Atas desakan ayahnya, Poppy Yun datang ke Macau untuk membahas pernikahannya dengan Andy Huo. Namun di perjalanan, ia tanpa sengaja menyelamatkan Leon Huo — gangster paling ditakuti sekaligus pemilik kasino terbesar di Macau.
Tanpa menyadari siapa pria itu, Poppy kembali bertemu dengannya saat mengunjungi keluarga tunangannya. Sejak saat itu, Leon bertekad menjadikan Poppy miliknya, meski harus memisahkannya dari Andy.
Namun saat rahasia kelam terungkap, Poppy memilih menjauh dan membenci Leon. Rahasia apa yang mampu memisahkan dua hati yang terikat tanpa sengaja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Seorang gadis menerima hukuman dari sang ayah, Mic Yun, yang menggunakan rotan untuk memukul kaki putrinya, Poppy Yun.
"Aahh! Papa, jangan pukul lagi. Nanti kalau meninggalkan bekas, pria mana yang mau menikahiku?" ujar gadis itu sambil menggerutu.
"Kenapa kau menolak lamaran mereka? Apa salahnya keluarga Huo? Mereka adalah keluarga terpandang di Macau. Andy ingin menikahimu, itu adalah keberuntunganmu," kata Mic dengan nada kesal.
"Iya, Pa. Aku akan ke Macau dan bahas masalah pernikahan dengannya," ucap Poppy yang hanya bisa patuh.
"Hm... baiklah kalau begitu, Papa memaafkanmu. Ingat, bersikaplah layaknya seorang anak gadis. Jangan berkelahi dengan siapa pun di sana. Macau bukan tempat sembarangan yang bisa bertindak sesuka hatimu," kata Mic.
"Iya, Pa," jawab Poppy pelan.
"Menikah? Dasar Andy sialan! Kalau bukan karenamu, aku tidak akan dirotan enam kali sebulan. Apa hebatnya keluarga Huo? Terpandang? Lalu kenapa?" batin Poppy kesal.
Poppy adalah putri dari Mic Yun, seorang pebisnis yang terkenal dengan sikap tegas dalam mendidik anak. Ia adalah anak tunggal keluarga Yun yang tumbuh besar tanpa kasih sayang dari ibunya, yang telah hilang sejak Poppy masih kecil. Selama ini, ia hanya hidup bersama sang ayah yang lebih fokus pada bisnis dan selalu mengawasi putrinya dengan ketat.
"Tiket sudah disediakan. Besok kau bisa berangkat," ujar Mic sambil memberikan tiket kepada putrinya.
"Papa, transfer uang lagi ke rekeningku. Aku butuh mempercantik diri untuk tampil di depan calon suami dan mertuaku," pinta Poppy sambil memanjangkan tangan.
Mic memberikan kartu itu tanpa ragu.
"Ingat, jangan foya-foya. Gunakan uang dan perhiasanmu untuk mempercantik diri, agar bisa menarik perhatian Andy," ujar Mic.
"Iya, Pa. Aku akan selalu ingat pesan Papa," jawab Poppy.
"Baiklah, anak gadis memang harus seperti ini. Jangan mempermalukan dirimu dan keluarga kita. Ada lagi, kau juga akan pindah kerja di sana. Papa sudah menghubungi atasanmu untuk bergabung dengan perusahaan Macau. Dengan begitu kau bisa lebih sering bertemu dengan Andy!"ujar Mic.
"Iya," jawab Poppy dengan senyum paksa.
“Dengan uang ini aku bisa makan enak di Macau dan belanja apa saja yang aku suka. Jangan harap aku mempercantik diri demi pria hidung belang itu. Karena dia juga ... aku harus pindah kerja dan tinggal di sana dengan waktu yang lama," batin Poppy, sambil tersenyum kecil.
Keesokan Harinya
Kapal pesiar mewah itu dipenuhi oleh ratusan penumpang. Poppy membawa kopernya dan melangkah masuk ke dalam kapal, bergabung bersama para penumpang lainnya yang berdesakan menuju kabin masing-masing.
Di salah satu kamar yang dijaga ketat oleh dua penjaga, tampak seorang pria duduk di kursi roda. Ia mengenakan kemeja putih dan sedang merokok sambil menatap keluar jendela yang terbuka. Di sampingnya, seorang wanita cantik berdiri dengan wajah khawatir — dia adalah dokter pribadinya.
“Tuan Huo, kurangi rokok Anda. Tidak baik untuk kesehatan,” ucap wanita itu, Aida Lu.
“Merokok adalah nyawaku, kau tahu itu,” jawab pria itu dingin. Dialah Leon Huo, pemilik kasino terbesar sekaligus gangster paling ditakuti di Macau.
“Tuan, seluruh kapal sudah diselidiki. Ada beberapa orang yang mencurigakan. Kami khawatir mereka mungkin menyelundupkan senjata api ke kapal ini. Bisa jadi mereka berniat membajak kapal,” lapor asistennya, Vic.
“Siapa pun mereka, berarti musuh kita. Tetap awasi, dan jangan sampai ada yang terlewat,” perintah Leon tegas.
“Baik, Tuan. Malam ini ada pertandingan biliar, apakah Anda berminat?” tanya Vic.
“Hm,” gumam Leon pelan, matanya masih menatap ke laut luas yang bergelombang.
Di sisi lain, sekelompok orang di dalam kamar sedang memeriksa senjata mereka dengan serius. Terlihat enam pria bertubuh kekar; beberapa berdiri tegap, sementara yang lain duduk di sofa dan di ujung ranjang, menatap tajam ke arah bos mereka.
"Bos, Leon Huo ada di kapal ini. Kakinya sampai sekarang masih belum sembuh. Dia lumpuh dan hanya bisa duduk di kursi roda," lapor salah satu pria dengan suara tegas.
"Menarik! Dia hanya mengandalkan anak buahnya. Kita bisa langsung membunuhnya dan menguasai wilayah serta posisinya. Leon Huo, penguasa kasino di Macau—kalau dia mati di tangan kita, kita akan menjadi gangster terkuat di Macau," ujar bos mereka dengan penuh ambisi.
"Mari kita bersiap!" perintahnya sambil berjalan ke kamar, diikuti oleh anak buahnya. Mereka memasuki lift, dan secara kebetulan, Poppy yang tidak tahu apa-apa juga ikut masuk. Ia berdiri santai di hadapan mereka.
"Aku sedang dalam perjalanan. Tunggu aku di sana. Aku ingin main-main dulu sampai puas di kapal ini," kata Poppy sambil mengunyah permen karet, kemudian memutuskan panggilannya. Ia memasang lagu di earphone kecilnya, menutupi telinga dengan santai.
“Semua pria di dunia ini brengsek, tukang selingkuh. Papa masih mau aku nikah sama dia? Jangan mimpi. Aku habiskan uangmu malam ini, biar papa kena serangan jantung,” gerutu Poppy tanpa sadar, Enam penjahat itu terdiam sejenak, mata mereka tertuju padanya dengan pandangan tajam.
"Bermain dengan banyak wanita dan masih ingin menikah denganku, aku doain kau tidak punya keturunan dan impoten. Lihat saja di malam pengantin, aku akan mengebirimu hingga habis. Biar keluargamu putus keturunan, "ucap Poppy yang tidak menyadari keberadaan enam pria yang berdiri di belakangnya.