Angkasa Lu merupakan seorang ceo yang kaya raya, dan juga Arogan. Karena traumanya dia membenci wanita. Namun, karena permintaan sang kakek terpaksa dia melakukan kawin kontrak dengan seorang perempuan yang bernama Hana. Dan begitu warisan sudah ia dapatkan, maka pernikahan dia dengan Hana pun selesai. Akan tetapi belum sempat Angkasa mendapatkan warisan itu, Hana sudah pergi meninggalkan pria itu.
Lima tahun kemudian, secara tidak sengaja Angkasa di pertemukan dengan Hana, dan juga kedua anak kembarnya. Pria itu tidak tahu kalau selama ini sang istri telah melahirkan anak kembar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
"Kita naik mobil becal itu, mom" tunjuk Liora kearah bis yang terparkir rapih di terminal. Gadis kecil sangat antusias, dia melompat-lompat membuat siapapun yang melihatnya pasti gemas, apalagi pipinya yang chubby ikut bergerak naik turun sesuai irama.
"Itu namanya bis, Liora. Bukan mobil besar, begitu saja tidak tahu. Dasar payah" cibir Xander.
"Liola nda payah, abang yang nda ngelti. Cekalang Liola tanya, itu mobilnya becal atau kecil" tanya Liora dengan serius.
"Besar" jawab Xander polos.
"Telus slcalah Liola dimana?" tanya Liora sambil melipat tangannya didepan dada.
"Nggak salah sih" ucap Xander sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, adiknya tidak salah, tapi tidak benar juga. Mobil besar itu namanya bis.
Hana hanya menahan tawa melihat perdebatan kecil kedua anaknya itu, putrinya memang paling bisa membuat lawan bicaranya mati kutu.
"Sudah ayo jalan" titah Hana.
Mereka berjalan menuju bis yang Liora tunjuk tadi, diikuti oleh Zaka. Hana memegang erat tangan anak-anaknya, takut kehilangan mereka dalam keramaian terminal bus. Dia mencoba menutupi kekhawatiran yang ada di hatinya, berusaha menunjukkan wajah yang tenang dan tegar. Mereka akhirnya sampai di dekat bis yang besar dan berwarna biru itu.
Hana memastikan semua barang bawaan mereka sudah masuk kedalam bagasi, sebelum mengajak anak-anak dan adiknya naik ke dalam bis. "Selamat siang, Pak," ucap Hana sopan kepada supir bis yang tengah duduk di balik kemudi.
"Selamat siang, Bu. Silakan naik dan pilih tempat duduk yang kosong," sahut supir itu ramah.
Hana mengangguk, lalu memandu anak-anaknya mencari tempat duduk yang masih kosong. Mereka akhirnya menemukan deretan kursi yang berjejer di bagian tengah bis.
Hana duduk di antara anak-anaknya, sementara Zaka duduk di sebelah jendela. Hana menghela napas panjang, menatap anak-anaknya yang sedang asyik berbicara tentang perjalanan panjang yang akan mereka lalui. Dia tidak bisa menahan rasa sedih yang melanda, membayangkan betapa kerasnya hidup mereka saat ini. Namun, dia yakin bahwa keputusannya untuk pergi adalah yang terbaik bagi mereka semua. Dia tidak Angaksa merebut kedua anaknya.
Hana merasa sesak ketika bus mulai meninggalkan kota tersebut. Dia menatap keluar jendela, melihat pemandangan yang semakin menjauh, mencoba meredakan rasa cemas yang terus menerpa. Dengan sekuat tenaga Hana akan mempertahankan kedua buah hatinya, tidak akan mengizinkan siapapun merebutnya.
"Mommy, kalau kita pelgi telus hutangnya nenek lampil itu gimana" tanya Liora tiba-tiba membuat Hana terkekeh. Putrinya sangat menggemaskan, di saat seperti ini putrinya masih sempat-sempatnya memikirkan hutang ibu Asih.
"Biarkan saja sayang, nanti kalau kita pulang. Kita tagih hutangnya," ucap Hana sambil mengusap puncak kepala putrinya dengan lembut.
"Halus mom, cayang kali uangnya lho," sahut Liora dengan wajah yang masih kesal.
Hana tersenyum simpul, menenangkan anaknya.
"Tidurlah sayang, perjalanan kita masih panjang," titah Hana dengan suara lembut.
Xander dan Liora pun mengangguk patuh. Mereka menyandarkan kepalanya di lengan ibunya di samping kiri dan kanan, merasa aman dan nyaman dalam dekapan ibunya. Perlahan, mata mereka terpejam, dan napas mereka teratur, tandanya mereka telah tertidur. Hana menatap wajah anak-anaknya yang damai dengan penuh cinta, berharap mereka selalu bahagia dan terlindungi dari kesulitan hidup.
*****
Di sebuah ruangan terlihat Victor sedang mengintrogasi Asih, tetangga Hana. Wajah Victor tampak menakutkan membuat Asih ketakutan.
"Jelaskan! Apa yang aku ketahui tentang nyonya Hana?" tanya Victor penuh intimidasi.
