NovelToon NovelToon
Andum

Andum

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Poligami / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:23.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dfe

Farraz Arasy seorang pemuda biasa tapi mempunyai kisah cinta yang nggak biasa. Dia bukan CEO, bukan direktur utama, bukan juga milyarder yang punya aset setinggi gunung Himalaya. Bukan! Dia hanya pemuda tampan rupawan menurut emak bapaknya yang tiba-tiba harus terikat dalam hubungan cinta tak beraturan karena terbongkarnya rahasia besar sang calon istri sebelum pernikahan mereka terjadi!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Salah siapa?

Langit yang tadinya cerah ceria, mendadak dikelilingi kabut mendung tebal. Tak sampai hitungan menit, sang langit langsung menurunkan guyuran air hujan dengan sangat derasnya.

Derasnya hujan sore itu seolah menenggelamkan suara decapan yang timbul dari kegiatan berbahaya dua orang manusia di dalam rumah yang sengaja tidak dinyalakan lampu atau penerangan apapun untuk menembus pekatnya kegelapan di dalam sana. Masih sore udah gelap? Iya! Hujan deras dan awan hitam itu mampu menutup sinar matahari yang harusnya masih bertengger di langit sana.

Nyatanya suasana dan cuaca itu justru dianggap mendukung untuk dua makhluk tersebut makin menaikkan adrenalin mereka. Yang satu memberi, satunya lagi menerima.

"Mora, ini nggak bener..." Suara Arraz terdengar juga akhirnya.

Kemejanya sudah lepas dari badan. Rambutnya awut-awutan berantakan. Sorot matanya sayu, mendamba tapi juga tak ingin melewati batasannya. Jelas Arraz tersiksa dengan situasi yang terjadi sekarang ini.

"Apanya yang nggak bener, Ar? Kita saling cinta, kita saling sayang.. Dan, yang terpenting kita akan segera menikah kan? Lalu kenapa? Apa salahnya kalau kita melakukan ini duluan?"

Dewi sudah mempertontonkan kedua aset gunung putih mulus yang dia miliki tanpa penghalang apapun. Dan juga, rok mini yang tadi dia pakai sudah tergeletak entah di mana. Menyisakan celana dalam berbentuk segitiga sama sisi yang menempel menutupi bagian inti tubuhnya, tapi yo opo sih.. Itu segitiga sama sisi yang digadang-gadang bisa menutupi bagian pusat bumi milik Dewi.. Nyatanya malah jadi benda yang paling berbahaya bentukannya! Karena si semvak itu sangatlah transparan seperti saringan tahu. Bahkan mungkin saringan tahu bisa lebih tebal wujud dan bentuknya timbang semvak yang dipakai si Dewi ini.

"Come on, sayaaaang.. Kita udah sama-sama dewasa. Aku tau kok, kamu nahan diri buat nggak nyentuh aku selama ini. Kita sebentar lagi sah Ar, nggak ada bedanya ngelakuin sekarang atau nanti. Rasanya sama aja."

Suara lembut mendayu yang terlontar dari bibir mungil Dewi bagai nyanyian Mak lampir yang berhasil mempengaruhi pikiran Arraz. Menghancurkan sedikit demi sedikit kewarasan yang Arraz punya. Apalagi ditambah kondisi Dewi yang sudah nyaris bug1l jika tak ada segitiga transparan di antara selangkangannya. Arraz tak pernah melihat pemandangan seperti ini seumur hidupnya. Beberapa kali dia ketahuan oleh Dewi sedang meneguk air liurnya sendiri hingga jakunnya naik turun menggemaskan.

"Pegang aja. Sentuh.. Cium juga boleh.. Aku milikmu Ar..."

Dewi tersenyum penuh kemenangan ketika Arraz menggerakkan tangannya ke dada tanpa penghalang yang tersaji di depan matanya. Arraz seperti orang bodoh yang menuruti semua ucapan Dewi, bahkan dia tak menolak ketika tangannya diajak bergerilya dua-duanya untuk menyentuh gunungan menantang itu.

"Aaaaah.. Iya Aaar.. Pegang.. Remaaas.. Aku mau kamu Aaar.. Aku mau kamuuuh.."

