NovelToon NovelToon
Something About You

Something About You

Status: sedang berlangsung
Genre:Sci-Fi / Time Travel / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:203
Nilai: 5
Nama Author: Wahyu Ela Safitri

Setelah kematian ayahnya, Renjana Seana terombang-ambing dalam kehidupan tak terarah, gadis yang baru menginjak umur 20 an tahun dihadapkan dengan kehidupan dunia yang sesungguhnya disaat ayahnya tidak meninggalkan pesan apapun. Dalam keputusasaan, Renjana memutuskan mengakhiri hidupnya dengan terjun ke derasnya air sungai. Namun takdir berkata lain saat Arjuna Mahatma menyelamatkannya dan berakhir di daratan tahun 1981. Petualangan panjang membawa Renjana dan Arjuna menemukan semua rahasia yang tersimpan di masa lalu, rahasia yang membuat mereka menyadari banyak hal mengenai kehidupan dan bagaimana menghargai setiap nyawa yang diijinkan menghirup udara.
by winter4ngel

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Ela Safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Yang tak diinginkan

November 2021

Mulai berlakukannya new normal setelah pandemi Covid-19 melanda sepanjang tahun, semua orang menerapkan hidup baru dengan menatap langit biru. Polusi semakin berkurang sejak adanya Covid-19, namun tidak bisa di pungkiri bahwa kematian meningkat secara drastis. Seakan-akan setiap manusia hanya menunggu kapan gilirannya datang, tahun ini adalah tahun kebebasan, dimana tidak lagi takut Covid-19, kehidupan berjalan normal kembali. Semua orang melakukan kegiatannya yang pernah tertunda, entah itu bekerja ataupun melanjutkan pendidikan bertemu banyak teman.

Sejak awal tahun 2020, Renjana Seana yang sekarang sang mahasiswa semester 7 harus mendapatkan kuliah online menatap penjelasan dosen melalui layar laptop atau layar ponsel. Mengerjakan tugas dengan cara submit di google classroom, kirim email dan lain sebagainya. Mungkin karena sudah terbiasa, kegiatan itu bagaikan rutinitas sehari-hari.

Sekarang sudah hampir 2 tahun sejak dia hanya berada di rumah, bermain kucing, makan, kuliah online, mengerjakan tugas, tidur. Bulan ini Renjana sudah mulai memikirkan judul Skripsinya, dia juga baru saja menyelesaikan KKN (Kuliah Kerja Nyata) wajib untuk mahasiswa sebelum mengerjakan tugas akhir untuk mengisi 4 SKS. Setelah hampir 3 bulan jauh dari rumah disaat keadaan belum sepenuhnya baik-baik saja karena pandemi, akhirnya Renjana pulang ke rumahnya, bertemu dengan keluarga dan menghabiskan waktu bersama kucing kesayangannya. Sisa waktu KKN dilakukan secara online, entah itu mengerjakan laporan atau meeting dengan anggota kelompok dan DPL (Dosen Pembimbing Lapangan).

Seakan di terpa masalah yang cukup signifikan, sejujurnya skripsi adalah tugas yang tidak pernah Renjana bayangkan. Sebagai mahasiswa Ilmu Hukum dengan kuliah yang dilaksanakan secara online 50%, Renjana tidak cukup mampu berada di jurusan itu, dia kurang mampu dan bahkan merasa tidak mampu untuk lulus secepatnya. Mungkin bagi orang lain yang tidak merasakan berada di posisinya hanya akan mengatakan kapan lulus dan sebagainya, karena mereka tidak merasakan apa yang dirasakan pelaku utama. Seperti menghakimi seorang terduga pembunuhan, belum tentu dia membunuh tapi sudah dihakimi secara berlebihan bahwa dia pembunuh, padahal masih dalam posisi terduga.