Tubuh Asih bergetar hebat, tangannya terasa dingin dan berkeringat. Dia tidak berniat membohongi pria itu, ia hanya kesal dengan Hana karena tidak memperbolehkan dirinya berhutang, makanya dia menjawab seadanya saat Victor menanyakan tentang Hana. Namun siapa sangka, jawabannya itu menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.
Orang-orang Angaksa mendatangi rumah Asih, dan membawanya pergi ke sebuah hotel dimana Angkasa menginap. Kini, Asih merasa terjebak dalam situasi yang menakutkan.
Victor melangkah mendekat ke arahnya, membuat Asih menahan napas ketakutan. Sementara Angkasa tetap duduk tenang sambil mengamati wanita yang ada di hadapannya.
"Saya paling tidak suka di bohongi, kau harus tau itu " ucap Victor dengan suara yang dingin dan mengancam.
Asih mengangguk cepat, matanya berkaca-kaca. "Maafkan saya, tuan. Saya tidak bermaksud membohongi anda" ucapnya lirih, berharap agar pria itu memaafkannya.
"Coba sekarang ceritakan dengan jujur, jangan mengarang cerita. Atau pisau ini akan merobek mulutmu itu" tekan Victor.
Asih semakin ketakutan, mau tak mau akhirnya dia menceritakan semuanya yang ia ketahui tentang Hana dan kembar.
"Empat tahun yang lalu, Hana pindah ke desa kami dengan keadaan hamil, dia melahirkan dua anak kembar." terang Asih
Angkasa memicingkan matanya, "dua anak kembar?"
"Iya, dua anak kembar, satu perempuan bernama Liora, dan satunya lagi laki-laki bernama Xander"
"Berhenti!" Angkasa mengingat pertemuannya dengan Liora dan juga anak laki-laki yang begitu mirip dengan gadis kecil itu. Ia mengingat wajah keduanya begitu mirip. Siapa sangka ternyata mereka kembar.
"Mereka berdua anakku" gumam Angkasa lirih sambil menundukkan kepalanya dalam.
Perlahan Angkasa mengangkat kepalanya, dan menatap kearah wanita itu.
"Apa dia hidup dengan baik" tanya Angkasa penasaran.
"Hana bekerja keras, dengan di bantu adiknya. Dia membuka warung di depan rumahnya, untuk menghidupi kedua anaknya. tetapi beberapa hari ini warungnya tutup, saya tidak tahu kenapa" jawab Asih.
"Vic, kita datang ke rumah Hana sekarang juga" Titah Angkasa seraya bangkit dari tempat duduknya. Ia ingin segera menemui wanita itu.
"Baik tuan" ucap Victor sambil menyingkirkan pisaunya dari leher Asih.
"Sa-ya bagaimana tuan" tanya Asih gagap.
Angkasa memberikan kode kepada anak buahnya, agar mengantar Asih pulang, dia sudah cukup puas mendengar informasi dari wanita itu.
*******
Angkasa dan Victor kembali mendatangi rumah Hana dengan harapan dapat berbicara dengannya. Begitu mereka tiba, terlihat rumah itu kosong dan tidak ada orang yang menempatinya.
"Rumahnya sepi tuan" ucap Sandy dengan rasa heran.
"Jangan-jangan....." ucap Angkasa menggantung, rasa penasarannya semakin memuncak.
Tanpa berpikir panjang, ia segera keluar dari dalam mobilnya di ikuti oleh Victor. Mereka berdua mendekati rumah Hana, kemudian mengetuk pintunya dengan keras. Namun, berulang kali dia mengetuk pintunya, tidak ada satu orang pun yang membuka pintunya.
Ia mengintip jendela rumah Hana, namun gelap dan tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Kening Angkasa berkerut semakin dalam, ia merasa ada yang tidak beres.
"Bagaimana tuan" tanya Victor.
Angkasa menghela napas panjang, mencoba meredakan kegelisahannya. "Entahlah, Vic. Aku tidak bisa melihat apa-apa di dalam rumah. Rumahnya sepi dan tak ada tanda-tanda ada penghuni di dalamnya." jawab Angkasa sambil mengepalkan tangannya kuat.
Mendengar jawaban tersebut, Victor langsung memberikan saran, "Kita dobrak aja pintunya, Tuan. Kita pastikan mereka ada di dalam atau tidak." Angkasa mengangguk setuju, matanya bersinar penuh tekad.
Victor mengambil ancang-ancang. Dalam hitungan ketiga pria itu mendobrak pintu rumah Hana.
"1"
"2"
"3"
"Brakk.........."
Pintu rumah Hana terbuka secara paksa, Angkasa langsung masuk mencari keberadaan Hana dan kedua buah hatinya. Dia mencari mereka ke setiap ruangan.
"Shitt..... Mereka sudah kabur Vic" ucap Angkasa kesal ketika melihat lemari pakaian Hana kosong, tidak ada pakaian di dalamnya. Ia tidak menyangka Hana akan bergerak cepat di luar perkiraannya.
"Victor, periksa semua CCTV bandara, terminal, stasiun, dan juga pelabuhan. Aku tidak mau tahu pokoknya kamu harus bisa menemukan wanita itu dan kedua anak ku"
"Baik tuan, saya akan segera melakukanya" ucap Victor patuh.
Ngakak aku dari tadi... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