Wanita bernama Dewi ini sedang berbaring di sofa, kepalanya mendongak ke atas. Dia biarkan kekasih merangkap calon suaminya itu mengekspresikan apa yang ingin lelaki itu lakukan pada tubuhnya. Dia mode pasrah separah parahnya! Iya emang parah banget si Dewi ini. Menyesatkan!

Tapi, kok ya yang disesatkan seperti ikut menikmati! Mau disesatin ke mana aja juga udah manut manut aja si Arraz ini.

"Mor..."

"Nggak sayang.. Jangan berhenti! Aku udah nggak tahan.. Kamu harus lanjutin ini, kamu harus nuntasin apa yang kamu mulai Ar.. Aku nggak mau kamu berhenti. Ambil hak mu sekarang, aku nggak apa-apa. Aku ikhlas nyerahin diri aku sekarang sama kamu.."

"Tapi Mor..."

"No! Nggak ada tapi.. Kamu lihat kan, aku udah kayak gini. Kamu udah lihat semuanya! Aku bahkan tinggal nyopot CD ini, dan kamu bisa lihat milik ku seutuhnya... Harusnya kamu nggak perlu banyak mikir Ar.. Lakuin apa yang mau kamu lakuin sama aku. Aaar.. Please.."

Yang namanya laki-laki, dikasih pemandangan kayak gitu, di depan mata, untuk pertama kalinya, pastilah sesuatu yang berada di pangkal pahanya langsung bereaksi. Dan Dewi tersenyum menyadari perubahan yang terjadi pada diri Arraz.

"Look sayang.. punyamu berdiri.."

Tangan Dewi begitu berani mengusap benda apapun itu yang masih terbungkus celana milik Arraz.

"Kalau aku sudah memulai, aku nggak jamin bisa berhenti Mor.. Jangan nantangin aku lebih dari ini.." Arraz memejamkan mata. Menikmati sentuhan tangan Dewi yang tiba-tiba berubah jadi remasan dari balik celananya.

"Aku justru seneng kalau kamu sampai lepas kendali.. Aku sengaja nantangin kamu Ar.."

Dan Dewi sengaja mengubah cara duduknya menjadi mengangkang lebar luar biasa. Menampilkan keindahan versi dia, yang dia miliki dan dia banggakan.

"Di sini Ar..."

Tangan Dewi menuntun tangan Arraz untuk mau menyentuhnya di bagian paling sensitif miliknya. Membiarkan Arraz menikmati pemandangan goa yang masih dilapisi saringan tahu berbentuk segitiga sama sisi itu.

Arraz tentu langsung menuju ke sana. Tapi, tak ada pergerakan apapun yang dilakukan Arraz. Dewi berpikir jika Arraz sedang menikmati keindahan dirinya dari bawah sana. Dewi tetap memejamkan mata menunggu saat-saat nikmat ketika Arraz bergerak atau melakukan apapun pada inti tubuhnya. Namun bukankah ini terlalu lama. Memang apa yang sedang Arraz lihat? Apa segitunya dia terpukau dengan lubang miliknya?

"Ar?"

Arraz diam. Dia berdiri menatap tajam ke arah Dewi.

"Ar.. Kenapa?" Dewi kebingungan ketika Arraz justru berdiri lalu menyambar kemejanya yang tadi dia campakkan begitu saja.

"Sama siapa kamu pernah lakuin itu Mor???" Pertanyaan Arraz membuat Dewi melotot kaget.

"Ar, apa maksud kamu?! Aku nggak pernah lakuin itu sama sekali!!"

"BOHONG!! LALU ITU APA?? KAMU PUNYA PENYAKIT KELAMIN MORA??"

Dewi berdiri ingin memunguti pakaiannya. Hatinya sakit bukan main, bukan seperti ini yang dia mau!

"Kamu nuduh aku yang nggak-nggak Ar! Aku nggak pernah khianati kamu!! Kamu ngelantur!! Aku sakit hati sama kamu!!!" Tak kalah kesal, Dewi ikut meninggikan suaranya.

Dengan keras, Arraz mendorong Dewi hingga jatuh kembali ke sofa. Tangan yang tadi membelai lembut bagian tubuh Dewi seperti seorang yang sedang memuja, kini tangan itu juga yang menarik kaki Dewi dan membentangkannya lebar ke samping kanan kiri.

