Serra gadis 24 tahun harus menerima takdirnya menikah dengan seorang pria yang bernama Damar. Tetapi tidak pernah di anggap sebagai istri. Tinggal bersama mertua dan juga adik ipar yang ternyata selama pernikahan Serra hanya dimanfaatkan untuk menjadi pelayan di rumah itu.
Hatinya semakin hancur mengetahui perselingkuhan suaminya dengan sepupu sang suami yang juga tinggal di rumah yang sama dengannya. Segala usaha telah dia lakukan agar keluarga suaminya bisa berpihak kepadanya. Tetapi di saat membongkar hubungan itu dan justru dia yang disalahkan.
Serra merasa sudah cukup dengan semua penderitaan yang dia dapatkan selama pernikahan, Akhirnya memutuskan untuk membalas secara impas semuanya dengan menggunakan Askara paman dari suaminya yang bersedia membantunya memberi pelajaran kepada orang-orang yang hanya memanfaatkannya.
Jangan lupa untuk terus baca dari bab 1 sampai akhir agar mengetahui ceritanya.
follow ainuncefeniss.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 1 Bukan Pembantu
Pagi-pagi seperti ini terlihat wanita cantik yang anggun menggunakan dress panjang di atas mata kakinya terlihat sibuk di dapur, meski penampilannya sedikit berantakan di pagi ini tetapi wajahnya terlihat begitu cantik yang beberapa kali melap keringat tidak hanya menggunakan punggung tangannya.
Mulai terdengar suara langkah kaki yang mendekatinya dan suara kursi yang bergeser. Beberapa orang mulai menarik kursi menduduki meja makan.
"Mbak Serra nasi goreng cumi pesanan Netty tadi malam belum dibuatin," ucap seorang wanita yang sudah duduk di kursinya terlihat begitu cantik dengan penampilannya di pagi ini.
"Iya-iya Netty ini sudah hampir selesai," jawab Serra dengan buru-buru memindahkan nasi goreng tersebut dari wajan.
"Jus buah naga ku juga belum Kakak buat?" tanya pria sekitar berusia 17 tahun yang memakai seragam sekolah itu.
"Andre Kakak sudah menyelesaikannya. Kamu tolong ambil di dekat kulkas," jawab Serra.
"Kakak ambillah. Aku lagi pakai sepatu," jawabnya yang sangat tidak berniat untuk bergerak.
"Kamu memang bangun jam berapa Serra. Sudah jam 07.00 dan kamu belum menyelesaikan sarapan," protes wanita sekitar berusia 50 tahunan yang tampak tegas dari wajahnya.
"Iya. Ma maaf," ucap Serra.
"Sudahlah kalian makan saja apa yang sudah disediakan, jangan punya protes setiap pagi," ucap pria sekitar berusia 50 tahunan.
"Bukan protes. Ini hanya mengingatkan untuk kedepannya Serra harus bangun lebih pagi lagi dan jangan malas-malasan. Sebagai istri bukankah memang sudah memiliki kewajiban untuk menjalankan tugasnya," ucap Niken.
"Iya-iya. Maaf, Ma. Tadi malam Serra tidur kelamaan, jadi bangun kesiangan," ucap Serra yang sudah berada di meja makan dengan sangat buru-buru menghidangkan makanan yang diminta orang-orang yang ada di meja makan itu.
Niken menghela nafas mendengar keluhan pembelaan Serra.
"Bagaimana Netty apa nasi gorengnya enak?" tanya Serra yang sudah duduk di samping Netty.
"Hmmm, sama saja seperti biasanya," jawabnya netral sembari mengunyah makanan itu yang juga tidak lupa mengscroll ponselnya.
Serra menghela nafas yang terlihat begitu lelah padahal masih pagi hari. Wanita yang selalu berpenampilan sederhana itu membuka kacamatanya yang mengambil tisu untuk melapnya yang merasa pandangannya sedikit samar.
Suara heels terdengar membuat Serra menoleh ke arah suara tersebut, seorang pria dan wanita menghampiri meja makan dengan mata Netty melihat samar-samar bagaimana wanita memakai dress di atas lututnya itu menggandeng lengan pria tersebut.
"Dari mana kamu Damar?" tanya Bram yang membuat wanita itu langsung menurunkan tangannya dari lengan pria bernama Damar itu.
"Mas sudah pulang!" Serra sudah kembali memakai kacamatanya dengan tersenyum menghampiri suaminya yang menyambut kepulangan suaminya.
"Hmmm," jawabnya dengan sangat cuek.
"Kamu dari mana memangnya?" tanya Bram.
"Ke bandung, memeriksa proyek," jawab Bram.
"Menginap?" tanya Bram.
"Kalau pulang pagi hari artinya memang aku menginap," jawabnya.
"Lalu kenapa Mas datang bersama Maya?" tanya Serra melihat ke arah Maya yang wajahnya sejak tadi datar.
"Kamu ini bagaimana. Maya ini adalah sekretarisku dan bukankah segala kepentingan Perusahaan dan pekerjaanku berkaitan dengannya. Jadi jelas aku datang bersamanya," jawab Damar.
"Kalian menginap juga di Bandung?" tanya Serra dengan hati-hati.
