NovelToon NovelToon
Jagoan Di Tanah Sunda

Jagoan Di Tanah Sunda

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Ahli Bela Diri Kuno / Epik Petualangan / Balas Dendam
Popularitas:339
Nilai: 5
Nama Author: Panel Bola

Kisah ini menceritakan tentang seorang anak yang bernama Darman dan lebih di kenal dengan nama si rawing, dia adalah anak dari seorang jawara silat, tapi sayang bapaknya meninggal akibat serangan kelompok perampok yang datang ke desanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Panel Bola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rapat di balai desa

Pagi hari, burung-burung berkicau sambil mengepakkan sayapnya.

‎Para warga yang ada di desa jati sari sudah sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

‎Di salah satu rumah yang terlihat rapih dan bersih, terlihat ada seorang laki-laki yang lumayan muda dia memakai jubah putih dan celana putih, dia terlihat sedang mengobrol dengan seorang wanita muda yang memiliki wajah cantik.

‎"Jadi, akang Wira karta sekarang mau memenuhi undangan dari Ki Arminta selaku pemimpin di desa jati sari yang sekarang.?"

‎"Benar Ningsih, Sebab hari ini merupakan kesempatan yang bagus untuk memperkuat keamanan bagi desa jati sari."

‎Ningsih menatap lekat-lekat ke arah Wira Karta yang merupakan suaminya itu, di dalam hatinya ada rasa cemas, sebab yang akan di bahas di balai desa adalah tentang kejadian-kejadian yang menimpa desa-desa yang berada dekat dengan desa jati sari.

‎"Kalau nanti Ki Arminta, meminta bantuan kepada kang Wira Karta, akang jangan menyanggupinya. Sebab tanggung jawabnya berat kalau akang harus menjaga keamanan desa jati sari ini."

‎Wira Karta tersenyum, dia mengerti tentang ke hawatiran istrinya itu. Sikapnya tetap tenang menandakan dia memiliki kepercayaan terhadap kemampuan yang di miliki dirinya sendiri.

‎"Ningsih, di desa ini hanya akang yang di anggap mampu untuk menjaga keamanan desa ini. Akang sebagai salah satu guru silat harus menyumbangkan tenaga dan pikiran, sewaktu desa ini terancam bahaya."

‎"Tapi akang juga harus ingat, kalau ada kejadian yang tidak inginkan terhadap akang, sedangkan anak kita si Darman belum dewasa, ini harus menjadi pertimbangan."

‎Mendengar sang istri menyebut nama anak mereka, Wira Karta baru ingat kalau dia belum melihat anaknya.

‎"Sekarang di mana anak kita.?"

‎"Seperti biasa, dia pergi ke ladang mencari rumput untuk makan kambingnya."

‎"Ya sudah kalau begitu. Akang pamit."

‎"Hati-hati."

‎Ningsih menatap lekat-lekat punggung suaminya itu yang melangkah pergi.

‎*******

‎Di balai desa, waktu kedatangan Wira Karta, dia di sambut dengan hangat oleh seluruh warga, mereka semua sudah tahu tentang kemampuan Wira Karta dan dia merupakan satu-satunya di desa jati sari yang menjadi guru silat utama dari perguruan Cula Badak, yang merupakan satu-satunya perguruan silat yang ada di desa jati sari.

‎Setelah semua orang sudah berkumpul, Ki Arminta yang merupakan kepala desa di desa jati sari memulai pembicaraan.

‎"kepada semua warga desa jati sari, terutama saudara Wira Karta, saya mengucapkan terimakasih karena telah hadir di balai desa  hari ini. Ada rasa menyesal bagi kami semua, karena kami  tidak bisa mempelajari ilmu silat yang ada di perguruan Cula Badak. kalau saja kita semua mempunyai ilmu silat, tentu desa kita akan aman dari para perampok."

‎Ki Arminta berhenti sejenak, matanya memperhatikan sekelilingnya.

‎"Oleh sebab itu, ini adalah suatu kewajiban bagi kita semua untuk mengamankan desa dari ancaman kelompok Macan Liar yang di pimpin oleh Si bewok. Desa-desa yang dekat dengan desa kita, tadi malam sudah menjadi korban kelompok Macan Liar. Untuk malam-malam selanjutnya mungkin desa kita yang akan menjadi korban. Oleh karena itu, Kita harus mempersiapkan diri  agar kita semua tidak menjadi korban keganasan kelompok Macan Liar."

‎Salah satu laki-laki tua mengangkat tangannya, lalu berkata, "Tapi kita juga harus mempertimbangkan tentang kemampuan kelompok Macan Liar, sebab  kelompok Macan Liar ini bukan kelompok sembarangan, mereka adalah orang-orang ahli dalam ilmu silat. Yang menjadi pikiran, siapa yang harus menghadapi mereka.?"

‎Ki Arminta melirik ke arah Wira Karta, yang terlihat tenang, Wira Karta duduk bersama kedua murid pilihannya.

‎"Apa yang baru saja di sampaikan oleh saudara memang tidak salah, mempertahankan desa ini dari gangguan manapun, tentu merupakan tanggung jawab kita semua, tapi yang menjadi pikiran kelompok Macan Liar memang memiliki kemampuan silat yang hebat, oleh karena itu kepada saudara Wira Karta, saya mempersilahkan untuk berbicara."

‎Wira Karta mengangguk, lalu berdiri dan melihat ke sekeliling, sikapnya tenang dan penuh wibawa.

