NovelToon NovelToon
Dewa Api Surgawi (Upper Realm)

Dewa Api Surgawi (Upper Realm)

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Dan budidaya abadi / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: FA Moghago

Di tengah hamparan alam semesta yang tak terbatas, jutaan dunia dan alam berputar dalam siklus abadi. Dari yang paling terang hingga yang paling gelap, dari yang paling ramai hingga yang paling sepi. Namun, di balik semua keindahan dan misteri itu, satu pertanyaan selalu berbisik di benak setiap makhluk: siapa sebenarnya yang berkuasa? Apakah manusia yang fana? Dewa yang dihormati? Atau entitas yang jauh lebih tinggi, yang bahkan para dewa pun tak mampu melihatnya?

Pertanyaan itu memicu hasrat tak terpadamkan. Banyak manusia, di berbagai dunia, memilih jalan kultivasi. Mereka mengorbankan waktu berharga, sumber daya, dan bahkan nyawa untuk satu tujuan: keabadian. Mereka menghabiskan usia demi usia, mengumpulkan energi langit dan bumi, hanya untuk menjadi lebih kuat, untuk hidup selamanya. Jalan menuju keabadian bukanlah jalan yang mudah. Keserakahan, ambisi, dan iri hati menjadi bayangan yang selalu mengikuti, mengubah sahabat menjadi musuh dan mengubah kedamaian menjadi kehancuran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1: Kedatangan Dewa yang Terjatuh

Angin dingin berembus kencang, membawa serta bau darah dan petir yang menyengat. Guru Agung Yuan berdiri tegak di hadapan enam muridnya yang ketakutan, punggungnya menempel pada dinding batu pegunungan yang curam. Mereka adalah sisa-sisa Sekte Pedang Bulan yang kecil, yang kini terpojok di sebuah lembah terpencil. Di hadapan mereka, puluhan Serigala Ungu Petir menggeram, mata mereka yang kuning menyala dalam kegelapan senja. Bulu mereka memancarkan kilatan-kilatan listrik statis yang menakutkan, menandakan kekuatan mereka yang tidak bisa diremehkan.

"Jangan takut!" seru Yuan, mencoba menyemangati, walau suaranya sendiri bergetar. "Kita akan melawan sampai titik darah penghabisan!"

Di sisinya, enam muridnya tiga laki-laki dan tiga perempuan memegang pedang tumpul mereka dengan erat. Wajah mereka penuh luka dan ketakutan. Murid-murid yang paling senior, Li Wei dan Chen Yue, berusaha menjaga ketenangan, tetapi keringat dingin tetap membasahi dahi mereka. Di antara mereka, dua murid perempuan, Mei Hua dan Xiao Yan, bersembunyi di belakang murid laki-laki, gemetar ketakutan.

Tiba-tiba, auman yang menggelegar memecah keheningan. Raja Serigala Ungu Petir, seekor serigala raksasa dengan bulu yang berkilauan lebih terang dari yang lain, melangkah maju. Aumannya mengirimkan gelombang kejut yang membuat tanah bergetar. Dengan mata yang penuh kebengisan, ia memerintahkan gerombolannya untuk menyerang.

Serigala-serigala itu melompat secara serentak. Puluhan tubuh berbulu ungu dengan kilatan petir melesat ke arah mereka, siap untuk menerkam dan mencabik-cabik. Yuan mengacungkan pedangnya, siap untuk menghadapi kematian yang tak terhindarkan, sementara para muridnya menutup mata, menunggu takdir mereka.

Namun, sebelum serigala-serigala itu sempat mendarat, sebuah hal yang tak terduga terjadi.

DUAAR!

Suara ledakan yang memekakkan telinga datang dari langit. Sesuatu jatuh dengan kecepatan luar biasa, menghantam tanah tepat di depan ketujuh orang itu. Hentakan itu begitu dahsyat, menciptakan kawah selebar tiga meter dan membelah tanah di sekitarnya. Gelombang kejutnya membuat debu dan kerikil bertebaran ke udara, menghempaskan gerombolan Serigala Ungu Petir yang hampir menerkam mundur beberapa langkah. Sebagian dari mereka bahkan terlempar dan menabrak dinding gunung.