Tapi ada satu hal yang membuatnya harus lulus, yaitu biaya semester yang tidak murah. Bukan dia berusaha menjadi yang terbaik saat mengerjakan tugas skripsi, Renjana hanya berusaha terhindar dari semester 9. Minimal dia harus lulus di semester 8 sebelum masuk ajaran baru semester berikutnya, itulah yang mendorong Renjana harus lulus 4 tahun. Dia juga bukan tipe orang yang ambisius mengejar Cumlaude, bisa lulus kuliah baginya sudah sangat beruntung.

Proposalnya telah selesai ditulis, hanya harus melakukan beberapa tahap revisian untuk kesalahan-kesalahan yang sudah ditandai sebelumnya. Masuk semester 8 targetnya bisa Seminar Proposal, gerbang awal sebelum mulai berperang dan lanjut penelitian Skripsi.

Sabtu ini lumayan sepi, hanya beberapa orang berlalu lalang, sedangkan Renjana sibuk dengan dunianya sendiri. Mengerjakan tugas sambil mendengarkan musik favoritnya dari Troye Sivan- Strawberries and Cigarettes yang diputar berulang kali. Renjana suka musik, dia sangat suka musik, mungkin gaya dengarnya tidak sama dengan orang lain, tapi Renjana lebih banyak menghabiskan mendengarkan musik ketimbang kegiatan lainnya.

Jam menunjukkan pukul 12 siang, keramain di luar mengalihkan perhatian Renjana, jantungnya berdebar lebih cepat saat orang-orang berwajah panik saling berbincang dan bertanya-tanya. Renjana melepaskan Earphone yang melekat di telinganya dan berjalan keluar, hal pertama yang dia cari adalah ibunya, namun bukan ibunya yang datang, melainkan bibinya yang datang menghampiri.

“Ayahmu meninggal.”

Seperti ada suara dengungan yang keras di telinga, matanya buram tapi Renjana berusaha tetap berdiri, dengan tangan bergetar gadis itu tidak mengatakan apapun mengambil motor alakadarnya yang ada di dalam rumah dan mengendarainya menuju ke lokasi terakhir dimana ibunya pamit keluar.

Saat Renjana datang, orang-orang berusaha menghampirinya, mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal namun hanya seperti angin yang menabrak penglihatannya. Fokus Renjana tertuju pada pria paruh baya yang terbaring kaku di pelukan ibunya, tangis Renjana pecah. Renjana tidak pernah berharap apa yang diterima oleh nalarnya sama seperti apa yang dia inginkan, Renjana ingin semua yang terjadi hari ini hanyalah mimpi buruknya seperti biasa, tapi kenyataan berkata lain.

“Ayahmu! Suruh dia bangun!! Suruh dia bangun!!.” Pinta Sendu yang terus menggoyangkan tubuh Sadewa sambil menangis pilu.

Renjana tidak mengatakan apapun selain hanya meneteskan air mata dan berusaha menyentuh kulit ayahnya yang kaku. Sejujurnya mereka jarang berinteraksi, bahkan saat ayahnya telah pergi pun, pria paruh baya itu tidak menitipkan pesan apapun pada Renjana. Renjana merasa tidak adil dengan semua keadaan ini, ayahnya berjuang keras untuknya bisa berkuliah, hanya menunggu setidaknya enam bulan untuk datang ke wisuda, tapi ternyata Sadewa tidak cukup bersabar.

Tubuh kaku itu di bawa pulang ke kediaman, dibaringkan dengan nyaman. Renjana terjatuh di lantai, dia ingin mengulang semuanya, dia ingin kembali dan menghabiskan banyak waktu berbincang dengan ayahnya. Kejadian-kejadian yang hanya tersisa memori itu berputar menunjukkan satu persatu kenangan. Akhir-akhir ini Sadewa tidak pernah menuntut melakukan apapun, seakan Sadewa mengerti keadaan Renjana dan tugas kuliahnya. Tapi bukan ini yang Renjana inginkan, dia mau melakukan apapun untuk ayahnya selama pria itu mau bangun dan bersama mereka lagi, setidaknya beberapa tahun kedepan.

