NovelToon NovelToon
Vendrell'S Canvas

Vendrell'S Canvas

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Obsesi / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Reenie

Aku sering mendengar orang berkata bahwa tato hanya diatas kulit.

“Jangan bergerak.”

Suara Drevian Vendrell terdengar pelan, tapi tegas di atas kepalaku.

Jarumnya menyentuh kulitku, dingin dan tajam.
Ini pertama kalinya aku ditato, tapi aku lebih sibuk memikirkan jarak tubuhnya yang terlalu dekat.

Aku bisa mencium aroma tinta, alkohol, dan... entah kenapa, dia.
Hangat. Menyebalkan. Tapi bikin aku mau tetap di sini.

“Aku suka caramu diam.” katanya tiba-tiba.
Aku hampir tertawa, tapi kutahan.

Dia memang begitu. Dingin, sok datar, seolah dunia hanya tentang seni dan tatonya.
Tapi aku tahu, pelan-pelan, dia juga sedang mengukir aku lebih dari sekadar di kulit.

Dan bodohnya, aku membiarkan dia melakukannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reenie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masa Lalu Drevian

Pagi itu, Evianne Books masih belum buka. Jam masih menunjukkan pukul 07.00 WIB, tapi seorang pria datang dan mengetuk pintu.

Liora yang masih tidur terpaksa membuka pintu itu dengan kesal. Ia berjalan menelusuri rak buku kecil dan membuka pintu toko bukunya.

"Hai." ucap Drevian

Liora mengernyit, rambutnya masih acak-acakkan karena baru bangun. Biasanya toko Buku Evianne buka sekitar jam 9 pagi.

"Mau apa kau datang pagi-pagi?" tanya Liora ketus

"Kenapa? Salahkah? Aku mau menemui kanvasku." ujar Drevian

Livia yang sudah bersiap-siap lalu datang dan menyingkirkan Liora.

"Selamat datang, Tuan. Anda pelanggan tercepat datang hari ini." sambut Livia tanpa melihat siapa yang datang

"Ah, terima kasih." ujar Drevian

Suara itu seperti tak asing bagi Livia, Ia mengangkat kepalanya dan melihat itu adalah Drevian.

"Kau? Tumben datang pagi-pagi?" tanya Livia

"Oh, jangan-jangan mau menemui Liora"

"Hei, pacarmu menemuimu pagi-pagi gini, dan kamu baru bangun belum mandi." ejek Livia sambil menyenggol siku Liora

Liora kesal lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Ia kembali ke kamarnya melalui rak buku kecil itu dan naik ke tangga, membanting pintu kamarnya.

"Livia itu selalu aja buat malu." gumamnya kesal.

Drevian lalu masuk dan duduk dipojok baca. Ia mengambil novel romantis lalu membacanya.

"Aku rasa Liora kesal." ujar Livia

Drevian tertawa kecil

"Gadis itu." gumamnya.

Livia lalu membereskan buku yang berantakan sebelum pelanggan berdatangan. Ia menyusun buku yang baru datang mulai dari novel, filsafat dan buku anak.

Sementara itu, Liora masih kesal dikamarnya dan tak ingin keluar dari kamar. Namun entah kenapa Liora ingin menemui Drevian, Ia seperti sudah terpikat oleh Drevian.

Tak lama, Ia pergi mandi dan memakai kemeja merah muda dengan celana hitam panjang. Tetap sama menutupi tato dilengannya. Ia lalu turun dari kamarnya dan jalan melewati rak buku. Ia terkejut melihat Drevian yang membaca novel fiksi roman.

"Kamu suka baca buku kayak gitu?" tanya Liora

Drevian mengangkat kepalanya dan melihat Liora dengan pakaian sederhananya.

"Kenapa? Kau tidak suka?"

"Duniaku beda dari ini. Dunia ku itu berisik, penuh sama suara mesin tato dan cerita-cerita yang kelam."

Liora duduk didepan Drevian

"Kalau gitu, ceritakan coba padaku." ucap Liora.

Drevian meletakkan novelnya dan menatap wajah Liora.

"Orang-orang melihatku sebagai Drevian Vendrell, seniman tato yang dingin, tegas dan kejam."

"Mereka gak tahu kalau aku kayak gini karena aku dipaksa hidup dilingkungan yang tidak punya pilihan. Ayahku seorang CEO, ibuku pengusaha mall, kakak perempuanku dosen. Dan aku hanya Vendrell yang gagal." ujarnya

Liora terdiam, mendengarkan dengan penuh perhatian.

"Ayahku memaksaku untuk mewarisi perusahaannya, tapi aku tak mau. Aku sejak SMA sangat menyukai seni. Khususnya seni rupa. Aku sangat suka melukis, bahkan aku melukis foto keluargaku. Tapi ayahku menolaknya mentah-mentah"

"Sejak kelas 3 SMA, aku menyukai tato. Tapi tato yang berbeda dari pikiranku, aku memilih untuk menjadi seniman tato dan membangun usahaku sendiri. Aku juga tidak ingin tato yang kelihatan mencolok. Cukup dengan sentuhan lembut tapi ada makna dibaliknya. Seperti tato buatanku dilenganmu."

Drevian menghela nafas dan menatap mata Liora.

"Sejak lulus SMA, aku memulai usaha tato dikamarku, aku mentato teman-temanku yang kini menjadi karyawanku salah satunya Zeke. Zeke adalah orang yang selalu mendukungku, baginya tato itu bukan sesuatu yang mengerikan tapi seni yang indah diatas kulit manusia."