Selama beberapa saat, semua tertegun dalam keheningan. Guru Yuan dan murid-muridnya menatap dengan mata terbelalak, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka saksikan. Serigala-serigala itu juga berhenti, merintih pelan, kebingungan.

Debu yang mengepul perlahan-lahan mereda. Sebuah siluet mulai terlihat di tengah kawah yang mengepulkan asap. Ketika debu benar-benar menghilang, semua mata tertuju pada sosok yang tergeletak di sana.

Itu adalah seorang pria muda. Rambutnya panjang, berwarna putih perak seolah ditenun dari cahaya bulan. Sebuah tanda aneh, berbentuk api kecil berwarna kuning keemasan, terukir di dahinya. Yang paling mengejutkan, pria itu tidak mengenakan sehelai pakaian pun, tubuhnya yang sempurna dan terukir itu terlihat tanpa halangan.

Kedua murid perempuan, Mei Hua dan Xiao Yan, yang baru saja membuka mata, terkejut melihat pemandangan itu. Wajah mereka langsung memerah. Mereka menjerit pelan dan segera menutup mata dengan tangan, memalingkan muka karena malu. Li Wei, Chen Yue, dan murid laki-laki lainnya pun menelan ludah, tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

Namun, keterkejutan itu tidak berlangsung lama. Raja Serigala Ungu Petir, yang sadar bahwa ada ancaman baru, kembali mengaum dengan marah. Kali ini, aumannya lebih lantang dan penuh amarah. Gerombolan serigala kembali bergerak, melompat serempak ke arah pria muda yang tergeletak di kawah. Mereka melihatnya sebagai mangsa yang mudah.

Pria muda berambut perak itu tidak bergerak. Serigala-serigala itu hampir saja menerkamnya, namun saat cakar mereka hendak mengoyak kulitnya, pria itu mengangkat tangannya. Dengan gerakan yang tak terduga, ia menangkis serigala yang paling depan. Tanpa basa-basi, ia bangkit berdiri, tubuh telanjangnya sama sekali tidak terpengaruh oleh serangan yang bertubi-tubi. Ia seperti patung yang tiba-tiba hidup.

Dengan gerakan yang sangat cepat, ia mulai membalas serangan. Pria muda itu tidak menggunakan teknik bela diri yang rumit, hanya tinju dan tendangan yang sederhana. Namun, setiap pukulan dan tendangan yang ia lepaskan membawa kekuatan yang tak terlukiskan. Satu pukulan dari tinjunya membuat seekor Serigala Ungu Petir terpental jauh, menghantam batu hingga retak. Satu tendangan membuat serigala lain melayang dan jatuh tak berdaya.

Gerombolan serigala yang jumlahnya puluhan itu seolah-olah hanya lalat baginya. Pria itu menari di tengah-tengah mereka, setiap gerakannya adalah pukulan yang mematikan. Ia memukul, menendang, dan membanting Serigala Ungu Petir itu satu per satu, hanya dengan tubuh fisiknya yang tanpa senjata. Tidak ada energi kultivasi yang terlihat, tidak ada cahaya spiritual yang terpancar. Hanya kekuatan fisik murni yang menghancurkan.

Guru Yuan dan enam muridnya menyaksikan pemandangan itu dengan mulut ternganga. Mereka adalah para kultivator, mereka tahu betapa kuatnya Serigala Ungu Petir, bahkan satu ekor saja sudah cukup merepotkan. Namun, pria muda di depan mereka ini tanpa pakaian, tanpa senjata, tanpa energi mengalahkan puluhan dari mereka dengan begitu mudah. Seolah-olah pria itu adalah sebuah entitas yang berada di level yang sama sekali berbeda.

Di tengah-tengah kekacauan, Raja Serigala Ungu Petir tidak tinggal diam. Dengan kekuatan petir yang lebih besar, ia melompat, bersiap untuk menerkam pria itu. Namun, sebelum ia sempat melakukan apapun, pria muda itu berbalik, menatapnya dengan pandangan yang kosong. Dengan gerakan yang sangat cepat, ia mengayunkan tangannya dan memukul wajah sang Raja Serigala.

BRAAK!