"Ya. Ampun Serra apa hal itu harus kamu bahas. Maya sepupu Damar. Apa yang salah jika menginap bersama, kamu ini sebagai istri pikirannya kemana-mana, mereka juga tidak mungkin satu kamar," bukan Damar menjawab melainkan Niken.
"Bukan itu maksud Serra," ucapnya dengan gugup yang sejak tadi jari-jarinya saling memencet.
"Sudah-sudah. Sebaiknya kalian bergabung dan kita sarapan," sahut Bram.
Maya santai menghampiri meja makan dan sudah menarik kursi yang duduk di samping Netty.
"Mas mau Serra buatkan kopi?" tanya Serra.
"Tidak perlu. Aku capek dan mau istirahat. Aku juga tadi sudah sarapan," jawab Damar yang langsung berlalu dari hadapan istrinya itu.
Serra tampak kecewa melihat kepergian suaminya yang padahal dia begitu sangat senang sekali melihat kepulangan suaminya dan bukannya mendapatkan kesempatan mencium punggung tangan suaminya Tetapi malah dicuekin.
"Apa kamu tidak punya nasi goreng itu lagi Netty?" tanya Maya.
"Entahlah tanyakan saja kepada Kak Serra. Dia yang membuatnya untukku," jawab Netty.
Serra menoleh ke arah meja makan ketika namanya disebutkan.
"Aku mau juga dong nasi gorengnya. Tadi sarapannya tidak terlalu enak dan aku masih lapar," ucap Maya.
"Tetapi aku hanya memasak sedikit untuk Netty. Jadi sudah habis," jawab Serra.
"Serra kamu sudah tahu di rumah ini bukan hanya tinggal satu orang, seharusnya kamu memasak lebih," sahut Niken.
"Kalau memang ingin memakannya. Aku akan membuatnya lagi," ucap Serra yang lebih baik mengalah dari pada ribut.
"Tapi jangan lama. Nanti selera makanku terganggu," ucap Maya yang membuat Serra menganggukkan kepala, saja beristirahat dan dia sudah mulai berada di dapur.
Jika yang lain menikmati sarapan mereka sebelum melakukan aktivitas dan Serra harus kembali meracik bumbu untuk membuat nasi goreng yang sama persis seperti Netty untuk Maya sepupu dari suaminya.
Selesai orang-orang sarapan di meja itu dan pergi begitu saja untuk melakukan aktivitas masing-masing.
Andre yang ke sekolah, Netty yang ke kampus dan sementara Bram bersama istrinya sedang ada pertemuan dengan rekan bisnis mereka.
Serra yang terlihat membersihkan meja makan mengambil piring-piring kotor tersebut dan sementara Maya masih tetap ada di sana yang sarapan dengan santai sembari menscroll ponselnya.
Serra tidak memperdulikan dan melanjutkan pekerjaannya yang mencuci piring. Setelah cucian piringnya selesai, Serra mencuci tangannya, tetapi keran air tiba-tiba digeser yang membuatnya menoleh ke samping yang ternyata Maya juga sudah menyelesaikan sarapannya yang membuat Serra melihat kemeja makan yang mana piring itu masih diletakkan di sana.
"Maya kamu sudah selesai makan?" tanya Serra.
"Apa kamu buta sehingga tidak bisa melihat aku sudah selesai apa tidak?" Maya menimpali pertanyaan itu kembali.
"Kalau begitu kamu bisa mencuci piring kamu sendiri. Aku baru saja menyelesaikannya," ucap Serra.
"Apa salahnya jika kamu mencuci satu lagi. Kamu itu perhitungan banget tinggal di rumah ini, Serra kamu harus sadar jika kamu juga menumpang di rumah ini. Jadi jangan merasa sok berkuasa dan apalagi harus memerintahku!" tegas Maya.
"Aku hanya suruh kamu mencuci piring untuk makan kamu. Kenapa kamu harus berbicara seperti itu kepadaku dan aku tidak bermaksud apapun," ucap Serra.
"Bilang saja kamu tidak senang dengan keberadaan ku di rumah ini. Aku tahu kamu tidak suka dengan ku yang menjadi sekretaris Damar. Kamu katakan saja kepada Damar kalau kamu tidak menyukaiku menjadi sekretarisnya, tidak perlu bersifat sinis seperti ini kepadaku!" tegas Maya.
"Bukan begitu Maya!"
"Sudahlah!" Maya yang tidak ingin mendengarkan apapun dari Serra yang membuatnya pergi begitu saja.
"Padahal aku menyuruh mencuci piring miliknya sendiri dan Ya sudah sangat tersinggung seperti itu," ucap Serra menghela nafas yang mau tidak mau mengambil piring dari atas meja makan milik Maya dan mencuci kembali.
"Serra di mana kamu lihat jasku yang berwarna biru?" suara teriakan itu membuat Serra kaget.
"Serra..." teriak Damar.
"Iya. Mas sebentar," jawab Serra yang buru-buru mencuci piring tersebut dan juga mencuci tangannya yang kemudian langsung berlari menuju kamarnya karena sejak tadi Damar sudah memanggil namanya dan Serra tidak ingin mendapatkan masalah dari suaminya.
Bersambung....