Lin Zhiyuan, adalah pemuda lemah yang tertindas. Ia menyelam ke kedalaman Abyss, jurang raksasa yang tercipta dari tabrakan dunia manusia dan Dewa, hanya untuk mendapatkan kekuatan yang melampaui takdir. Setelah berjuang selama 100.000 tahun lamanya di dalam Abyss, ia akhirnya keluar. Namun, ternyata hanya 10 tahun terlalui di dunia manusia. Dan saat ia kembali, ia menemukan keluarganya telah dihancurkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1 Kebangkitan dari Abyss
Di ujung dunia, dimana daratan berakhir dan langit runtuh ke dalam kehampaan, terbentang sebuah jurang yang tidak memiliki dasar.
Mereka menyebutnya Abyss — luka purba dunia, tempat dimana cahaya mati dan suara pun kehilangan arah.
Tidak ada burung yang terbang di atas sana, tidak ada roh yang berani melintasinya. Yang ada hanyalah diam dan kegelapan yang hidup, mengintai, dan bernafas.
Abyss bukan sekadar jurang. Ia adalah Retakan Dunia Dewa—luka purba yang tercipta ketika dunia fana bertabrakan dengan dunia para Dewa. Disanalah hukum alam retak, waktu bengkok, dan semua kehidupan yang masuk kehilangan maknanya.
Kabut hitam bergulung pelan di permukaannya, menutup pandangan sejauh mata memandang. Setiap hembusan angin yang keluar dari dalam jurang membawa jeritan samar dari jiwa-jiwa yang pernah terperangkap namun tak bisa kembali.
Selama ribuan tahun, Abyss tetap sunyi.
Namun pada hari ini—sunyi itu pecah.
DUARRR!!
Ledakan dahsyat mengguncang langit dan bumi. Gelombang Qi menembus kabut, membelah langit dengan cahaya merah yang kelam.
Tanah di sekitarnya bergetar seperti naga yang menggeliat bangkit dari tidur panjang.
Langit memucat sebelum terbelah dua, menampakkan lautan energi murni yang menyembur dari kedalaman jurang seperti pilar cahaya surgawi.
Suara ledakan dari kedalaman Abyss mengguncang seluruh penjuru dunia hingga ke akar-akarnya.
Gunung bergetar, laut mendidih, dan formasi perlindungan kuno yang telah berdiri selama ribuan tahun meledak satu per satu seolah tak sanggup menahan tekanan Qi yang meluap dari kedalaman Abyss.
Dalam sekejap, seluruh daratan dunia kultivasi terselimuti cahaya merah darah yang berpadu. Setiap makhluk—mulai dari manusia, roh, hingga binatang buas—merasakan tekanan yang menekan jiwa mereka.
....
Di puncak gunung tertinggi wilayah selatan, seorang pria tua berambut putih duduk bersila di tengah pusaran kabut spiritual. Ia telah bertapa selama seratus tahun, tak pernah membuka mata sejak mencapai ranah Kaisar Alam.
Namun kali ini—
Kabut di sekitarnya bergetar, menghilang seperti tersapu badai. Untuk pertama kalinya, ia membuka matanya yang bersinar keemasan.
“Kekuatan ini... menembus batas dunia fana. Siapa... yang berani membangunkan Qi setingkat dewa di zaman yang membusuk ini?”
Nada suaranya tenang, tapi tak bisa dipungkiri bahwa setetes keringat mengalir di dahinya.
....
Sementara itu, bahkan di tengah pertempuran sengit antara Kerajaan Feng dan Kekaisaran Zhen, ribuan pasukan berhenti bergerak bersamaan.
Tombak yang diangkat terhenti di udara. Kuda-kuda perang meraung dan rebah, darah mereka mendidih.
Para jenderal menatap langit, tubuh mereka bergetar ketakutan.
“Langit... bergetar? Apakah... ini akhir dunia?”
Qi yang mengalir di udara menekan begitu kuat hingga para kultivator tingkat Ranah Penyempurnaan Qi ke bawah tak mampu bernapas.
Beberapa langsung berlutut tanpa sadar, wajah mereka memucat.
Di kejauhan, seorang komandan perang hanya bisa berbisik lirih, “Kekuatan seperti ini... bahkan Dewa Pendiri kita pun tidak sanggup menampungnya…”
....
Di atas gunung es abadi, sebuah istana kristal bersinar lembut dalam cahaya biru keperakan.
Seorang wanita duduk di atas singgasananya—rambutnya seputih salju, jubahnya berkilau seperti bintang-bintang.
Seekor naga es berukuran raksasa melingkar di belakangnya, membuka mata dengan tatapan dingin yang menembus awan.
Wanita itu menatap jauh ke arah timur, ke titik di mana Abyss berada. Hembusan napasnya saja membuat ruangan membeku, tapi jemarinya sedikit bergetar.
“Seratus ribu tahun... tidak ada yang bisa menembus batas Abyss. Namun kini, seseorang telah melakukannya.”
Matanya menyipit, kilau biru di matanya bergetar.
...
Sedangkan di wilayah tengah, di ruang meditasi yang luas, puluhan tetua sekte terbangun bersamaan.
Altar batu yang dijaga selama ribuan tahun mulai retak. Prasasti kuno di dinding, yang menuliskan larangan memasuki Abyss sebagai hal yang tabu, bergetar dan memancarkan cahaya menyilaukan sebelum hancur berkeping-keping.