Suara tulang yang patah terdengar nyaring. Raja Serigala Ungu Petir yang perkasa itu terpental jauh, menghantam dinding gunung dengan keras. Tubuhnya tergeletak lemas, dengan darah mengalir dari hidung dan mulutnya. Gerombolan serigala yang lain yang masih hidup, melihat pemimpin mereka dikalahkan dalam satu pukulan, segera merintih ketakutan dan melarikan diri, menghilang ke dalam kegelapan.

Keheningan kembali menyelimuti lembah. Hanya ada suara napas berat dari ketujuh anggota sekte yang kelelahan dan terkejut. Mereka menatap pria muda berambut perak itu yang kini berdiri tegak di tengah kawah, tubuhnya dipenuhi goresan dan memar, tetapi tidak ada satupun yang fatal. Pria itu terlihat bingung, menoleh ke sekeliling seolah tidak mengenali tempat itu.

Li Wei, yang paling senior di antara murid-muridnya, adalah yang pertama kali memecah keheningan. "Siapa... siapa dia?" bisiknya, suaranya dipenuhi rasa takjub dan ketakutan.

Guru Yuan menggelengkan kepala. "Aku... aku tidak tahu. Tapi, kekuatannya... itu bukan kekuatan manusia biasa. Lihatlah tanda api di dahinya..."

Pria muda itu akhirnya menoleh ke arah mereka. Mata emasnya memancarkan cahaya yang aneh, seolah-olah ia melihat sesuatu yang tak terlihat. Wajahnya yang tampan, dengan kulit yang putih bersih, dipenuhi ekspresi kebingungan yang mendalam. Ia berjalan perlahan ke arah mereka, tubuhnya yang telanjang membuat Mei Hua dan Xiao Yan kembali menjerit kecil dan bersembunyi di belakang.

"Di mana... ini?" suara pria itu terdengar, parau namun penuh otoritas yang aneh. "Di mana aku?"

Guru Yuan, meski ketakutan, memberanikan diri untuk menjawab. "Ini adalah Pegunungan Hutan Jauh. Tuan muda, siapa Anda? Dan mengapa Anda jatuh dari langit?"

Pria muda itu menggelengkan kepalanya. Wajahnya menunjukkan perjuangan yang berat, seolah-olah ia sedang mencoba mengingat sesuatu yang sangat penting. "Langit..." gumamnya. "Aku... aku adalah Zhong Li. Aku... Dewa Api Surgawi. Tapi... mengapa aku di sini? Mengapa... aku tidak ingat apa-apa?"

Kata-katanya membuat ketujuh orang itu terdiam membeku. Seorang Dewa? Terjatuh dari langit? Semua yang mereka saksikan kekuatan fisik yang luar biasa, tanda api di dahinya tiba-tiba menjadi masuk akal. Mereka berhadapan dengan sebuah entitas yang berasal dari alam yang lebih tinggi, yang kini entah bagaimana terjebak di dunia mereka.

Mei Hua yang bersembunyi kini mengintip. Ia melihat Zhong Li yang kebingungan, dan entah mengapa rasa takutnya perlahan digantikan oleh rasa kasihan. Ia perlahan maju, melepaskan jubah luar yang ia kenakan.

"Tuan Zhong Li..." kata Mei Hua dengan suara lembut, "Ambillah ini. Anda... Anda butuh pakaian."

Zhong Li menoleh ke arahnya, matanya memancarkan sedikit kehangatan saat melihat gadis itu. Ia menerima jubah itu, mengamati dengan kebingungan. Dengan canggung, ia mengenakannya, meskipun terlihat jelas ia tidak terbiasa.

Malam itu, di dalam sebuah gua kecil yang mereka temukan, tujuh orang dari Sekte Pedang Bulan dan seorang dewa yang terjatuh duduk mengelilingi api unggun. Rasa takut dan kebingungan masih menyelimuti mereka, namun rasa penasaran juga mulai tumbuh. Mereka tahu, kedatangan Zhong Li ke dunia mereka bukanlah sebuah kebetulan. Ini adalah awal dari sesuatu yang besar, sesuatu yang akan mengubah hidup mereka, dan mungkin juga nasib dari seluruh alam Immortal.

1
Yusi Yustiani
Kalo bisa langsung update 20 Thor 😆
Yusi Yustiani
Next Thor 👌
Nafa Nafila
Bagus kan penulisan sama pembawaan Alam Atasnya kebawa👏🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!