“Suruh Ayahku bangun! Siapa yang datang ke wisudaku kalau Ayah tidak bangun! Suruh dia bangun!.”

“Sudah jangan menangis, ikhlaskan.”

Bagi orang lain yang tidak pernah merasakan kehilangan orang yang sangat di sayangi, mudah mengatakan Ikhlas, bahkan saat di berikan indahnya surga, nikmatnya harta, jika itu merenggut nyawa satu orang yang paling berharga, sampai kapanpun Ikhlas itu tidak akan pernah bisa. Mengikhlaskan hanya akan memberikannya penyakit di kemudian hari, membuat terpuruk di hari berikutnya saat kenangan itu kembali menghantui.

“Aku belum bicara dengannya, aku mohon bangunkan Ayahku sekarang... aku mohon...” Renjana terus menangis, memohon pada Ibunya yang hanya memeluknya disaat hatinya sendiri sangat hancur kehilangan orang yang dicintai. Perasaan cinta itu abadi, tapi manusia tidak abadi seperti cinta.

Kepergiaan itu tidak terduga, datang secara tiba-tiba, bahkan kedatangannya tidak bisa ditolak. Mungkin beruntung kematian itu tidak datang bersamaan dengan Covid-19 tapi jika Renjana bisa memilih, dia tidak merasa beruntung atas apapun. Kejadian ini membawa pergi tokoh yang menjadi ujung tombak arah bidiknya. Sejak kecil, Renjana hanya ingin menjadi orang yang seperti Sadewa, dia sosok hebat yang membuat Renjana memilih hukum, Renjana ingin menjadi orang bijak dan adil seperti ayahnya, dia ingin menjadi orang yang dihormati kehadirannya oleh siapapun. Renjana kagum pada ayahnya, dia sangat kagum pada setiap kisah yang Sadewa tinggalkan padanya.

Sadewa mengajarkan banyak hal tentang kehidupan, namun tidak cukup banyak untuknya bertahan untuk kehidupan di masa depan. Sadewa itu berbeda dengan ayah lainnya, dia mengajarkan banyak hal tanpa pandang bulu apakah Renjana wanita ataupun pria, setidaknya Renjana harus bisa semua hal agar di kehidupan nanti Renjana sanggup hidup mandiri. Namun kenyataannya Sadewa salah, Renjana tidak bisa hidup tanpanya, Renjana tidak cukup mampu berdiri di kakinya sendiri, Renjana masih membutuhkan bimbingannya untuk melangkah ke jalan yang seharusnya.

Renjana tidak beranjak dari tempatnya duduk, saat semua orang satu persatu meninggalkan pemakaman. Renjana masih enggan meninggalkan gundukan tanah itu, walaupun tubuhnya telah basah diguyur air hujan.

“Ayo kita pulang.” Ajak Sarah, sahabat Renjana yang datang menemaninya sore itu ke pemakaman.

“Tapi Ayahku sendiri, di bawah dingin.” Air mata Renjana telah kering tapi perasaan sedihnya masih membekas sangat dalam.

Sarah memeluk Renjana erat, dia tahu bagaimana rasanya kehilangan sehingga dia cukup tahu untuk membiarkan Renjana melepaskan semua perasaannya tanpa sedikitpun ditahan. Sekuat apapun Renjana sekarang, kehilangan tetaplah kehilangan, Sarah pun akan melakukan hal yang sama, dia melakukan hal yang sama saat kehilangan ayahnya beberapa tahun yang lalu, bahkan kala itu Sarah masih kecil untuk bisa hidup tanpa bimbingan sosok ayah. Tapi waktu mengajarkannya lebih kuat, karena sebenarnya yang membuat seseorang menjadi kuat adalah kesendirian.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!