"INI!! INI JENGGER AYAM MORA, KAMU PUNYA KUTIL KELAMIN!! SIAL, ORANG YANG SELAMA INI AKU JAGA SEPERTI SEBONGKAH BERLIAN, TERNYATA TAK LEBIH DARI SEONGGOK BATU KALI!!!"

"Arraz.. Aku.. Itu bukan seperti yang kamu pikirkan.. Aku bisa jelasin Ar.."

Arraz tak menggubris ucapan Dewi. Dia membuka pintu rumah Dewi cepat, meninggalkan Dewi yang belum lengkap berpakaian. Masa bodoh! Hati Arraz hancur lebur saat ini. Wanita yang dia cintai, yang dia jaga sepenuh hati, yang dia titipkan cinta, yang dia penuhi harinya dengan perhatian dan penantian untuk bisa bersama menuju pelaminan.. Nyatanya hanyalah seorang Medusa!

"Aku salah apa sama kamu, Mor?! Aku kurang apa sama kamu?!"

Arraz bermandikan hujan memukul dadanya sendiri untuk menghilangkan rasa sakit di hatinya. Tak lama, Dewi keluar dari dalam rumah lalu memeluk Arraz dari belakang. Dia dekap erat perut Arraz seakan tak ingin melepaskan lelaki yang baru saja melihat seluk beluk tubuhnya.

"Ar.. Masuk Ar.. Aku bisa jelasin Ar.."

"Nggak Mor! Kita batalin aja pernikahan kita! Aku nggak bisa terima dikhianati kayak gini! KAMU PIKIR AKU SEBODOH APA HAH?? KAMU HANCURIN HATI AKU MOR!"

"Nggak Ar! Aku nggak mau! Pernikahan kita nggak boleh batal! Ar... Aku minta maaf.. Aku--"

"Minggir, aku nggak mau tertular penyakit kamu!"

Arraz melepaskan pelukan Dewi. Dia tak peduli dengan tangisan Dewi. Hati Dewi juga hancur, kata-kata Arraz tadi benar-benar membuat Dewi terpukul.

Tapi, dari pada Dewi.. Arraz lah yang paling tersakiti di sini..

______

Nah.. Hancur deh semuanya. Kalo udah kayak gini, mau nyalahin siapa?

1
vanilla
sepertiii apahhh....gimana rasanyahhh....jiwa keffoookuu meronta rontaa
vanilla
thorr mau nanyaaa
kemiringan kepala brp derajat ya🤭
vanilla
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
🍊 NUuyz Leonal
gimana,????
perjelas Thor aku juga belum paham rasanya
🍊 NUuyz Leonal
nah Untung ini peka 🤣🤣
🍊 NUuyz Leonal
iya Thor 😭😭
🍊 NUuyz Leonal
bakal apa zea
🍊 NUuyz Leonal
sabar Bu yan kenyataan memang tidak akan seindah ekspetasi 😌😌
Ⓜ️αɾყσɳσՇɧeeՐՏ🍻¢ᖱ'D⃤ ̐
cieeee berhasil juga ngokop bibirnya zea hahahahah
suwun Thor adegan kokop2annya 🙊🏃🏃
Mrs. Dinold
🤣🤣🤣🤣..bener banget..
Dewi kunti
😂😂😂😂😂 nganti apal
Dewi kunti
Yo gede anu ne kok🤭🤭🤭
99% Menuju Tobat😇
seperti apa?
maaf aku yg polos ini bertanya dengan nada dering selembut2nya.. tolong dijawab, jangan dijokiin😐
Alya Karunia
dari senyum" terus nyengir eh kok bablas ketawa baca bab ini 😄😄
Hikari Puri
akhirnya setelah sekian kali diphp othornya,kelakon jg adegan kokop mengkokopnya🤭🤭
vanilla
kayane udah gak buka lowongan deh Thor...buat gantiin patungnya
vanilla
mungkin rokok...
vanilla
hadeuhhh thorrr...làgi makan pagi inihhh
vanilla
readers kecewa gak jdi kokopan..
Alya Karunia
ga bisa berkata kata lagi sama kelakuan mu Wi Wi 😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!