasia mu terbongkar, tujuan ku hanya satu, yaitu balas dendam, bukan jatuh cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kecelakaan Liora
"Bunuh perempuan itu sekarang! Aku sudah katakan berkali-kali, jangan sampai aku melihatnya lagi!" ucap Ahmad kepada Arman.
Saat ini, Ahmad sedang pusing karena rencananya hampir saja gagal. Leon goyah hanya karena bukti yang diberikan Liora. Memang benar, Aryanto dan dirinya adalah sahabat, tetapi Ahmad tidak pernah menutupi bahwa dirinya juga adalah pembunuh.
"Baik, Pak. Saya akan lakukan, kalau perlu malam ini," jawab Arman dengan tegas.
"Leon tidak boleh tahu kalau aku dan ayahnya berhubungan baik. Biar dia balaskan dendamnya kepadaku. Aku juga sudah menunggu ini selama bertahun-tahun."
Ahmad sebenarnya tidak pernah merencanakan hal buruk terhadap Leon, karena pesan terakhir dari Aryanto kepadanya. Hanya saja, di depan Kenzo, dia harus menjadi sosok ayah yang tangguh dan tampak seolah-olah dia juga ingin balas dendam.
"Liora nama gadis itu, Pak?" Arman memastikan lagi siapa yang menjadi targetnya malam ini.
Ahmad menarik napas dalam.
"Iya. Walau dia adalah putriku, aku akan tetap membunuhnya. Karena hanya Zelena-lah anak perempuanku satu-satunya."
Zelena dan Liora adalah saudara kandung. Mereka sama-sama lahir dari istri kedua Ahmad. Hanya saja, kelahiran Liora saat itu tidak diinginkan, sehingga ia diasuh dan dibesarkan oleh orang lain. Meski begitu, Wulan—ibu mereka—tidak pernah lupa menjenguknya. Itulah sebabnya Liora masih mengingat wajah ibunya.
"Baik, Pak. Saat ini Liora sedang dalam perjalanan menuju rumahnya. Saya akan segera mengikutinya."
"Hancurkan dia sampai tidak ada yang mengingat bahwa dia pernah ada di dunia ini. Dan hapus semua bukti dengan rapi bahwa kita adalah pelaku pembunuhannya," pinta Ahmad.
*
*
*
Sementara itu...
Zelena dan Leon dalam perjalanan pulang, sementara Arman sedang mengikuti Liora untuk menghabisinya.
Saat ini, mobil Liora berada di depan simpang tempat mobil Zelena dan Leon melaju. Mereka berada di jalan yang sama, hanya saja lampu merah mereka berbeda.
Leon sedang menggenggam tangan Zelena, merasakan kehangatan dari genggaman itu. Tiba-tiba, sebuah mobil melaju dari kiri mereka, terus lurus, lalu menabrak mobil yang berada di depan.
"Astaga!" ucap Zelena karena kecelakaan itu terjadi tepat di depan mata mereka.
Leon hanya diam, karena sudah banyak orang berdatangan untuk melihat korban.
"Kak, kita harus minggir," ucap Zelena, menatap Leon yang terlihat tenang.
Leon menatap ke belakang dan mulai memundurkan mobil. Mereka yang awalnya ingin ke arah kanan, malah tak jadi, karena Leon melihat plat nomor kendaraan yang kecelakaan itu.
"Liora...?" ucapnya pelan, sambil memutar balik mobil dan melaju menuju lokasi kecelakaan.
Setelah meminggirkan mobil, Leon langsung turun dengan terburu-buru.
"Kak, tunggu!" ucap Zelena yang masih sibuk membuka sabuk pengamannya.
Leon keluar dan meminta semua orang yang menghalangi jalan untuk menyingkir. Wajahnya memerah, dan air mata jatuh saat melihat bahwa benar Liora yang berada di dalam mobil itu.
"Lio... Lio... Liora!" teriak Leon sambil mencari cara untuk mengeluarkan Liora, dia memecahkan kaca dengan tanggan kosong, sambil berteriak memanggil nama Liora,
Tubuh Liora penuh darah. Luka-lukanya sangat parah. Saat ini, Liora telah kehilangan kesadaran, Leon memangku Liora, sehingga kemeja yang ia kenakan banjir darah,
Zelena keluar dan melihat Leon yang menangis sambil memangku gadis asing, air mata, dan raut wajah nya terlihat seolah gadis asing yang ada di pangkuan nya itu adalah nyawa nya, dia sangat terisak
"Siapa gadis itu...?" ucap Zelena dalam hati, melihat betapa terpukulnya Leon.
