Dinikahi Kakek Impoten

Rani, gadis desa berusia 17 tahun, menjadi perhatian seluruh penduduk di kampungnya. Kecantikannya yang luar biasa, dengan tinggi badan yang langsing dan kulit putih bak kapas, membuat ia dijuluki sebagai bunga desa.

Setiap langkahnya selalu diikuti pandangan kagum, tak terkecuali dari pemuda hingga pria tua di kampung tersebut. Rani, dengan rambut hitam panjangnya yang selalu terurai indah, menjadi simbol keanggunan dan kecantikan yang tak terbantahkan di mata warga desa.

Rani, juga seorang remaja yang harus menelan pahitnya kehidupan setelah kehilangan kedua orang tua dalam waktu yang singkat. Setelah ibu kandungnya meninggal dunia dua tahun lalu, ayahnya memutuskan untuk menikahi Susi, seorang wanita yang kini menjadi ibu tirinya.

Susi sebenarnya adalah pada awalnya adalah seorang wanita yang baik hati dan lembut, namun masih terasa ada jarak di antara mereka berdua. Rani merasa kehadiran Susi tidak bisa menggantikan kehangatan yang dulu diberikan oleh ibu kandungnya.

Namun saat ayah Rani meninggal karena kecelakaan, hubungan antara Susi dan Rani menjadi retak dan tak baik. Susi sering kasar pada Rani dan memperlakukannya layaknya pembantu.

Rani sering sekali disuruh mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga yang harusnya ia yang mengerjakan.

Terlebih ketika ia menikah lagi dengan pria yang bernama Tikno, Susi makin berlaku tak baik pada puteri tirinya itu.

Lebih parah lagi Tikno adalah pria yang telah merenggut kehormatan Rani.

Sejujurnya Rani lelah dengan keadaan ini, namun ia tak punya taring, seolah ia tidak bisa keluar dari zona tak nyamannya itu.

Jika ia ingin pergi, akan kemana? Sedangkan dirinya belum lulus sekolah dan masih satu tahun lagi baru bisa ia dapat ijazah untuk mencari pekerjaan.

Setelah selesai memakai milik Rani, Tikno kembali ke kamar istrinya. Lalu ia merebahkan dirinya diatas kasur karena nanti malam ia akan kerja malam sebagai security di salah satu pabrik.

Rani beranjak dari tempatnya dan dengan cepat ia mengunci kamarnya, ia tidak ingin kejadian tadi terulang lagi.

Dan sampai detik ini Susi tidak tahu bahwa suami tercintanya kerap memasuki lahan Rani, dan Tikno menjadi keseringan jika ada waktu ia akan selalu meluangkan waktunya untuk bermain dengan Rani.

Sedangkan dikota besar seorang pria yang tidak lagi muda, yaitu berusia 50 tahun sedang berbaring diatas kasur dengan ketidakberdayaan nya.

Sang isteri terlihat berbaring disampingnya, ia merasa kecewa saat lagi-lagi suaminya itu memberikan harapan palsu padanya.

Sudah lebih dari 5 tahun mereka tidak lakukan ibadah suami istri karena kondisi Malik yang sudah tidak muda itu tidak bisa berdiri lagi rudalnya karena sempat mengalami kecelakaan mobil yang membuat pria tua itu tidak bisa lakukan tugasnya sebagai seorang suami.

"Maafkan saya sayang, mungkin karena kecelakaan itu,sehingga....."

"Sudahlah pak, mungkin karena kamu sudah tua saja." Keluh sang isteri yang merasa kesal setelah mencoba membangunkan dedek dibawah sana tapi tidak juga 0n.

Dan Susan, merasa kesal karena harus berapa lama lagi ia berpuasa, memang awalnya kecelakaan yang menyebabkan Malik tak bisa bangkit lagi timunnya karena ia sempat mengalami patah tulang belakang.

Malik juga pernah berada di kursi roda untuk waktu yang lama, hingga ia berobat teratur dan pria itu kini hanya mengenakan tongkatnya saja.

Namun walau ia telah sembuh dan tidak lagi berada di kursi roda, tetap saja adek bawahnya tidak bisa berdiri lagi.

"Aku akan mencoba berobat."

"Sudahlah tidak perlu, lagi pula akan sia-sia." Jawab sang isteri jengah.

Memang Malik akui, bahwa ia telah banyak meminta bantuan orang, dokter bahkan paranormal untuk mengobati penyakit imp0 t3n nya namun tidak juga berhasil.

Pria tua itu pun telah mengeluarkan banyak uang yang berakhir dengan sia-sia, kini sang istri marah dan meminta bercerai.

"Apa cerai sayang?"

"Iya Malik, aku tidak sudi menunggu adekmu bangun. Segera ceraikan aku."

"Aku mohon beri aku kesempatan. Jika tidak juga berhasil kamu boleh bercerai dariku." Tukas Malik yang tidak ingin hanya karena adeknya tidak bangun sampai bercerai.

Padahal pernikahan mereka telah lama terjadi, sudah 25 tahun. Memang saat menikahi isterinya Malik sudah matang dan sukses. Usia saat ia menikah pun saat itu telah mencapai 35 tahun.

Saat ini sang isteri berusia 48 tahun, lebih muda dibawah Malik, namun untuk urusan biologis wanita paruh baya itu masih berkobar.

"Baiklah aku akan berikan kamu waktu tiga bulan, dan jika waktu itu telah berakhir kamu harus ceraikan saya." Terang sang isteri yang akhirnya mau berikan satu kesempatan lagi.

Malik menarik sudut bibirnya lalu ia berterima kasih pada isterinya, Malik pun menyuruh asistennya untuk mencarikan pengobatan yang manjur.

Hingga Malik diarahkan kesebuah desa yang terletak di pegunungan, disana pria tua itu datang sendiri tanpa di ikuti oleh isterinya, hanya asistennya saja.

Sang isteri tidak mau mengikuti Malik karena ia telah kesal dengan suaminya itu. Sang istri tidak ikut dengan dalih mengurusi anak-anak mereka yang telah dewasa.

Dari pernikahan mereka, Malik memiliki dua anak, laki-laki dan perempuan. Yang pria berusia 24 tahun dan kini bekerja di salah satu perusahaan Malik di kota itu.

Sedangkan yang perempuan masih kuliah dengan usia 20 tahunan.

Malik datang ke pedesaan itu dan tinggal dirumah besar miliknya, karena pria tua itu memiliki banyak tanah dan kebun teh.

"Tuan, istirahat dulu. Nanti pelayan yang akan mengurus tuan selama berada disini." Ucap asisten Malik yang usianya sekitar 45 tahunan itu.

"Baik, pergilah dan urus perusahaan saya dikota selama saya tinggal disini."

"Baik tuan." Jawab Rico yang sudah seperti sodara sendiri.

"Jaga keluargaku selama aku didesa ini, dan aku tidak mau banyak pelayan disini. Aku hanya butuh untuk masak dan supir saja."

"Hanya itu tuan?"

"Iya, aku ingin menenangkan diri juga. Pergilah!" Perintah Malik.

Rico pun pergi dari hadapan tuannya, ia pun kembali ke kota untuk membiarkan Malik tinggal didesa dimana pria itu rencananya akan berobat.