"Lalu kenapa kau bisa punya usaha sendiri?" tanya Liora

"Ayahku mengetahui aku membuat usaha tato sendiri dikamarku, disitu ayahku marah besar dan menganggapku sebagai anak yang tak tahu diuntung. Ayahku membenciku, dia menyerahkan setengah uangnya padaku dengan syarat aku tak kembali lagi ke rumah itu. Sejak itu, aku tinggal dirumah Zeke. Kebetulan Zeke tinggal bersama kakek-neneknya. Setahun setelah itu, aku memutuskan untuk membuat studio tato milikku sendiri yang kini dikejar banyak orang."

"Sewaktu naik daun, ayahku datang ke studioku dan dia bahkan tidak memujiku, dia malah membentakku dan menjelek-jelekkan usahaku. Disitu kakak perempuan ku ingin membelaku tapi karena ayah terlalu marah, kakak tidak berani." lanjutnya.

Achazia mengangguk, Ia jadi merasa sedih dengan masa lalunya Drevian

"Kakak perempuanku selalu jadi pendukungku, aku sempat kuliah dijurusan seni tapi ayahku memutuskan kuliahku dan kakak ku memberontak. Jadi kakak ku membantuku untuk melanjutkan kuliahku diseni sampai lulus. Waktu aku wisuda, yang datang hanya kakak perempuanku. Ayah dan Ibuku bahkan tidak mau melihatku. Mereka pikir aku ini tidak punya impian sampai harus mewarisi perusahaan mereka."

"Kini ayahku tak punya pilihan, Ia mewariskan perusahaannya kepada kakakku. Awalnya kakak menolak karena kakak juga sibuk dikampus karena dia dosen. Tapi kakak akhirnya menerima tawaran ayah dan harus bisa membagi waktunya antara kampus dengan perusahaan ayahku." lanjutnya

Dari balik kasir, Livia melihat Liora dengan Drevian seperti membicarakan sesuatu dan Ia tersenyum, Ia tak ingin menganggu.

"Sudah empat tahun aku membuka studio tato. Pelangganku banyak, terkadang kalau sempat, kakak menemuiku. Mulai dari situ, aku lebih banyak diam. Aku merasa tak diinginkan dikeluargaku dan ayahku bilang kalau aku ini Vendrell yang gagal hanya karena tak mewarisi perusahaannya. Tapi aku tidak peduli, aku tetap fokus pada tujuanku. Dan tiga tahun itu, aku mengurung diri diruang studio pribadiku, tepatnya kamarku. Aku menyerahkan pelanggan kepada Zeke, aku jadi jarang berkomunikasi dengan kakak sampai sekarang. Walaupun banyak wanita yang mendekatiku, aku tidak mau. Aku tahu wanita apa yang datang kepadaku."

Drevian menghela nafas dan melanjutkan

"Tapi sejak dirimu datang, aku merasa duniaku hidup lagi. Kau mirip seperti kakak perempuanku. Dan entah kenapa kau itu perempuan yang berbeda. Karena kakak ku pernah bilang jangan gampang tergoda dengan perempuan. Karena kalau aku sukses pasti ada saja perempuan yang tidak benar."

"Kakak tahu banyak perempuan yang datang ke studio ku dan ingin aku mentato mereka. Kakak tahu sifat perempuan itu bagaimana. Kakak lalu menasehatiku untuk cukup satu perempuan saja. Jangan tergoda sama perempuan yang selalu memaksaku untuk mentatonya. Bahkan kakak bilang suatu saat akan aku temukan perempuan yang benar. Dan mungkin itu dirimu, Liora."

Liora terdiam. Ia tak menyangka kehidupan Drevian seperti itu. Rasanya Ia ingin menangis. Walaupun Drevian masih punya orang tua, tapi peran mereka sebagai orang tua tidak ada. Orang tuanya hanya memanfaatkannya sebagai pewaris tanpa mengetahui apa keinginan anaknya. Bagi Liora itu sama saja dengan menginvestasikan anak.

Walau orang tua Liora sudah tidak ada, tapi Ia masih sempat merasakan kasih sayang kedua orang tuanya. Ia masih sempat merasakan peran ayahnya. Tidak seperti Drevian, orang tuanya hidup tapi perannya tidak ada.

"Dan yah. Begitulah kisah ku, Liora. Suatu saat aku akan mengenalkanmu kepada kakakku."

Liora mengangguk, Ia tahu pasti kakak Drevian adalah perempuan yang baik.

"Kalau kamu lulusan sastra, ya?" tanya Drevian

"Iya. Tahu dari mana?"

"Livia. Kalian berdua kan sama-sama lulusan sastra dan waktu kuliah, kalian dapat beasiswa. Hebat!" ujarnya

Liora sudah menebak, pasti Livia cerita.

"Liora, kita sama-sama tak memiliki orang tua lagi. Bedanya kamu sempat merasakan peran orang tuamu dalam waktu yang lama sedangkan aku punya orang tua tapi tak memiliki peran."

Liora terdiam, Ia ingin menangis tapi air matanya tak mau keluar. Ia merasa kasihan pada Drevian. Jadi karena itu Ia mengurung diri dan bersikap dingin. Ia hanya mempunyai kakak perempuan yang menyayanginya. Dan kini peran kakak perempuannya ada pada Liora.

1
Reiko
Menarik juga ceritanya. Beda dari yang lain
Leira
Livia suka cari gara-gara yahaha
Leira
Tatoo...🤯
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!