"Ambulans! Panggil ambulans!" ucap Leon panik, melihat kondisi Liora saat ini, dia berteriak sambil menangis, wajah Leon sangat kacau saat ini,
Namun tak ada satu pun warga yang merespons. Mereka hanya melihat, mereka sibuk berisik satu sama lain, tak ada yang mendengar ucapan Leon,
"Aku bilang panggil ambulans!" Leon berteriak sekali lagi, dan lebih keras, agar semua yang ada di hadapan nya sadar, bahwa dia butuh pertolongan
Zelena menyaksikan semuanya. Leon tampak sangat takut kehilangan wanita yang berada di pangkuannya, hingga salah satu dari warga yang berkerumun berkata " aku akan panggil kan "
Zelena tersadar, namun raga nya seakan meninggalkan tubuh nya, dia masih tidak percaya dengan apa yang ia saksikan,
Sampai akhirnya, suara ambulans datang. Leon bahkan tidak mau menggunakan tandu. Ia tetap menggendong Liora hingga ke dalam ambulans dan menidurkannya di sana.
Sebelum masuk, Leon menarik tangan Zelena, membawanya bersamanya menuju rumah sakit.
Di dalam ambulans, Zelena menatap Leon yang memegang tangan wanita itu sambil terus berkata,
"Tolong, Liora... tolong sadar..."
Sampai di rumah sakit, Leon masih memegang tangan Liora hingga suster membawanya ke ruang operasi.
Leon terduduk, melihat Liora dibawa masuk. Ia menangis, menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Zelena perlahan duduk di sampingnya, mengusap punggungnya.
"Wanita itu pasti baik-baik saja, Kak. Dia akan sadar," ucapnya lembut.
"Ya... aku yakin Liora akan baik-baik saja. Dia wanita yang kuat, aku yakin..." ucap Leon sambil menangis.
*
*
*
Berita Leon dan Zelena yang membantu Liora sampai ke telinga Ahmad.
"Sekarang juga jemput Zelena dari rumah sakit itu! Jangan biarkan dia dekat dengan Liora!" Ahmad tampak marah besar. Ia berteriak kepada Arman yang sudah berada di rumah.
Arman langsung menuju ke rumah sakit.
Beberapa menit dalam perjalanan, Arman sampai dan langsung ke depan ruang operasi, melihat Leon dan Zelena duduk berdampingan.
Arman mendekat.
"Pak Ahmad meminta kamu pulang, Zelena," ucapnya.
Zelena menatap Arman yang tiba-tiba saja muncul.
"Mas Arman tahu dari mana aku di sini?"
Zelena merasa curiga. Tak ada satu pun orang rumah yang tahu ke mana ia pergi—kecuali Leon.
Leon menatap Arman.
"Apakah kau di balik semua ini? Kau yang membuat Liora jadi seperti ini?!" Leon emosi dan menarik kerah baju Arman.
Arman tersenyum dalam hati. Situasi ini sangat cocok untuk merusak hubungan Leon dan Zelena.
"Kau tenanglah. Kita sedang berada di rumah sakit," ucap Arman, berusaha membuat Leon lebih emosi.
"Aku tidak peduli kita di mana! Wanita itu yang di dalam sana dia adalah orang terpenting dalam hidupku! Kau tahu itu?!"
Dan kalimat yang ingin Arman dengar pun keluar dari mulut Leon. Emosi telah menguasai Leon. Ia tidak sadar bahwa Zelena mendengar semuanya.
Masalah mereka yang baru saja selesai, kini kembali memanas.
Arman menarik tangan Leon yang menggenggam kerah bajunya, lalu menarik tangan Zelena dan membawanya pergi. Semua rencananya berjalan lebih mulus dari dugaan.
Leon hanya diam melihat Zelena dibawa pergi oleh Arman. Tak ada yang bisa ia lakukan. Saat ini, yang terpenting baginya hanya satu: Liora harus sadar.
Ada kabar bahagia buat kalian para pembaca setia novel ini, aku bakal adakan giveaway berupa hadiah uang tunai, untuk kalian yang beruntung, dengan syarat follow akun noveltoon aku yang ini, like, subscribe cerita nya, follow ig viola.13.22.26