Sang Kepala Sekte menatap reruntuhan itu, matanya serius.
“Tulisan segel para leluhur... hancur dengan sendirinya.”
Ia mengepalkan tangannya, wajahnya muram.
“Bencana atau kelahiran kembali... dunia akan segera tahu jawabannya.”
...
Sementara itu, di dasar jurang Abyss yang selama ini diselimuti kegelapan abadi, sebuah siluet perlahan muncul di udara.
Dari dalam kabut hitam yang berputar, muncullah seorang pemuda berbusana hitam dengan motif emas yang berkilau bagai api ilahi. Rambut hitam panjangnya jatuh bebas seperti aliran malam, menari dalam pusaran energi.
Tatapannya tajam dan dingin, seperti bilah pedang yang telah menelan jutaan jiwa.
Cahaya merah darah langit yang terbelah memantul di wajahnya—memberi kesan seperti dewa yang baru saja keluar dari neraka.
Di matanya, ada kedalaman yang tak dimiliki oleh manusia biasa—kedalaman dari seseorang yang telah mati dan hidup kembali jutaan kali.
Senyum tipis muncul di bibirnya. Suara tawanya bergema di antara ruang dan waktu, mengguncang seluruh lembah.
“Hahaha… seratus ribu tahun… dan akhirnya aku keluar!”
Langit bergemuruh menjawab tawa itu.
Energi yang memancar dari tubuhnya membuat udara bergetar seperti kaca retak.
Bumi berlutut, angin berhenti, dan dunia seperti menahan napas di hadapan sosok yang telah menantang hukum alam itu.
Namanya Lin Zhiyuan. Dulu, dia hanyalah sampah di mata dunia—seorang kultivator dengan akar spiritual yang rusak, dicemooh, dan diremehkan oleh semua orang.
Namun di tengah hinaan itu, dia menentang nasibnya. Dengan tekad gila, ia melompat ke dalam jurang Abyss, tempat yang bahkan para pendekar ahlipun enggan pandang.
Zhiyuan masuk dengan satu tujuan—mencari Jantung Abyss, artefak langit yang konon dapat memperbaiki akar spiritual dan menentang kehendak langit. Benda itu hanyalah rumor semata yang belum terbukti keasliannya. Namun bagi Zhiyuan yang sudah putus asa dengan nasibnya, memutuskan untuk membuktikannya sendiri.
Namun begitu ia melangkah terlalu dalam, Abyss menelannya. Jalan keluar lenyap. Langit terbelah, tanah berbisik, dan waktu mulai kehilangan arah.
Tahun demi tahun berlalu. Zhiyuan belajar bertahan dengan darah dan dagingnya sendiri. Ia memakan rumput spiritual yang beracun, minum dari air hitam yang bisa melarutkan tulang, dan membunuh demi bertahan hidup.
Namun, sekuat apapun tekadnya untuk hidup, tetap saja ia harus terbunuh oleh monster yang sangat kuat.
Tapi bahkan di Abyss sekalipun, kematian tidak ada maknanya....
Ia kembali hidup, bukan sebagai manusia tapi sebagai Makhluk Abyss.
Zhiyuan mulai berkelana sebagai roh, namun karena tekadnya yang kuat untuk menemukan Jantung Abyss, ia kembali berjuang meskipun sebenarnya sudah mati.
Masuk lebih dalam ke jurang Abyss, ia bertemu monster yang melampaui imajinasi—makhluk dari era sebelum kelahiran dunia.
Dalam penderitaan yang tak berujung, ia mati, bangkit, lalu mati lagi. Seratus, seribu, jutaan kali. Hingga jiwanya tak lagi bisa dibedakan dari Abyss itu sendiri.
Namun di dalam kegelapan itu, Jantung Abyss akhirnya terlihat. Dia menemukannya tepat di tengah-tengah jurang kematian, tempat dimana tulang-tulang Dewa membusuk, dan pada saat itu, seluruh jurang bergetar. Energi langit dan bumi menelannya, memurnikan jiwa yang telah ia hancurkan berkali-kali.
Zhiyuan mendapatkan kembali tubuh fisiknya yang jauh lebih kuat, dan lebih penting, ia berhasil menumbuhkan kembali akar spiritualnya—bukan sebagai manusia, tapi sebagai makhluk yang melampaui batas keberadaan.
Namun, jalan keluar dari Abyss tidak semudah yang dibayangkan meski ia sudah mendapatkan artefak terkuat peninggalan para dewa.
Di bawah sana, ada sesuatu yang lebih kuat—Raja Abyss, makhluk yang lahir dari kehendak Abyss sendiri, entitas yang menolak siapa pun untuk keluar.
Pertarungan mereka berlangsung selama ratusan tahun tiada henti. Langit Abyss runtuh, bintang-bintang jatuh, dan lautan Qi berubah menjadi darah.
Zhiyuan, yang telah mendapatkan kekuatan yang luar biasa imbang melawan Raja Abyss. Mereka terus bertarung, membuat kekacauan masif di dalam abyss hingga berdampak pada dunia luar.
Dan akhirnya, dengan satu pukulan yang memecah ruang dan waktu, ia berhasil menghancurkan Raja Abyss dan menembus jurang yang mengurungnya di neraka itu.
Ia akhirnya berhasil keluar dari Abyss setelah 100.000 tahun lamanya....
mlh kalo baru awal2..kek semua tokoh tu mukanya smaaaaaaa..🤣🤣