‎"kepada semua warga, sebagaimana yang telah di sampaikan oleh kepala desa  memang tidak salah. Sebenarnya si Bewok selaku pemimpin kelompok Macan Liar itu dulunya satu perguruan dengan saya sewaktu masih remaja, tapi jalan kehidupan yang berbeda sudah memisahkan hubungan persaudaraan, si Gopar alias si Bewok adalah orang yang kejam dalam bertindak, ilmu silat yang dia miliki memang bertambah kuat, sebab dia telah menyerap ilmu dari beberapa guru yang lain, tidak aneh kalau dia menjadi pemimpin kelompok Macan Liar."

‎Wira Karta berhenti berbicara, dalam pikirannya dia teringat saat dia masih berguru kepada Ki Wiguna yang berada di gunung Arga Wina bersama si Gopar alias si Bewok yang merupakan murid jenius yang mampu menyerap semua ilmu dari sang guru.

‎Wira Karta melanjutkan kembali ceritanya, "Gopar alias si Bewok memang memiliki kemampuan dalam memainkan Senjata goloknya. ilmu goloknya itu tidak bisa di anggap enteng. Kalau memang si Bewok datang secara langsung, warga sekalian tidak perlu cemas, biar saya yang menghadapi si Bewok."

‎Wira Karta memberi ketenangan hati warga yang datang. Dalam artian dia telah menyanggupi kalau dia akan menghadapi Gopar alias si Bewok.

‎Salah satu warga mengangkat tangannya, kalau di lihat dari penampilannya dia seumuran dengan Wira Karta, "permisi saudara Wira Karta, kalau kamu yang akan menghadapi si Bewok, tapi anak buah si Bewok juga tidak bisa di anggap remeh mereka semua juga jago dalam ilmu silat.? sedangkan di pihak kita yang bisa ilmu silat bisa di hitung dengan jari itupun belum menguasai sepenuhnya."

‎"Perkataan saudara memang benar, hal ini merupakan kelemahan kita." Wira Karta melirik kedua muridnya yang tadi duduk bersamanya. "Marlan dan Sobari merupakan murid saya yang telah lumayan banyak menyerap ilmu silat yang saya ajarkan, mereka bisa di andalkan. Sedangkan untuk sisanya, saya mohon bantuan saudara-saudara untuk meningkatkan keberanian sebab nanti desa kita bakal menjadi tempat mereka menjarah saat mereka datang ke desa kita."

‎Banyak sekali yang di bahas oleh Wira Karta, khususnya kelompok Macan Liar yang di pimpin oleh Si Bewok.

‎*******

‎Setelah selesai rapat di balai desa, Wira Karta sampai di depan rumahnya.

‎Saat melihat kedatangan sang suami Ningsih berdiri dari duduknya dan bertanya, "Bagaimana hasil rapat di balai desa? kalau menurut Ningsih, akang tidak perlu ikut campur kalau masalah itu mengancam nyawa."

‎Wira Karta menarik napas dalam-dalam dan matanya melihat ke arah halaman rumah, lalu berbicara seperti kepada dirinya sendiri.

‎"Memang tidak mudah untuk melawan si Gopar, apalagi sekarang dia telah menjadi pemimpin kelompok Macan Liar."

‎Mendengar sang suami menyebut nama Gopar, Ningsih mengerutkan keningnya dan jantungnya berdetak kencang, dalam kepalanya dia teringat waktu dirinya masih gadis.

‎Gopar juga menyukai dirinya tapi Ningsih sudah tertarik kepada Wira Karta, hal ini membuat Wira Karta dan Gopar bertarung, tapi saat itu Wira Karta memenangkan pertarungan.

‎"Memang akang bertemu dengan kang Gopar.?" tanya Ningsih penasaran.

‎"Ningsih, Gopar itu adalah si Bewok yang sekarang memimpin kelompok Macan Liar, yang dalam waktu dekat ini terus-menerus merampok di setiap desa. Malahan tadi malam desa yang di rampok  adalah desa yang paling dekat dengan desa kita."

‎Mendengar hal ini, Ningsih merasa takut dan terbayang perawakan Gopar sewaktu remaja yang memiliki badan tinggi, besar dan juga tampan, tapi ada satu hal yang membuat Ningsih tidak tertarik terhadapnya, Gopar suka memainkan hati wanita dan juga memiliki sifat yang angkuh dan juga sombong.

‎"Ohh, terus kalau memang kang Gopar datang ke desa kita bagaimana kang.?"

‎"Kalau itu terjadi, terpaksa akang yang akan menghadapinya langsung, sebab akang tidak bisa hanya diam melihat desa kita di rampok seenaknya oleh mereka."

‎"Tapi, ehhh... Kenapa kita tidak pergi meninggalkan desa ini kang.? kita mengungsi, lalu mencari desa yang jauh dari bahaya."

‎"Ningsih, akang adalah laki-laki, dan akang juga merupakan seorang guru dari perguruan silat. Apa gunanya akang belajar ilmu silat kalau akang masih takut sama kematian. Tidak bisa akang harus berjuang untuk desa ini." ucap Wira Karta dengan sikap tegas.

‎""Tapi kang, akang juga harus ingat dengan keluarga akang, Darman masih kecil, Ningsih tidak mau akang mengalami kejadian yang tidak di inginkan."

‎Suara Ningsih bergetar, kali ini dia tidak setuju dengan sikap yang di tunjukkan oleh sang suami.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!